Kilas balik
Peristiwa yang merusak kenyamanan Ramadhan denga cara (mau) meledakan Vihara di Jalan Mangga II/8, RT 8/8, Kelurahan Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat (dan berencana menimbulkan banyak korban), masih menjadi bahan bahasan di berbagai media cetak, online, dan media sosial.
Siapa di balik tindakan tak bermartabat etsrebut serta tujuannya, masih dalam penyelidikan aparat keamanan. Akan tetapi, dan sangat disayangkan, ketika banyak pihak menyayangkan dan menyesali kejadian tersebut, beda dengan Ketum Muhamadyah, Muhamad Din Syamsuddin, ia justru menganggap sepele, rendah, dan gampangkan hal itu.
Bahkan, menurut Din Syamsuddin, ” … , ditemukannya dua bahan peledak di Vihara Ekayana Jakarta Barat penuh dengan rekayasa.
Karena dari dua bahan peledak tersebut, hanya satu yang meledak. ….. Insiden ledakan yang lebih pas disebut seperti sebuah petasan …. Kasus bom Vihara bernuansa rekayasa, ganggu kerukunan ….”
Ucapan - pernyataan Din Syamsuddin tersebut, langsung menjadi Head News di web - situs news online yang selalu membela (gerak dan gerakan) radikal dan radikalisme.
Mereka bukan saja menilai pernyataan Din sebagai opini, anggapan, sekedar penilaian, namun suatu kebenaran serta kepastian. Penyebabnya, Din yang juga Ketum Muhammadyah, menjadi kiblat banyak orang, sehingga ucapapn, pernyataan (yang biasanya) berlawanan dengan kebijakan-garis politik negara menjadi suport dan doping pada gerak-gerakan radikal serta yang melawan pemerintah RI.
Dengan demikian, jika Din menilai kasus bom Vihara bernuansa rekayasa, yang hanya untuk ganggu kerukunan; maka ku/kita patut bertanya kepadanya, “Siapa yang merekayasa hal tersebut!?”
Bagian-bagian di atas adalah penggalan tulisanku (6 Agustus 2013, 09:20 WIB) untuk menanggapi pernyataan Din Syamsudin; ia menolak adanya upaya teror terhadap Vihara dan umat yang beribadah di dalamnya.
Kemarin, ketika banyak orang sibuk dengan ramai-ramai Akhir tahun serta sukacota Awal Tahun, namun tidak bagi Densus 88. Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri melakukan sergapan terhadap kelompok teroris di daerah Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, 6 orang tewas di tempat, dan satu hidup.
Mereka yang tewas adalah 1. Daeng alias Dayat Kacamata, 2. Nurul Haq alias Dirman, 3. Ozi alias Tomo, 4. Rizal alias Teguh alias Sabar, 5. Edo alias Amril, 6. Hendi
Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, sesuai yang dilaporkan oleh berbagai media,
" Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri Selain mengumpulkan barang bukti kendaraan bermotor dan buku-buku tentang ajaran jihad, dokumen buku dan catatan tangan.
Buku-buku itu berisi tentang rencana para teroris untuk melakukan aksi terornya di seluruh vihara di Jakarta.
Ada target-target vihara yang jumlahnya di situ di seluruh ibu kota. Ada sekitar lebih dari 20-30 lokasi. Itu dalam bentuk print out dari komputer. ... Ini juga terkait yang sudah dilakukan yaitu di Vihara Ekayana yang pada Agustus lalu mengalami hal serupa. Itu adalah perencanaan, ... "
Berdasar penjelasan dari Brigjen Pol Boy Rafli Amar tersebut, dengan mudah menemukan garis merah antara pengeboman Vihara pada bulan Agustus 2013, dengan para teroris tersebut.
Agaknya para teroris tersebut, datang dari kelompok yang mempunyai sentimen, kebencian, amarah yang tak tertahankan sehingga berencana melakukan pengeboman terhadap Vihara-vihara yang ada di Nusantara, khususnya Jakarta.
Siapa mereka; siapa kelompok tersebut!? Tanyakan kepada rumput yang bergoyang.
Bagiku, kali ini, penembakan, penangkapan, dan adanya barang bukti di lokasi, sekaligus merupakan jawaban yang pas, tepat, dan pasti kepada Din Syamsudin dan juga mereka yang pada waktu itu menolak adanya teroris dibalik ledakan di Vihara Ekayana; bahwa peristiwa tersebut hanyalah petasan dan rekayasa.
Dengan pernyataan itu, seperti sebelum-sebelumnya Din yang cenderung membela kelompok-kelompok radikal, bahkan salah satu tokoh yang ingin bubarnya Densus 88 Anti Teror, maka mereka para radikalist akan semakin merajalela.
Toh, jika mereka melakukan tindakan-tindakan anarkis, maka akan dibela oleh Din Syamsuddin; Din sebagai pribadi dan Ketum Muhammadyah.
Kini, setelah ada yang tewas serta bertumpuk barang bukti, kira-kira apa lagi yang akan dikatakan oleh Din Syamsudin!? Mungkin saja, ia akan katakan cuma rekayasa atau pengalihan isue!?
Entalah ....
Juga, agaknya Din Syamsudin, perlu untuk menahan diri untuk berucap mengenai atau tentang mereka yang disebut teroris di Indonesia, sebab jika salah bicara dan asal-asalan, maka akan disalahmengerti oleh banyak orang.
Ingat Din, anda itu Ketum dari Ormas Islam yang besar di Nusantara, dan bukan organisasi kacangan, yang di dalamnya berhimpun banyak orang dari berbagai lapisan sosial, suku, sub-suku, dan latar pendidikan.
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini
Voa Islam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H