SUPLEMEN
Pada 15 Oktober 2014, say pernah menulis Ahok [akan] Memilih Sendiri serta Melantik Wakil Gubernur DKI Jakarta, lengkapnya,
Siapa yang akan mendampingi Basuki Tj Purnama sebagai Wagub DKI!? Dua partai yang paling berkempetingan, yaitu Gerindra dan PDIP, sudah menyiapkan kandidat mereka. Namun, belum ada tanda-tanda bahwa Ahok memilih apa dan siapa. Walau pada beberapa kesempatan, Ahok sudah memberikan sinyal bahwa dirinya akan memilih Si A, B, C, dan D, tapi semuanya belum ada kepastian.
Sementara itu, banyak pihak mulai kasak-kusuk, kemontar, dabat, serta memberik “masukan” bahwa Si Anu, Si Polan, Si Budi, Si Apa, Si Amang lah yang terbaik sebaik untuk mendampingi Ahok. Juga, ada yang menyesali diri, karena Ahok dengan terang benderang menolak kandidat yang diajukan karena tidak sesuai dengan pertimbangan “batinnya”. Nah, lalu siapa dia!?
Justru, Dirjen Otda Kemendagri memberikan pernyataan yang bisa saja, menyenangkan orang seperti Ahok. Di sela acara Peluncuran Nasional Hasil Indeks Tata Kelola 34 Kabupaten/kota di Hotel Kempiski, Jakarta Pusat, Selasa 14 Okt 2014, Dirjen Otda, Kemendagri, Djohermansyah Djohan menyatakan bahwa
“Perdebatan siapa yang akan menjadi Wagub DKI setelah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) resmi menjadi gubernur, akan ada di tangan Ahok sendiri. Berdasar UU Pemda No 23 tahun 2014, Ahok berhak mengajukan dua nama untuk menjadi wakilnya. Jadi, Ahok sekarang bisa mikir sendiri. Siapa yang akan bisa bantu saya.
Berdasarkan UU Pemda No 23 Tahun 2014, wakil gubernur akan menggantikan gubernur yang turun, sedangkan untuk menentukan wakilnya, tidak lagi melalui DPRD. Namun, dia menambahkan, nama calon wagub yang diserahkan kepada presiden, juga harus memenuhi sejumlah syarat, misalnya tidak tercela.
Berlaku juga kategori, wilayah yang memiliki 5-10 juta penduduk bisa memiliki dua wakil. Dua wakil itu bisa dari PNS atau non PNS. Ahok nantinya mengusulkan dua nama tersebut kepada Presiden melalui Mendagri. Jika disetujui, Presiden mengeluarkan kepres. Wakilnya tersebut dilantik sendiri oleh gubernur, … [detik.com/ihidkk.com]
Jadi jelas, “memilih sendiri, ajukan nama ke Presiden, ada Kepres, dan melantik;” langkah ini memang relatif “gampang dan mudah.” Ahok, yang sudah tidak mempunyai “hubungan dan ketergantungan politik” dengan Parpol mana pun, lebih praktis, akan memilih solusi cerdas dari Dirjen Otda, Kemendagri. Dengan demikian, ia tak akan pusing dengan debatan dan proses pemilihan di DPRD DKI.
Ternyata pas, cocok, dan benar; Basuki Tj Purnama lebih memilih untuk "melangkah di jalan praktis" daripada berputar-putar melalui jalur DPRD DKI.
[caption id="attachment_383572" align="aligncenter" width="620" caption="Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (kiri) memasangkan lencana Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat saat acara Pengambilan Sumpah Jabatan dan Pelantikan Wakil Gubernur DKI Jakarta di Balai Agung, Balaikota Jakarta, 17 Desember 2014. ANTARA FOTO"][/caption]
Ahok, Gubernur DKI Jakarta yang telah dan sementara tidak terikat pada salah satu Parpol di Nusantara ini, tenyata dengan alasan praktis dan sesuai konstitusi, tak mau belama-lama tanpa Wakil Gubernur. Walaupun, pilihan Wagubnya "di luar dugaan;" sebelumnya ada sejumlah nama yang disodorkan publik, namun pilihannya (atau terpaksa memilih dan menerima!?) pada Djarot Saiful Hidayat.
Djarot Saiful Hidayat yang selama ini (hanya) dikenal sebagai (mantan) Walikota Blitar, Jawa Timur selama dua periode, kini menjadi pendamping Ahok di DKI Jakarta. Tentu saja, kerajinan, kepemimpinan, dan keberhasilan Djarot di Blitar, akan ia kembangkan dan tingkatkan dalam rangka ikut tatakolala DKI Jakarta vbersama Basuki Tj Purnama.
Di balik pelantikan (sendiri) oleh Ahok tersebut, bisa jadi akan menimbulkan reaksi "gigit jari" di/pada politisi lokas DKI Jakarta yang "anti Ahok." Mereka pertama kali "gigit jari" ketika Presiden melantik Basuki Tj Purnama di Istana; dan kini Ahok pun membuat mereka semakin 'menggigit jari" hingga nyari putus. Nafsu politisi lokas di DPRD DKI agar membuat "pleno" dan memilih serta memutuskan Calon Wagub DKI Jakarta tak kesampaian atau terjadi; dan jika terjadi, mereka akan menyodorkan Calon Wagub yang tak sesuai selera Ahok.
Hingga hari ini, belum ada reaksi resmi dari para politisi "anti Ahok" di DPRD DKI Jakarta; yang ada justru reaksi dari "Gubernur Liar alias Tandingan." KH Fahrurrozi Isha, Sang Gubernur Tandingan DKI Jakarta, menyesalkan keputusan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang memilih Wakil Gubernur dari Blitar, Djarot Saiful Hidayat. Menurut Komedian tersebut,
"Kami sangat menyesalkan pemilihan Djarot sebagai Wakil Gubernur. Semuanya impor, enggak wakilnya, enggak gubernurnya, mau jadi apa ini Jakarta. Seharusnya Jakarta dipimpin oleh orang Betawi.
Megawati salah. Kenapa menyetujui Djarot jadi Wakilnya Ahok. Padahal Boy Sadikin sudah benar. Dia keturunan dari Ali Sadikin mantan gubernur kita dulu orang Jakarta tulen juga.
Pokoknya gue enggak mau tahu yang penting Ahok turun jadi gubernur. Kita akan terus sosialisasikan dan tentunya membereskan permasalahan Jakarta yang semakin semrawut ini."
Walah ... ini Gubernur Tandingan, kok berang!? Harusnya ia nyari Wagub Tandingan, bukan asal berucap, dan ditanbah lagi mau melakukan pengumpulan kekuatan dalam rangaka menurunkan Basuki Tj Purnama. Emanganya Gampang!?
Kini lengkap sudah; DKI Jakarta mempunyai Gubernur dan Wakil Gubernur.
Selamat Datang dan Selamat Bekerja di DKI Jakarta
Opa Jappy - Lenteng Agung, Jakarta Selatan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI