Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

ABG Tanpa Malu Mengakses Video Porno di Area Publik

25 Januari 2015   04:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:25 4170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_393136" align="aligncenter" width="448" caption="ABG Tanpa Malu Mengakses Video Porno di Area Publik | Dok. Pribadi"][/caption]

Gara-gara akses internet di rumahku bermasalah, beberapa menit yang lalu, saya masuk ke Warnet di bilangan Lenteng Agung; rencananya mau ngirim e-mail dan koreksi tugas yang masuk. Namun, di Warnet ini, saya melihat pemandangan yang cukup mengejutkan.

Lima orang ABG, salah satunya masih berseragam, dengan tenang dan asyiknya menikmati vidio porno; mereka nampak begitu antusias dan tak peduli dengan orang lain di samping kiri kanannya. Bahkan, ketika saya mendekati mereka, tak ada sikap "malu," menoleh pun tidak, tetap menonton.

Ada yang mulutnya terbuka kecil, dan air liur mengalir; ada juga dari antara mereka yang asyik memegang bulung, mungkin tak bisa menahan nafsu. Para ABG tersebut, tak malu menonton vido porno di area publik, bahak seakan tak peduli dengan orang lain di sekitarnya.

[caption id="attachment_393046" align="aligncenter" width="314" caption="ABG Tanpa Malu Mengakses Video Porno di Area Publik | Dok. Pribadi"]

14221099252043911162
14221099252043911162
[/caption]

Ketika, saya bertanya ke operator Warnet, "Kok biarkan abg-abg itu, akses video porno!?" Si Penjaga menjawab, "Kami tak bisa melarang lagi. Sudah sering dilarang, dan didatangi Ketua RT, mamun mereka tetap saja curi kesempatan. Jika, kami terus larang, maka akan kehilangan  pelanggan."  Juga menurutnya, sudah serinag melarang, tapi tetap saja begitu, jadi kami biarin aja. Toh, mereka bayar. Jawaban yang jujur dan terbuka.

Juga menurut Si Operator, Abg yang suka akses video porno, orangnya itu-itu juga; maksudnya, orang atau anaknya samanya; dan juga dari seragamnya ketahuan bahwa mereka dari SD YY dan SMP XX di seputuran Lenteng Agung.

Ketika saya, menegur mereka, dan berkata, "Video itu cocok dengan kamu atau tidak!?" Salah satu dari antara mereka berkata, "Kaga Oom!" Saya lanjutkan, "Lalu, mengapa kamu nonton!? Abg lainnya menjawab, "Udah pengen banget lihat yang beigituan!"  Kemudian, pelan-pelan mematikan video tersebut. Ketika saya menulis tulisan ini, dan menengok ke arah mereka, ternyata mereka pun kembali asyik dengan video dewasa, dan agaknya semakin seru.

[caption id="attachment_393138" align="aligncenter" width="448" caption="ABG Tanpa Malu Mengakses Video Porno di Area Publik | Dok. Pribadi"]

1422157057442419534
1422157057442419534
[/caption]

Fakta di atas, sekali lagi membuktikan bahwa adanya kemudahan mengakses video porno oleh ABG; mereka bisa menonton melalui HP atau pun Warnet.

Lau, apa yang bisa kita, para orang dewasa, lakukan!? Selain, menegur dan melarang, itupun jika "nangkap basa" di area publik, seperti di Warnet. Bagaimana dengan akses melalui HP!?

Di sini, perlu peran orang tua dan guru; mereka yang paling berkepentingan dan mudah memberi pengertian kepada para ABG agar tidak menonton video porno. Tapi, apakah peran tersebut dilakukan dengan baik dan benar!?

Prihatin

LINK TERKAIT

Porn Addictve

Porn Addictve, selanjutnya PA, seaya belum menemukan kata yang tepat untuk istilah tersebut, jika anda tahu, silahkan share, muncul akibat sering menonton dan melihat gambar, ikon, dan film porno atau tayangan kategori khusus dewasa; bisa ditemukan pada video, film, komik, dan lain sebagainya, bahkan melalu internet. Mereka yang telah PA, sulit mengontrol perilaku seksualnya. Efek terjadi secara bertahap, ditandai dengan semakin mengelanturnya kata-kata cabul hingga perilaku yang cenderung melakukan pelecehan seksual. Kerusakan otak akibat kecanduan pornografi adalah yang paling berat, lebih berat dari kecanduan kokain

Akibat sering menonton dan melihat, maka tergambar dalam pikiran, untuk mempraktekan atau pun mencobanya. Jika orang dewasa, dan mempunyai pasangan (isteri atau suami), maka mudah melakukan “uji coba,” sebab bisa dilakukan bersama pasangan. Bagaimana dengan mereka yang tak mempunyai isteri-suami, belum cukup umur, dan tak mempunyai uang untuk “jajan!?”

Pada kasus perkosaan, terutama yang dilakukan oleh remaja dan orang dewasa, diawali dengan sering menonton - melihat video porno, dan tergolong pada PA; dan rata-rata para pemerkosa (dan pelaku seks bebas) adalah mereka yang terbilang sebagai PA.

Di samping itu, dampak dari Porn Addictive atau PA adalah,

  1. Mengecilnya Ukuran Otak. Menurut Ronald J. Hilton (ahli bedah otak di San Antonio Hospital menyatakan bahwa dampak PA menjadikan otak bagian tengah depan secara fisik mengalami penyusutan.
  2. Mengurangi Kemampuan Seksual. Karena bayangan dan ingatan pada waktu hubungan seks seperti pada yang pernah ditonton dan dilihat, maka ketika berhadapan dengan manusia nyata, justru down.
  3. Cenderung melakukan hubungan seks yang tidak wajar atau tak semestinya. PA merusak hubungan lingkungannya, keluarga atau orang-orang terdekatnya. Pada hubungan pacaran, hubungan yang berkembang menjadi tidak sehat. Jika mempunyai pacar, maka sanga pacar akan menjadi sasaran penmuasan nafsu seksual Bhakan, jika tidak tercapai atau tal puas, maka akan melakukan atau mempraktekkan cara-cara hubungan seks dengan tidak wajar.
  4. Kebutaan. Dalam kondisi normal, menonton film atau aktifitas visual lain akan memompa darah lebih kencang ke korteks visualutama. Sedangkan darah akan dipompa lebih deras saat mata mendeteksi terdapat kontak seksual pada hal yang dilihatnya. PA menimbulkan perubahan konstan pada neorotransmiter dan melemahkan fungsi kontrol. Ini yang membuat orang-orang yang sudah kecanduan tidak bisa lagi mengontrol perilakunya.
  5. Hanya memikirkan seks; hal-hal yang berhubungan dengan seks, kelamin, posisi, dan visual alat-alat genital menjadi topik utama dalam pikiran dan percakapan.
  6. dan lain sebagainya …

[caption id="attachment_391354" align="aligncenter" width="504" caption="doc managepornaddiction"]

14214797261439233884
14214797261439233884
[/caption] Negara-negara dengan Tingkat Perkosaan Tertinggi

Sederhananya, perkosa-perkosaan adalah tindakan (melakukan) hubungan sex dengan lawan jenis (yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan atau perempuan terhadap laki-laki) dengan cara paksa - paksaan; dan biasanya diawali dengan kekerasan fisik, psikologis, atau pun ancaman. Pada umumnya, yang diperkosa berada dalam/pada sikon tak berdaya, terpaksa, tertekan, ketakutan, bahkan terancam keselamatan (fisik, jiwanya, dan termasuk ancaman pembunuhan terhadap anggota keluarganya yang dekat).

Peristiwa perkosaan, telah ada sejak masa lalu, pada sikon perang dan penaklukan wilayah; panglima perang (kepala, komendan pasukan, dan lain-lain) dan bala tentara yang menang, biasanya melakukan tindakan tersebut terhadap perempuan pada daerah taklukan. Sejarah kelam menunjukan bahwa, setiap ekspansi (militer) untuk perluasan wilayah Kerajaan/kekaisaran (bahkan keagamaan) pada masa lalu, selalu diwarnai dengan perkosa dan perkosaan. Larangan terhadap perilaku tentara - bala tentara yang memperkosa perempuan pada wilayah (yang di) taklukan, baru dilarang pada tahun 1385, dan 1419, oleh Raja Richard II dan Henry V dari Inggris.

Bisa dikatakan bahwa, sejak itulah, perkosa - perkosaan merupakan suatu kejahatan, perbuatan kriminal, pelanggaran hukum, para pelakunya dikenai hukuman yang berat.  Kini, semua negara di Dunia, mengamini hal tersebut, bahwa perkosa-perkosaan merupakan tindakan terlarang, melawan hukum, dan harus dihukum dengan berat atau maksimal.

[http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/10/31/negara-negara-dengan-tingkat-perkosaan-tertinggi-604103.html]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun