[caption id="attachment_360769" align="aligncenter" width="512" caption="doc reuters"][/caption]
ISIS mengancam bahwa mereka akan membunuah Paus Fransiskus; walau cuma ancaman, namum keamanan terhadap Bapa Suci, semakin diperketat. Dengan demikian, Sri Paus, walau ada ancaman, tetap saja melakukan "Kunjungan Pastoral" ke berbagai negara, sesuai dengan yang telah direnanakan.
Anda tentu ingat Mother Teresa!? Ya, ia berdarah Albania, namun lahir di Makedonia. Albania, sempat disebut sebagai “Negeri Tanpa Agama,” ketika Enver Hoxha berkuasa sejak tahun 1985 – 1985. Pada masa Hoxha, yang komunis sejati, terjadi penganiayaan terhadap pemuka agama. Ketika, Albania ditetapkan menjadi negeri atheis pertama di dunia.
Masa yang gelap; ribuan pemuka agama dianiaya dan dibunuh, ribuan gereja dan masjid dihancurkan; dan disebut sebagai, “Albania adalah tanah martir” Lebih dari 2.000 tempat ibadah hancur atau berubah menjadi gedung bioskop, teater, atau tempat dansa.
Kini, telah berubah. Albania memiliki 15 persen populasi Katolik dari sekitar 3,5 juta penduduk. Mayoritas penduduk di Albania adalah Muslim, 56 persen, dan 11 persen adalah penganut Ortodoks. Albania, kini merupakan contoh inspiratif dari kerukunan beragama
Kemarin, Paus Fransiskus ada di Albania, negara dengan penduduk mayoritas Muslim di Eropa. Semuanya, berjalan dengan aman serta tanpa gangguan. Pada kesempatan itu, Paus memuji koeksistensi dampai di Albania, di mana, mayoritas umat Islam hidup berdampingan bersama umat Katolik dan Kristen Ortodoks. Menurutnya, "Saling menghormati antara Islam dan Kristen di Albania adalah 'karunia atau anugerah yang tak ternilai'.
Selama kunjungannya di Tirana, Paus mengendari mobil beratap terbuka, yang beberapa kali berhenti dan Paus menyalami orang-orang di sekelilingnya; sempat berbaur, berjalan kaki bersama massa. Hysen Doli (85), seorang Muslim, merupakan satu di antara ribuan warga Albania yang menyambut Paus. Aa datang bersama 10 anggota keluarganya. Menurut Doli, “Kami menganut agama lain tetapi datang ke sini untuk menghormati dan mendapatkan berkat Paus,”
Pada "Kunjungan Pastoral" tersebut, Sri Paus juga memimpin misa terbuka di Kirana, yang dihadiri oleh puluhan ribu umat Katolik Albania; bahkan tak sedikit warag lintas iman atau agama. Pada khotbahnya, Sri Paus menyatakan bahwa
"Ekstrimis di seluruh dunia 'menyesatkan' agama sebagai dalih untuk tindakan kekerasan. Hal itu khususnya dalam kasus-kasus masa kini ketika semangat agama yang otentik disesatkan oleh kelompok-kelompok ekstrimis dan pada saat perbedaan agama disimpangkan.
Janganlah ada yang menganggap dirinya sebagai senjata Tuhan ketika merencanakan dan melaksanakan tindakan kekerasan dan penindasan.
Seharusnya tidak ada yang menggunakan nama Tuhan untuk melakukan kekerasan, ..."
Pernyataan itu, tentu saja dengan mudah dimengerti bahwa yang dimaksud Paus adalah kelompok militan-radikal yang menyebut diri sebagai Daulah Islamiyah atau ISIS; gerombolan yang menguasai sejumlah wilayah di Suriah dan Irak serta menghukum orang-orang dari agama yang berbeda.
Namun, jika ditelaah lebih jauh, maka maksud dan pesan dari Paus Frasnsiskus tersebut, tak semata-mata untuk kelompok ISIS, namun kepada semua orang, komunitas, gang, kelompok, atau apalah, yang menggunakan kekerasan atas nama atau sambil berseru nama Tuhan.
Dengan menyatakan bahwa, "Ekstrimis di seluruh dunia 'menyesatkan' agama sebagai dalih untuk tindakan kekerasan, .." maka sebetulnya Paus Fransiskus, juga berpesan kepada semua warga dunia, di mana saja mereka berada serta semua umat beragama. Pesan yang bermakna, adanya "penyesatan iman atau ajaran iman" yang dilakukan oleh kelompok ekstrimsi pada agama-agama; mereka menjadikan kekerasan atas nama Tuhan, sebagai suatu tindak dan langkah wajib bagi pengikut-pengikutnya. Model seperti itu, ada di mana-mana, termasuk di Indonesia.
Makna untuk kita di Indonesia Harus diakui bahwa, di negeri tercinta ini, masih dan sering terjadi hal-hal yang seperti Paus Frasnsikus maksudkan; di sini, di antara kita, sering terlihat dan terjadi jargon-jargon agama serta istilah khas keagaman, yang seharusnya hanya ada dalam ruang-ruang bina iman, menjadi alat untuk menghadang serta menyerang orang lain. Lebih dari itu, kekerasan atas nama Tuhan, juga menjadi bagian yang tak terelakan serta sebagai pilihan pada kelompok-kelompok ekstrimis dan radikal. Bahkan, ada yang membela mereka sebagai bagian yang sah dari nilai-nilai Kitab Suci.
Oleh sebab itu, akibat dari "penyimpangan dan penyesatan itu," kita, anda dan saya, perlu untuk membangkitkan kembali nilai humanis, serta sebarkan teks-teks damai dan perdamain dari Kitab Suci, untuk semua orang, di semua tempat dan situasi, dan pada setiap kesempatan.
Opa Jappy Anti Ormas Radikal Anti Mereka YANG ANTI PANCASILA
LINK TERKAIT: Ayat-ayat Cinta dan Teks-teks Marah
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!