Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mayoritas - Minoritas, Produk Nasional yang Gagal dan Menghancurkan NKRI

25 Februari 2015   04:26 Diperbarui: 3 Juli 2015   16:27 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut KBBI, mayoritas adalah jumlah orang terbanyak yang memperlihatkan ciri tertentu menurut suatu patokan dibandingkan dng jumlah yang lain, yang tidak memperlihatkan ciri itu. Minoritasadalahgolongan sosial yang jumlah warganya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan golongan lain dalam suatu masyarakat dan karena itu didiskriminasikan oleh golongan lain itu. Ini bukan tulisan tentang sejarah kata,namun sisi sosial - politik mayoritas - minoritas.

Kebetulan, sejak kecil, walau diriku mempunyai basic ilmu Pasti Alam (SMA Paspal dan kuliah di Jurusan Matematika, kemudian menggeserkan diri pada sosial - politik - serta hubungan agama dan masyarakat), namun namun sangat suka dan cinta (ilmu) Sejarah. Oleh sebab itu, sedikit-dikit, masih memperhatikan apa yang terjadi di tengah hidup dan kehidupan bangsa, dan itu sebagai kekayaan ilmu.

Dalam ingatan tuaku, sejak awal kemerdekaan sampai era 80an,  kata-kata mayoritas - minoritas,hampir-hampir tak terdengar sebagai bentuk pemilahan sosial terhadap warga masyarakat yang berbeda agama di Nusantara (dan NKRI). Pada era tersebut, cukup sulit menemukan keputusan politik - kebijakan pemerintah - perundang-undang yang berdasar pada dikotomi mayoritas - minoritas,atau bahkan berdasar tembok-tembokperbedaan SARA.

Belakangan, semakin ke sini. Kedua kata tersebut, semakin marak digunakan kira-kira 20-an yang lalu, ketika era Presiden Soeharto, dan populer digunakan oleh Harmoko, yang pada waktu itu, bersamaan dengan adanya dikotomi pribumi - non pribumi, serta kata-kata yang bersifat pemilahan lainnya.Dengan itu, mayoritas - minoritasseakan menjadi produk nasional RI, yang diproduksi oleh elemen-elemen elite nasional, politisi/kus - tokoh agama - tokog informal, dalam rangka (bukan) untuk menyatukan bangsa.

Harapan mereka, pada waktu itu, adalah adanya keseimbanagan dan pemerataan pembangunan yang berkeadilan (yang dirasakan - dinikmati) oleh seluruh bangsa dan rakyat RI. Tetapi, harapan itu telah menjadi pengharapan yang kosong serta hampa.Akibat dari adanya kata-katamayoritas - minoritastersebut, maka telah terjadi perubahan -perubahan yang besar pada/dalam hidup dan kehidupan berbangsa - bernegara, dan juga hubungan sosial masyarakat Nusantara.

Padahal, jika tanpa ada sorotan - penggunaan mayoritas - minoritaspada tataran berbangsa dan bernegara, maka bisadipastikan bahwa negeri ini tak kacau dan porak poranda politik - sosial seperti sekarang; bahkan hubungan antar umat beragama pun menjadi tak nyaman dan rusak akibat penggunaan istilah mayoritas - minoritas. Juga, jika tanpa mayoritas - minoritasmaka yang muncul adalah tidak ada diskriminasi; adanya respek atau penghargaan; saling pengertian - menghormati - menerima keberadaan dan perbedaan; serta utamanya adalah adanya kesatuan dan persatuan sebagai komunitas bangsa - rakyat - umat manusia.

Kini, mau tak mau, penggunaan mayoritas - minoritas telah menjadi senjata pemusnah massal - penghancur kreativitas masyarakat di Nusantara. Dengan itu, telah terjadi diskriminasi - rasialisme berdasar minoritas - mayoritas; ketidakadilan - tanpa perlindungan hukum - pengelompokan kekuasaan - dan aneka perbedaan lainya.

Memang minoritas - mayoritas merupakan suatu fakta dan realitas, namun bukan untuk difungsikan sebagai salah satu alat pembeda - pemilah manusia dan kemanusiaannya. Biarkan ia ada sebagai kekuatan yang saling melengkapi serta melindungi satu sama lain. Oleh sebab itu perlu menyikapinya dengan dengan baik dan benar

Dengan demikian, jika semua elemen bangsa yang masih berada dalam frame NKRI, namun terus menerus melakukan pemilahan pada banyak hak berdasar  mayoritas - minoritas, maka di depan sana telah terbentang kehancuran; bangsa dan negara ini, akan menjadi sejarah masa lalu.

Semoga kita bisa menyadari  apa itu salah dan kesalahan ...

 

Nah …………………..

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun