Sehingga ketika Laboratorium Psikologi Politik Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, bekerjasama dengan Ikatan Psikologis Klinis Indonesia, Ikatan Psikologi Sosial Indonesia dan Fakultas Psikologi Universitas Padjajajaran, telah melakukan survei terkait Aspek Kepribadian Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014; mereka mendapat data dan hasil yang beda serta berbeda.
Jika benar, pertemuan antara Jokowi-Prabowo, walau cuma sebenar, dan publik mejadi tahu bahwa "itulah sosok Prabowo" yang sebenarnya; maka mereka berdua, Prabowo-Jokowi, sudah saling menerima, memaafkan, dan tanpa jarak, serta (nantinya) semakin akrab satu sama lain. Â
Dengan demikian, jika sikon itu tersukan ke ranah politik dan parlemen, maka, bisa jadi, akan terjadi mencairnya persaingan yang berakibat pada, terutama dari Gerindra, Â dukungan terhadap pemerintahan dan kebijakan Jokowi-JK.
Dampak lain, jika Prabowo dan Gerindra menjadi luluh, sebagai akibat pertemuan Jokowi-Prabowo, siapa yang paling dirugikan!?
Hati-hari kemarin, sebelum rekonsiliasai Prabowo-Jokowi, terlihat dengan jelas adanya persaingan, perebutan, bahkan pembagian kekuasaan di Parlemen; dan yang paling diuntungkan adalah Golkar serta PAN. Mereka mendapat kursi Ketua di DPR dan MPR. Dan, lainnya, parpol koalisi pendukung Probowo membagi rata jabatan-jabatan di DPR.
Mereka bisa seperti itu, karena atas nama "pendukung Prabowo atau pun Koalisi Merah Putih." Â Parpol-parpol tersebut denga cerdik gunakan nama Koalisi Merah Putih dan pendukung setia Prabowo, berhasil meraih apa yang mereka harapkan. Mereka pun dengan cerdas memberi "kekuatan dan masukan" kepada Prabowo agar menjadi "Sosok Perlawanan" terhadap Jokowi-JK dan parpol pengusungnya.Â
Akibatnya, Prabowo ikut dalam arus yang telah diatur dan disiapkan oleh mereka; Prabowo pun tampil dengan orasi-orasi perlawanan, yang mungkin berbeda dengan suara hati dan nuraninya. Namun, karena itu adalah tuntutan koalisi, maka ia pun lakukan.
Kini, hubungan Prabowo dan Jokowi menjadi akur, manis, dan hangat, sekaligus mamapu memadamkan isu panas bahwa adanya penjegalan pelantikan Presiden Terpilih Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Terpilih Jusuf Kalla (JK).Â
Sejumlah anggota MPR/DPR dikabarkan bakal memboikot dengan tidak menghadiri pelantikan pada 20 Oktober.
Selain itu, akur, kehangatan, dan manisnya hubungan Prabowo-JK, bisa-bisa menjadikan luluhnya sikap politik Gerindra terhadap Jokowi-JK, sehingga tak menjadi oposisi, maka akan melemahkan parpol-parpol lain, yang menjadi pesaing Parpol pengusung Jokowi-JK.Â
Itu, berarti kekuatan mereka menjadi berkurang. Mereka tak bisa lagi mendorong Prabowo untuk menjadi corong perlawanan melalui orasi-orasi, sehingga harus lakukan sendiri.