[caption id="attachment_323277" align="aligncenter" width="425" caption="id.wikipedia.org"][/caption]Elia membangkitkan putra janda di Sarfat, lukisan Louis HersentSiapa Sang Nabi yang disebut dengan nama Elijah/Elia/Elyas!? Ia dihormati dalam tradisi keagamaan Yahudi, Kristen, dan Islam. Sumber-sumber Biblika, Quran, Art, dan Sejarah memberi info, bisa dikatakan, bahwa pada masanya, ia merupakan seorang refomator religiusitas, politik, dan masyarakat. Tanpa kenal lelah ia menyerukan kepada Penguasa Negara, Otoritas Keagamaan, dan Masyarakat pada masanya, agar melakukan pertobatan religius, sosial, dan politik. Ia melawan kemapanan, ketidakadilan sosial, politik, dn peyimpangan-penyimpangan iman, ritus, agama, serta keagamaan.
Hasilnya adalah, Elia harus melarikan diri dari kejaran para kaki tangan dan sordadu penguasa; ia bahkan bersembunyi di pinggir sungai, gurun, dan juga gunung. Menurut pengakuannya, pada suatu waktu, ketika ia di atas gunung Horeb, suara dari Sang Khalik menyapanya, "Apa kerjamu di sini, hai Elia!?" Elia menjawab, "Aku bekerja bagi Tuhan, Allah semesta alam; ... namun umat-Mu membunuh nabai-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku."
Itulah sedikit catatan tentang Elia; nabi yang dihormati di/pada agama-agama Semit. Ia juga diyakini, tak pernah meninggal, namun diangkat atau terangkat ke Sorga.
Tapi, tulisan ini bukan memperkenalkan Nabi Elia, namun memperkuat posting dalam/di Kabar Islam, lihat image di bawah ini,
Beredarnya foto/image seperti di atas, publik, terutama mereka yang pahami ada rekayasa/edit, Â langsung memberi reaksi yang keras; mereka menyayangkan nama Allah disalahgunakan, dan seakan sementara memancarkan amarah-Nya yang dasyat melalui bencana, api, dan gempa.
Apa motivasi utama pada diri mereka yang menempelkan nama Allah pada foto-foto asli erupsi gunung Kelud!? Apa memang Sang Khalik maun ingatkan manusia agar bertobat dengan harus memancarkan amarah-Nya melalui kedasyatan api, lahar panas, dan gempa bumi!?
Memangnya, Ia sudah kehilangan cara unuk mentobatkan serta memperbaiki ciptaan, sehingga menggunakan hal-hal yang seperti itu!?
Tentu, anda punya jawaban yang pasti.
Pada sikon itulah, diriku jadi ingat, karya dari Sang Nabi; pada salah satu manuscript hasil karya Kaum Yahwis, sekitar 500-400 Bc, di Palestina, mereka menulis ulang tuturan tentang kebesaran serta karya-karya Elia, sebagai seorang remormator yang tak disukai pada masanya. Elia pun, pernah bercakap-cakap dengan Sang Khalik, dan ia menjadi saksi bahwa tak ada Tuhan, Allah semesta alam dari antara badai, gempa, dan api.
"Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!" Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN.
Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu.
Dan sesudah angin itu datanglah gempa.
Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu.
Dan sesudah gempa itu datanglah api.
Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu.
Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.
Elijah The Prophet; +/- 900 BC
Ya. Bagi Elia, Sang Khilik, bukan Pribadi yang memacarkan api kemurkaan kepada manusia dengan cara atau melalui api, gempa, badai, dan sejenis dengan itu.
Mari, kita renungkan kembali; jika anda menghormati Sang Khalik, maka jangan mempermaikan nama-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H