Jadi, sangat wajar jika GP Ansor menyatakan bahwa "GP Ansor siap mengawal para pendukung Ahok-Djarot dari kemungkinan intimidasi pada saat pemungutan suara Pilkada DKI putaran kedua pada 19 April 2027. Kita harus gunakan momentum ini dan Pak Ahok serta Pak Jarot sebagai wasilah. Sebagai perantara untuk mempertahankan negara ini."
------
Dua catatan di atas, secara sederhana telah menunjukkan penyatuan erat dua kubu yang besar; dua kubu yang saling melengkapi satu sama lain.
Kubu Pertama adalah Kelompok Islam Nasionalis, berwawasan Nusantara, serta melintasi sekat-sekat sentimen SARA, dan dengan sejumlah visi missi besar demi kemajuan bangsa dan rakyat Indonesia.
Kubu Kedua; "Kelompok Multi Etnis dan Agama" serta Nasionalis, juga dari berbagai strata sosial ekonomi; memiliki visi missi yang sama dengan Kubu Pertama
Mereka, ke dua kubu, berbaur dan menyatukan diri untuk mendampingi Ahok (dan Djarot). Ahok bukan siapa-siapa dan tak bisa bertahan serta berbuat banyak tanpa kelompok besar pendukungnya.
Ke dua Kubu seringkali saling mendukung di berbagai arena dan area Dunia Maya serta Dunia Nyata. Sehingga diakui atau tidak; kesatuan Kubu tersebut berupaya keras menghadang gerak maju kelompok intoleran, diskriminasi, intoleran, dan sejenisnya.
Menyatunya ke dua kubu tersebut, saya harapkan, bukan sekedar dalam Pilkada DKI Jakarta, namun (akan) menuju ke hal-hal yang lebih besar pada masa akan datang.
Misalnya, kesatuan dan saling mendukung yang tercipta serta terbangun berdampak pada upaya meminimalisir intoleransi, diskriminasi, dan radikalisme; kemudian membangun kesetaraan masyarakat pada berbagai aspek hidup dan kehidupan.
Dengan itu, memunculkan Nusantara untuk Semua serta Semua untuk Nusantara.
Dari Sekitaran Universitas Indonesia