Tanggal 8 Desember yang lalu, bertempat di Anjungan NTT, TMII, Gubernur NTT Frans Lebu Raya mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh Masyarakat NTT di Jabodetabek. Pertemuan yang digagas oleh Perwakilan NTT di Jakarta, merupakan yang kesekian kalinya. Pada kesempatan tersebut, dihadapan warga NTT yang ada di Jabodetabek, baik diaspora maupun karena tugas (di TNI, Polri, maupun sebagai Dosen di berbagai PT), dan lain sebagainya.
Pada moment tersebut, Gubernur NTT Frans Lebu (yang didampingi Kepala Bapeda NTT dan Asisten I, Sekwilda NTT), menyempaikan (kepada warga NTT di Jabodetabek) perkembangan serta kemajuan NTT serta gagasan ke depan mengenai (perencanaan) pembangunan berkelanjutan di NTT.
Di samping itu, Gubernur juga meminta dukungan wargan NTT yang ada di Pemerintah Pusat dan Parlemen, dalam rangka menggoalkan Undang-undang dan Keputusan Pemerintah agar NTT sebagai Propinsi Kepulauan; artinya bukan sebagai Propinsi Daratan seperti selama ini. Dengan berubah status sebagai Propinsi Kepulauan (seperti Maluku, Maluku Utara, Kep Riau) maka akan ada perubahan wewenang dan anggaran dalam rangka pembangunan di kawasan NTT.
Selain hal-hal di atas, Gubernur NTT, melempar ulang gagasan membangun Kawasan Ekonomi-Sosial-Budaya Segitiga Kupang-Dili-Darwin. Gagasan yang dibangun berdasar percakapan intens dengan Gubernur. Suatu kawasan yang terikat secara abstrak dan kongkrit antar tiga negara yang diwakili oleh Kupang (Indonesia), Dili (Timor Leste), dan Darwin (Autralia).
Ok lah.Â
Di bawah ini, ada sedikit catatan.
Dili. Tentu saja berhubungan dengan Dili, maka itu bisa menjadi pintu masuk kuntuk menelusuri segenap Timor Leste. Timor Leste, negara baru yang masih menggunakan Dollar AS sebagai mata uang ini, masih perlu banyak sarana, prasarana, dan sumber daya manusia untuk menunjang proses pembangunan.Â
Timor Leste menyimpan berbagai antara lain, potensi pertanian dan peternakan (terutama rempah-rempah, kopi, lada, cendana, dan ternak potong); pariwasata pesona alam; wisata religius (misalnya tempat/gua retreat, paroki-paroki tua dari abad 15-16-17) Â dan peninggalan sejarah (terutama situs-situs peninggalan Portogis), dan juga tambang.
Salah satu sudut dan pintu masuk NTT - Timor Leste; hampir semua kebutuhan pokok (yang harus dibeli)  rakyat Timor Leste, didatangkan dari NTT.  Transaksi dilakukan dengan Rupiah dan Dollar AS. Â
Atas dasar itu, pemerintah Timor Leste memberlakukan zona khusus perdagangan perbatasan, dalam rangka membantu masyarakat di perbatasan kedua negara mengembangkan ekonomi.
Dengan Australia, Dili, Timor Leste berhadapan langsung dengan Darwin; dan di antara keduanya terbentang Ladang Minyak Celah Timor. Bayangkan, jika perusahan-perusahan pengoboran yang ada disitu, membangung home base di Pantai Selatan Timor.
Kupang, Timor. Â Ibukota NTT ini, termasuk kota tua di Nusantara. Sejak zaman Sriwijaya, Majapahit, dikenal sebagai Timor dan pulau-pulau sekitarnya sudah dikenal sebagai pulau-pulau seberang laut yang menghasilkan rempah-rempah.Â
Kupang, yang pada waktu itu dikenal sebagai Kopan, merupakan kota raya dan pelabuhan. Di sana sini, masih tersisa, peninggalan masa lalu, dari zaman raja-raja Timor maupun kolonial Belanda.
Adanya pembangunan-pengembangan Kodya Kupang, menuju atau telah menjadi Metropolitaan Terselatan di Indonesia.Â
Kupang bukan saja menjadi pusat perdagangnan, namun juga pintu masuk wisatawan, pedagangan, kegiatan bisnis lainnya. Apalagi, tambang mangan dan ternak potong di Timor yang menjadi primadona ekonomi skala besar dan kecil.
Melalui bandara Internasional dan pelabuhan kapal laut dan ferry di Kupang, siapa pun bisa mecapai wilayah NTT lainnya, termasuk Komodo, Kelimutu, Nihiwatu di Sumba, dan pantai Numbrela (tempat surfing - selancar terbaik di Dunia, setelah Hawaii), dan daerah wonders wisata lainnya di NTT.
Selain industri tambang, Darwin mempunyai pesona alam tropis yang aduhai. Para praktisi wisata Autralia selalu mengkampanyekan Jelajahi Darwin, ibu kota tropis Teritorial Utara yang tenang. Dan itu ada benarnya.
Misalnya, tujuan wisata di Darwin dan galeri seni suku Aborigin, berpesiar melintasi kawanan buaya di Sungai Adelaide, Taman Nasional Litchfield; Taman Nasional Kakadu yang merupakan Warisan Dunia, kehidupan satwa liar dan galeri seni cadas suku Aborigin, dan Red Centre Australia, tempat bersemayamnya monolit Uluru yang sakral dan terbuat dari batu pasir; dan masih banyak lagi.
Selain itu, ada hamparan luas, yang kini telah menjadi Pangkalan Marinir Ameriks Serikat; yang nantinya menjadi Pusat Kekuatan Milier AS di Kawasan Selatan, yang geraknya bisa menjangkau Afrika Selatan, China, Jepang. Dan itu berarti akan ada ratusan ribu prajurit bala tentara Amerika (dan keluarga mereka) di Darwin, yang sekaligus merupakan potensi ekonomi bagi kawasan Segitiga Kupang, Dili, Darwin.
Untuk menunjang kebutuhan tenaga kerja, bahan makanan, dan lainnya, Dili dan Kupang bisa menjadi sumber utama bagi Pangkalan Militer AS di Darwin. Dili dan Kupang (dan wilayah sekitarnya) juga bisa menjadi tujuan wisata yang sangat pontesial serta utama.
Hal-hal di atas, baru sekelumit potensi ekonomi terangkat, jika Segitiga Kupang Dili Darwin menjadi kenyataan; masih banyak yang lain (bersambung di/dan ke lain waktu).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H