Â
Tulisan ini diangkat berdasar ceramah dan diskusi tentang Ketika Laki-laki Berbicara Tentang Perempuan: Peran Perempuan pada Bidang Sosial Mernurut Laki-laki; diskusi yang terbatas di lingkungan kampus yang diikuti oleh tenaga suport akademis (non dosen), Â pegawai, Â dan dosen perempuan tersebut berlangsung kemarin.
Pada diskusi tersebut, ada peserta yang menolak kebebasan perempuan Indonesia, yang menurutnya, sudah kelewatan. Juga ada yang menyalahkan laki-laki Indonesia, yang tak sanggup memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga membiarkan, membebaskan isterinya bekerja. Dan ada lagi, Â seorang peserta diskusi yang menyatakan, lebih susah menjadi Perempuan Indonesia daripada Perempuan Arab.
"Lebih susah menjadi Perempuan Indonesia daripada Perempuan Arab," inilah yang kemudian menjadi ramai, ramai, dan ramai banget. Hal itu terjadi karena banyak peserta ungkapkan tentang manis, pahitnya TKW yang bekerja di Arab; juga mengungkapkan larangan-larangan terhadap perempuan. Sebagai lak-laki, diriku yang berceramah dan ada di antara para perempuan tersebut, tentu harus bisa mengalah, dan ingatkan bahwa waktu diskusi sudah selesai.
Dan ketika selesei, hal-hal yang berhubungan dengan Peran Perempuan pada Bidang Sosial masih belum tamat, masih banyak hal yang belum dibahas. Menarik. Karena ternyata banyak perempuan Indonesia masih buta dan tidak tahu apa-apa tentang perempuan menurut agamanya, dan juga nikmatnya perempuan di Arab Saudi.
Sehingga tak sedikit yang membayangkan dan membandingkan perlakuan terhadap perempuan di Arab Saudi, Israel, Eropa, Afrika, dan di Indonesia; dan ada yang berpendapat bahwa perlakuan terhadap perempuan yang terbaik adalah di Arab Saudi (karena mengikuti Syariah). Apa memang seperti itu!? Kenyataanya, memang seperti itu ko.' Banyak info melalui media masa, tuturan (teman-teman, isteri para diplomat yang pernah bertugas di sana), dan kesaksian para perempuan (yang pernah hidup lama di Arab Saudi) ternyata memang benar, ada sejumlah kenikmatan menjadi perempuan Saudi dibandingkan dengan tempat lain. Di negeri itu, perempuan dan Perempuan Arab Saudi tak bisa bepergian seorang diri (kecuali ada izin dan persetujuan kerabat serta keluarga), dilarang bekerja, membuat dan membuka rekening bank, dan termasuk nyetir mobil. Â
Di samping itu, masih ada sejumlah aturan untuk perempuan menurut Syariah Islam, yang tak boleh dilanggar oleh perempuan, termasuk uruasan berpakaian, ngobrol dengan bukan suaminya dan lain sebagainya. Jika kita lihat dari sisi Syariah dan mata kaum Laki-laki (bukan ego kelaki-lakian), maka ada benarnya, bentuk-bentuk pembatasan terhadap perempuan tersebut demi keamanan, martabat, keselamatan perempuan. Di samping itu, jika perempuan (dan juga yang telah menjadi isteri) yang tercukupi secara ekonomi, terpenuhi segala kebutuhannya, karena larangan bekerja, menjadikan suami wajib mencukup semua kebutuhanya.
Juga, jika bepergian atau pun nyetir, maka selalu ada yang  dampingi. Bahkan, untuk urusan rumah tangga,  ada neni-neni dari India, Pakistan, Indonesia, dan Filipina, dan negara-negara lain (dan kadang-kadang para suami mereka pun meranjangkan para neni-neni tersebut, bahkan hingga hamil). Bayangkan saja betapa nikmatnya Isteri Laki-laki Arab, ke mana-mana, ada yang jagai dan nemanin; di rumah, ada neni-neni; malas seranjang dengan suami, suaminya bisa makai si neni-neni.
Wou kereeen .....
Jadi, benar khan, para perempuan dan Perempuan Arab lebih terjamin hidup dan kehidupanya dari rekan-rekan mereka dibelahan bumi lainnya, (paling tidak itulah yang ada dalam pikiran banyak orang). Oleh sebab itu, jika para pegiat hak perempuan Arab Saudi yang merasa "gerah" dengan pembatasan ruang gerak perempuan dan mendorong negara segera mengubah peraturan; maka bisa jadi belum tentu diterima oleh mereka yang nyaman dengan sikon nikmat tersebut.
Jadi ingat sepernggal puisi Kahlil Gibran Wanita diciptakan dari tulang rusuk pria, bukan dari kepalanya untuk jadi atasannya, bukan pula dari kaki untuk dijadikan alasnya, melainkan dari sisinya unuk jadi teman hidupnya, dekat dengan lengan untuk dilindungi dan dekat dengan hatinya untuk dicintai Tak sedikit perempuan ingin mengendalikan dan memimpin laki-laki (tak salah khan ...).  Ingin menjadi tinggi kedudukannya dari laki-laki, karena merasa dirinya  lebih cerdas, lebih kuat atau lebih bisa banyak hal dibanding lakik-laki, (juga boleh khan). Perempuan diciptakan sama berharganya dengan laki-laki. Ia diciptakan  bukan sekedar untuk menjadi asisten bagi para laki-laki, melainkan  untuk menjadi kawan seiring dan sepadan agar laki-laki dapat  mencapai potensi maksimal dalam hidup mereka.