Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mulai Masuk Sekolah, Hati-hati dengan Berat Tas Sekolah Putera/i Anda

29 Juli 2015   12:58 Diperbarui: 11 Agustus 2015   22:04 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SUPLEMEN

Perhatikan hasil penelitian berikut

Penelitian yang dilakukan oleh seorang teman dari Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang Sumatera Selatan, menunjukan bahwa tas dan isinya adalah suatu kewajiban.  Tas sekolah menjadi bagian tak terpisahkan dari siswa sekolah sehingga identik dengan mereka. Tas sekolah digunakan sebagai wadah buku dan alat sekolah lainnya untuk dibawa ke sekolah. Kecenderungan saat ini sekolah sering memberi pekerjaanrumah, tugas-tugas, dan kegiatan ekstra kurikuler yang berdampak pada banyaknya material yang harus dibawa siswa sekolah. Sementara, dari berbagai jenis tas yang ada, tas punggung merupakan tas yang banyak digunakan.

Cara membawa tas, model tas, lihat pada tabel berikut.

Dampaknya adalah nyeri leher, punggung, dan lain sebagainya.

Menurt Legiran, dari penelitian tesebut, dapat disimpulkan bhwa tas punggung paling banyak dipakai Murid SD dengan jumlah yang membawa tas dengan berat lebih dari 10% berat badan cukup tinggi yaitu 20,5%. Data frekuensi nyeri punggung merupakan nyeri yang dominan  dialami anak sekolah dasar.

Berdasar hal-hal di atas, sekarang, tugas kita adalah, setiap Si Boy and Girl kita ke sekolah, lakukan "pemeriksaan wajib;" ukur perkiraan berat tas dan bandingkan dengan berat badannya. Dan, anda harus, berani menelpon guru mereka, bahawa Si Boy and Girl tidak bawa buku ini dan itu sebab kebeberatan beban.

Cucuku

Ini cerita kemarin, ketika cucu saya, foto di atas, pertama masuk SD; serumah terjadi kesibukan demi Si Pendatang Baru di Sekolah Dasar. Semuanya lengkap. seragam, bekal. dan juga tas sekolah. Hari pertama sekolah, biasanya di SD dan SMP, nyaris tak berisi serta sangat ringa, pas atau serasi dengan pemiliknya.

Tapi nanti dulu, itu gari pertama sekolah; hari pertama ketika buku-buku paket dari guru belum dibagikan, dan saat guru belum mewajibkan murid-muridnya, yang mungil-mungil and lucu, membawa bertumpuk buku dan macam-macam perlengkapan pelajaran.

Nah pada saat itu, kira-kira seminggu setelah hari pertama sekolah, putera/i or cucu-cucu kecil kita mulai merasakan atau bahkan memaksa papa-mama, opa-oma, "Ini harus bawa;" "Kata Ibu Guru, harus bawa ini dan itu;" "Mama, buka tebal itu harus bawa ke sekolah;" dan seterusnya.

Ketika itulah, tas putera/i atau cucu kita mulai membesar, penuh sesak dengan segala keperluan sekolah, atau bahkan ia harus membawa tas jinjing lain dalam rangka melengkapi diri untuk belajar.

Sikon seperti itu, ternyata tidak saja terjadi di kota-koata besar, seperti Jakarta dan Surabaya, namun juga pada berbagai kota kecil lainnnya di Nusantara, di mana murid/siswa, terutama dan SD dan SMP, "dituntut" untuk membawa perelengkapan serat kebutuhan belajar yang cukup berat, bahkan melebihi 10 % dari berat badan mereka. Padahal, maksimalnya, tak boleh lebih dari 10 % berat badan.

Melihat kenyataan tersebut, untuk papa-mama dan opa-oma, coba perhatikan suplemen di atas, perlu memperhatikan dengan saksama isi tas sekolah putera/i and cucu-cucu sehingga tidak berdampak buruk baginya.

Kita, orang tua, papa-mama and opa-oma, selayaknya boleh protes kepada guru dan sekolah agar tak membebani murid dengan segala macam "yang harus dibawa ke sekolah." Juga, guru dan sekolah, perlu juga memperhatikan "beban" yang harus dipikul oelh murid-murid di dari rumah ke sekolah. Mungkin saja, Sekolah perlu menyiapkan locker yang cukup untuk perlengkapan belajar; ataupun menyediakan menyimpan kebutuhan belajar di sekolah.  

Mungkin ada ide lain!? Monggo

Opa jappy / Jakarta Selatan

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun