[caption id="attachment_387196" align="aligncenter" width="554" caption="doc Shutter Stock"][/caption]
Dunia internasional protes atas pemberitaan media televisi Indonesia terkait kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501. Protes ini sebenarnya bukan pertama kali terjadi. Publik Indonesia selama ini sudah sangat muak dengan pemberitaan televisi-televisi di Indonesia yang vulgar.Pemberitaan yang sangat tida etis tersebut mendapat sorotan media internasional. Misalnya,
The Washington Post, Rabu 31 Desember, "Di bandara, berlokasi sekitar 400 mil di tenggara Jakarta, seluruh keluarga menyaksikan salah satu TVyang memperlihatkan tim pencari berseragam oranye sedang turun dari helikopter. Tanpa peringatan, keluarga menyaksikan tayangan selanjutnya: jenazah mengambang di air. Tanpa pakaian, dan hanya mengenakan pakaian dalam warna hitam, Padahal, keluarga dari 162 orang penumpang masih menunggu kabar baik dari proses pencarian pesawat yang hilang. Tayangan itu membuat mereka menangis, bahkan beberapa di antaranya pingsan.
The Independent. "TV berita Indonesia, menayangkan gambar kru penyelamat usai menemukan petunjuk dan jasad di Laut Jawa, dekat perairan Kalimantan, pada layar terpisah juga menayangkan langsung reaksi keluarga dari para penumpang,"
ABCNews, “KPI Tegur Keras TV Indonesia atas Pemberitaan Tragedi Air Asia. Pesawat Air Asia QZ8501 dinyatakan hilang kontak, sejumlah TV lokal Indonesia tak henti-henti menayangkan update pencarian dan kondisi keluarga korban. Beberapa materi tayangan mereka ternyata mendapat kecaman dari Komisi Penyiaran Indonesia.
Stasiun TV mana yang dimaksud!? Tentu, anda dan saya tak perlu bertanya-tanya siapa dia; jawaban pasti ada tertuju pada Tv One. Faktanya seperti itu, sehingga ketika pada saat melihat tayangan yang tak beradab tersebut, ada penghuni rumahku, yang langsung berteriak dan tutup mata, dan menjerit menyerukan nama Sang Khalik.
Ternyata, hal seperti itu, bukan saja dialami oleh penghuni rumahku, melainkan ibu-ibu tetangga sebelah pun sama; mereka sangat menyayangkan kelakuan TvOne yang seperti itu; TV yang menayangkan secara vulgar korban Air Asia yang diangkat dari laut.
Seorang dosen Fakultas Komunikasi di Jakarta Selatan menyatakan bahwa, "Agaknya di TvOne tak ada orang di bagian/redaksi pemberitaan yang sanggup atau trampil membuat narasi; narasi yang jika didengar, pendengar sudah bisa membayangkan atau berimaginasi tentang isi narasi tersebut."Â Selanjutnya, menurut dosen senior tersebut, "Memang televisi merupakan media pemberitaan yang sedikit kata namun banyak gambar, foto, film, tapi bukan berarti tanpa harus menyiarkan tanpa sensor. Ada gambar, film, foto yang bisa disiarkan melalui narasi, dan contoh adalah jenazah para korban Air Asia."
Benar, ungkapan dari Pak Dosen tersebut ada benarnya; ketika dalam perjalanan dengan kendaraan, saya mendengar salah satu FM Radio milik Kompas Gramedia. Ternyata penyiarnya mampu melaporkan operasi SAR di Pangkalan Bun dengan narasi yang menjadikan pendengar seakan "melihat" gambar atau film tentang peristiwa tersebut.
Kelakuan Pemberitaan (dari dan pada) TV tersebut, membuat ingat kembali pada penilaian Pengamat komunikasi politik, Ari Junaedi bahwa TVOne sudah jauh dari kadar jurnalistik yang benar.
Nah …! Itulah model dan etika jurnalistis TvOne; apakah anda masih sukja pada pemberitaan yang seperti itu!?
Terpulang pada anda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H