Catatan Pertama
Di Kantor GP Ansor di Jalan Kramat, Jakarta Pusat, Jumat 7 April 2017), Ketua GP Ansor DKI Jakarta Abdul Azis, menyatakan bahwa,
"Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, dalam upaya memenangi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 putaran kedua.
Kami sangat menolak calon gubernur yang didukung Islam radikal dan Islam garis keras.
Jadi kalau di lapangan ada yang menemukan ada kader Ansor atau kader Banser yang mendukung kelompok-kelompok radikal tersebut, laporkan ke saya. Besok kita kasih surat pemecatan.
GP Ansor siap mengawal para pendukung Ahok-Djarot dari kemungkinan intimidasi pada saat pemungutan suara Pilkada DKI putaran kedua pada 19 April 2027.
Kita harus gunakan momentum ini dan Pak Ahok serta Pak Jarot sebagai wasilah. Sebagai perantara untuk mempertahankan negara ini, Â [Megapolitan Kompas Com]."
Catatan Kedua
Di Kantor GP Ansor di Jalan Kramat, Jakarta Pusat, Jumat 7 April 2017), Kandidat Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tj Purnama menyatakan bahwa, Â "Saya tak terkejut dengan dukungan dari GP Ansor.
Terima kasih. Dari dulu juga Gus Dur mendukung kita terus kok, waktu di Bangka Belitung, Â juga dukung."
Pengakuan Basuki TP, yang didampingi Djarot, tersebut, sekali lagi membuktikan adanya keterikatan "majis" antara NU dan Basuki Tj Purnama.
Keterikatan itu bukan karena alasan relijius ataupun ekonomi, melainkan kesamaan gerakan dalam rangka memperbaiki sejumlah kerusakan pada hidup dan kehidupan berbangsa serta negara.
Jadi, sangat wajar jika GP Ansor menyatakan bahwa "GP Ansor siap mengawal para pendukung Ahok-Djarot dari kemungkinan intimidasi pada saat pemungutan suara Pilkada DKI putaran kedua pada 19 April 2027. Kita harus gunakan momentum ini dan Pak Ahok serta Pak Jarot sebagai wasilah. Sebagai perantara untuk mempertahankan negara ini."
------
Dua catatan di atas, secara sederhana telah menunjukkan penyatuan erat dua kubu yang besar; dua kubu yang saling melengkapi satu sama lain.
Kubu Pertama adalah Kelompok Islam Nasionalis, berwawasan Nusantara, serta melintasi sekat-sekat sentimen SARA, dan dengan sejumlah visi missi besar demi kemajuan bangsa dan rakyat Indonesia.
Kubu Kedua; "Kelompok Multi Etnis dan Agama" serta Nasionalis, juga dari berbagai strata sosial ekonomi; memiliki visi missi yang sama dengan Kubu Pertama
Mereka, ke dua kubu, berbaur dan menyatukan diri untuk mendampingi Ahok (dan Djarot). Ahok bukan siapa-siapa dan tak bisa bertahan serta berbuat banyak tanpa kelompok besar pendukungnya.
Ke dua Kubu seringkali saling mendukung di berbagai arena dan area Dunia Maya serta Dunia Nyata. Sehingga diakui atau tidak; kesatuan Kubu tersebut berupaya keras menghadang gerak maju kelompok intoleran, diskriminasi, intoleran, dan sejenisnya.
Menyatunya ke dua kubu tersebut, saya harapkan, bukan sekedar dalam Pilkada DKI Jakarta, namun (akan) menuju ke hal-hal yang lebih besar pada masa akan datang.
Misalnya, kesatuan dan saling mendukung yang tercipta serta terbangun berdampak pada upaya meminimalisir intoleransi, diskriminasi, dan radikalisme; kemudian membangun kesetaraan masyarakat pada berbagai aspek hidup dan kehidupan.
Dengan itu, memunculkan Nusantara untuk Semua serta Semua untuk Nusantara.
Dari Sekitaran Universitas Indonesia
Opa Jappy | Lurah Indonesia Hari Ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H