Selain tak gila jabatan, ajaran Hasyim Asyari lainnya adalah bahwa ibadah dalam Islam tak sebatas ritual keagamaan. Namun juga ibadah sosial dan kenegaraan yang salah satunya bisa diaktualisasikan melalui organisasi NU.
Mbah Hasyim meminta kepada para santrinya untuk berkhidmat kepada NU, mengabdi kepada NU, untuk memberi manfaat kepada NU. Bukan mengambil manfaat dari NU.
Sayangn sekali, kini banyak tokoh NU terbukti kurang pandai memberi manfaat pada NU tetapi pandai sekali mengambil manfaat dari NU untuk kepentingan dirinya serta kelompoknya. Sehingga terjadilah hal-hal yang tidak kita inginkan di dalam muktamar yang terakhir. Semoga mereka yang seperti ini diberikan oleh Allah keadilan supaya mereka menyadari dan memperbaiki dirinya.
===
Menko Kemaritiman Rizal Ramli,
“Mengenang sosok KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai guru multibidang. Rizal mengaku mendapat pelajaran dari Gus Dur bahwa tidak semua hal yang terjadi adalah rasional. Saya waktu itu jawab santai aja. Kita bagi tugas aja Gus. Saya yang rasional, Gus Dur yang di luar rasional. Namun belakangan sepeninggal Gus Dur, saya semakin memahami apa yang dimaksud Gus Dur, banyak hal yang terjadi di luar jangkauan rasionalnya.
Tak hanya itu, saya juga belajar memahami rakyat dari Gus Dur; belajar berpidato di depan rakyat melalui Gus Dur. Suatu hari, diminta oleh Gus Dur berpidato di depan puluhan ribu warga, merasa sangat tegang; berbicara banyak hal, namun para warga hanya diam terbengong-bengong mendengarkan ucapannya.
Gus Dur bilang, 'Rizal kalau bicara di depan rakyat jangan kayak dosen. Bicara yang ngalir saja seperti cerita, dan topiknya jangan terlalu banyak, kalau perlu jangan pakai angka,' Itu yang tidak saya dapatkan di sekolah."
====
Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama, “Gus Dur yang sangat menjunjung tinggi pluralisme. Gus Dur mendudkung saya saat calonkan diri sebagai Gubernur Bangka Belitung pada tahun 2007, namun akhirnya gagal. Gus Dur selalu memberikan dorongan kepadanya untuk terus berjuang, bekerja, mensejahterakan rakyat Indonesia. Gus Dur tak pernah mengecilkannya meski ia berasal dari kaum minoritas, yakni etnis Tionghoa. Jadi inilah Gus Dur, selalu membuat kita semakin berani dan percaya diri.”