Pemeo Aborigin "Buya Krueng Teubingong-bingong, Buya Tamoung meu-Rezeuki"
Oleh: Opa Chiyo TKI di Manca Negara
Minggu lalu AL Australia, mengusir peminta Suaka (orang perahu) yang memasuki wilayah Aussie dan mengusir mereka kembali ke laut Indonesia. Ini sungguh sebuah PEMEO bagaimana di Aussie penduduk asli atau penduduk lokal yaitu bangsa ABORIGIN telah mereka marginalkan yaitu sesuai judul diatas yaitu Pemeo Aborigin "Buya Krueng Teubingong-bingong, Buya Tamoung meu-Rezeuki" bagaimana penduduk asli Aussie orang Aborigin telah mereka pinggirkan jadilah mereka Bangsa Yang Tercabut Ditanah Leluhur Mereka.
[caption id="attachment_305419" align="aligncenter" width="596" caption="Seorang Aborigin, Foto diambil February 2013, Perth WA."][/caption] [caption id="attachment_305421" align="aligncenter" width="600" caption="Seorang Aborigin, Foto diambil February 2013, Perth WA."]
Jika kita beranjak dari Wilayah ABORIGIN dan bergeser sedikit memasuki wilayah PAPUA, disini juga masih banyak pertanyaan yang agak ter-tatih-tatih untuk menjawab sesuai HAM yaitu:
1.Freeport sudah berpuluh tahun, apakah orang Papua sudah menjadi Raja ditanah mereka sendiri atau masih seperti Pemeo Aborigin "Buya Krueng Teubingong-bingong, Buya Tamoung meu-Rezeuki"
2.Bagaimanakah INFRA STRUKTUR di Papua, apakah mereka sudah menikmati apa yang seharusnya menjadi HAK MEREKA sebagai orang yang sudah MERDEKA?
Itu adalah daerah di Ujung Timur, bagaimana pula dengan Aceh yang merupakan daerah paling Barat ?
Di daerah ujung barat ini juga tidak kalah menariknya jika ditelusuri sejarah, dimana yang pernah terjadi antara lain:
1.Program TRANSMIGRASI telah menjelma dan merupakan BOM WAKTU persis judul diatas Pemeo Aborigin "Buya Krueng Teubingong-bingong, Buya Tamoung meu-Rezeuki" pada saat itu rakyat lokal masih miskin, tapi para pendatang diberikan segala kemudahan, sehingga itu merupakan BOM WAKTU. Sebaiknya jika program TRAMSGRASI ingin dilanjutkan 40% pendatang dan 60% rakyat lokal diberikan fasilitas yang sama. Jika tidak ada 60% rakyat lokal, maka dana yang 60% tersebut diberikan pada daerah terdekat untuk dibagikan pada rakyat lokal tersebut sehingga judul diatas Pemeo Aborigin "Buya Krueng Teubingong-bingong, Buya Tamoung meu-Rezeuki" yang bisa sebagai cikal bakal BOM WAKTU konflik sosial yang bersifat horizontal.
2.Untuk setiap perusahaan BUMN dan PATUNGAN, rakyat lokal jangan diterima sebagai pelengkap saja misalnya sebagai KULI alias tukang Cuci mobil, tapi kepada rakyat LOKAL diberikan jabatan mulai Pos-1 hingga yang paling bawah. Jadi pemeo Aborigin seperti diatas tidak terjadi ber-ULANG ULANG sehingga konflik SOSIAL HORIZONTAL tidak berlanjut terjadi.
Terakhir agar tidak terjadi Pemeo Aborigin "Buya Krueng Teubingong-bingong, Buya Tamoung meu-Rezeuki" maka pemerintah PUSAT jangan lagi membanjiri DAERAH-DAERAH dengan men-supply tenaga dari pusat untuk DAERAH, tapi daerah-daerah didorong agar mereka mendidik tenaga yang berasal dari daerah lokal, karena ORANG LOKAL LEBIH BANYAK TAHU TENTANG DAERAHNYA SENDIRI.
Menyedihkan memang jika Pemeo Aborigin "Buya Krueng Teubingong-bingong, Buya Tamoung meu-Rezeuki" masih terjadi di NKRI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H