[caption caption="Kompas com"][/caption]
Â
Beberapa hari yang lalu, Litbang Kompas melakukan pooling seiring Debat Terakhir antara pasangan calon gubernur-calon wakil gubernur DKI Jakarta di Hotel Bidakara.
Pengumpulan pendapat dilakukan dengan metode wawancara melalui telepon pada saat debat berlangsung, 12 April 2017.
Sebanyak 167 orang responden dipilih secara acak proposional berdasarkan wilayah se-DKI Jakarta; mereka yang memiliki hak pilih pada Pilkada DKI Jakarta, serta berdomisili di Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan.
Pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno saling beradu gagasan. Nilai atau value hasil pooling, skala 1 hingga 10
Hasil Pooling tersebut adalah,
Penguasaan Masalah
Ahok-Djarot, 7,72 %
Anies-Sandi, 6,90 %
Program kerja
Ahok-Djarot, 8,04 %
Anies-Sandi, 6,71 %
Cara berkomunikasi
Ahok-Djarot, 7,63 %
Anies-Sandi, 7,26 %
General
Ahok-Djarot, 8,13 %
Anies-Sandi, 7,27 %
Kemungkinan Pemilih atau Mengubah Pilihan Setelah Melihat Debat
- Masih mungkin mengubah pilihan, 10.18 %
- Ragu-ragu, 5.99 %
- Tak mengubah pilihan, 80.84 %
- Tidak menjawab, 2.99 %
Perhatian Khusus
Hal yang menjadi perhatian saya adalah "Kemungkinan Pemilih atau Mengubah Pilihan Setelah Melihat Debat."Â Litbang Kompas melaporkan bahwa
- Masih mungkin mengubah pilihan, 10.18 %
- Ragu-ragu, 5.99 %
- Tak mengubah pilihan, 80.84 %
- Tidak menjawab, 2.99 %
Jika dijumlahkan maka,
10.18 + 5.99 + 2.99 = 19.06 %
Jadi, ringkasnya ada 19.06 % Pemilih masih berpotensi merobah peta kemenangan pada Pilkada DKI Jalarta Putaran II.
Katakanlah, kini, 80.84 % pemilih Basuki Djarot dan Anies Sandi, sudah mantap pada pilihannya. Jadi, jumlah perolehan suara Putaran I, dikurangi 19.06 %, mempengaruhi kekalahan pada Putaran II? [Monggo hitung sendiri; apakah masih menunjukkan keunggulan atau merosot?].
Selanjutnya, dari total suara pada Putaran I, ditambah limpahan 19.06 % suara, sudahkah melewati 50 % + 1 suara sehingga muncul sebagai pemenang? [Monggo, hitung-hitungan sendiri].
Apa pun hitung-hitungannya, tetap saja ada 19.06 % pemilih Jakarta (dari Daftar Pemilih Tetap Februari 2017 dan April 2017) yang menentukan Basuki Djarot atau Anies Sandi sebagai Gubernur dan Wagub DKI Jakarta setelah 19 April 2017.
Perlu Kejelian Tim Pemenangan
Jika membedah 19.06 % suara penentu tersebut, maka terlihat bahwa,
- Masih mungkin mengubah pilihan, 10.18 %
- Ragu-ragu, 5.99 %
- Tidak menjawab, 2.99 %
Ada 10.18 % pemilih yang "masih mungkin" beralih dukungan dan pilihan.
Mereka bisa muncul dari kedua pasangan calon. Jika total perolehan suara Putaran I + 10.18 %, maka akan terlihat siapa yang jadi pemenang.
Oleh sebab itu, Tim Pemenangan tetap berupaya untuk mencari dan menemukan mereka.
Ada 5.99 % pemilih ragu-ragu; tentu banyak faktor penyebab. Pemilih Ragu ini, ada pada pemilih masing-masing pasangan calon.
Bisa saja, ada sejumlah "informasi tambahan (bersifat hitam ataupun putih ) serta "suport logistik" dan faktor religiusitas" membuat mereka ragu menentukan pilihan. Mereka bisa saja menentukan pilihan atau mantab pada pilihannya, pada saat di dalam bilik suara.
Oleh sebab itu, Tim Pemenangan kedua pasangan calon, harus melakukan "silent operation" untuk meyakinkan mereka.
Memang total perolehan suara pada Putaran I + 10.18 % suara, sudah bisa menentukan kemenangan pada Putaran II; tapi ada baiknya, 5.99 % suara Pemilih Ragu ini, perlu diperebutkan. Apalagi, berhasil mendapat 2.99 % suara dari "Pemilih Rahasia."
Nah ......
Opa Jappy | Pendiri dan Pembina Gerakan Damai Nusantara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H