2013 - Kasus dugaan korupsi proyek pengadaan e-KTP.
Nama Setya Novanto disebut terlibat dalam kasus dugaan korupsi proyek pengadaan paket penerapan kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) di Kementerian Dalam Negeri. nMantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin menyebut Setya dan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, sebagai pengendali proyek e-KTP. Nazaruddin menuding Setya membagi-bagi fee proyek e-KTP ke sejumlah anggota DPR.Â
Â
Orang Indonesia, bisa dikatakan, memang mempunyai tolerasi yang tinggi dan "gampang" melupakan kesalaham para pejabat atau pun Petinggi Negara. Dan, hal seperti itu, sangat dipahami benar oleh mereka yang sering disebut pejabat, poilitisi, atau nama-nama yang terkenal dan populer di negeri ini.
Lihat saja, banyak kasus, katakanlah korupsi, yang terjadi di tengah bangsa, kemudian mengendap, tak sampai ke ruang pengadilan; tak berapa lama, pada kesempatan lain, Si Pelakon melakukan hal yang sama.
Kira-kira seperti itulah, yang terjadi dengan Setya Novanto, ada sejumlah kasus besar "melibatkan" dirinya atau ia ada di dalamnya. Namun, Novanto tak pernah dihukum oleh siapa pun. Ia tetap tampil sebagai politisi bersih, tak bersalah, serta jauh dari tindak dan tindakan yang melawan hukum,
Bersihnya Novanto, diikuti dengan permainan politik yang menawan, licin, tanpa kelicikan, serta mampu mengambil hati banyak orang. Buktinya, ia bisa sebgai Bendahara Golkasr dan Anggota DPR RI mewakili NTT, puncaknya adalah KETUA DPR RI. Agaknya "mesin politik" Movanto di NTT melalui Novanto Center di Kupang, berhasil merapu suara yang cukup besar, dan katanya, tanpa politi uang.
Sayangnya, ada sisi lain yang tak terlihat oleh publik, satu dua hari ini, terbuka dengan sangat terang benderang. Sosok yang oleh pers pernah dijuluki "SI TAK TERSENTUH" atau "SI TAK TERJAMAH," kini harus berupaya membela dirinya.
Penyebabnya adalah, ia sebagai "tertuding dan terduga" mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden RI, dalam rangka mendapat saham dari Freeport. Walau masih terduga, namun banyak orang tidak menilai sebagai "ada dugaan" atau "ia diduga,"Â sebab, publik yang tadinya diam dan mendiamkan serta tak peduli, tersentak dengan ulah Novanto.
Publik tak lagi menahan toleransi dan sabar; semua hal yang ada hubungan dengan sepak terjang Novanto di buka ke hadapan umum; bahkan dari Jepang pun melakukan hal tersebut.