Mohon tunggu...
Opa anggraena
Opa anggraena Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Topik konten favorite / politik

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Anak Pelaku Kriminal, Kemana Fitrah Keimanannya?

14 Mei 2024   00:00 Diperbarui: 14 Mei 2024   01:01 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Bersabda (yang artinya):
“Tidak ada seorang bayi pun dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah. Maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Bukhari)

Pilu, Bocah laki – laki berinisial MA (6 tahun) asal Sukabumi menjadi korban pembunuhan, tidak hanya dibunuh, anak yang baru mau duduk disekolah dasar ini juga menjadi korban kekerasan seksual sodomi. Terlebih pelaku juga merupakan anak usia 14 tahun yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). (SUKABUMIKU.ID, 2/5/2024)

Tidak hanya dilingkungan masyarakat kriminalitas pun terjadi dalam lingkup pesatren. Seperti kasus seorang santri di pondok pesantren Husnul Khotimah, Desa
Manis Kidul, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, meninggal dunia.
Diduga santri itu dikeroyok teman di asramanya. (MediaIndonesia.com,6/12/2023)

Meningkatnya kasus konflik kriminalitas pada anak tentu menjadi alarm bagi orang tua, masyarakat dan negara. Disini peran orang tua tentu perlu dipertanyakan.

 Hilangnya Peran Orang Tua Sebagai Pendidik Utama

Tidak bisa kita pungkiri, pada sistem saat ini biaya pendidikan semakin mahal yang tidak sebanding dengan pendapatan masyarakat. Ini membuat orang tua fokus pada kebutuhan materi sehingga menjadi pihak pemberi materi yang hanya mengejar materi dengan harapan saat kebutuhan materi anak terpenuhi maka pendidikannya akan terjamin dan anak akan terdidik.

Faktanya, anak bisa menjadi pelaku kriminalitas, bahkan kasusnya tidak sedikit dari mulai pelaku bulying hingga pembunuhan. Tentu ini menjadi potret buruknya output pendidikan sistem kapitalisme. Karena sistem ini berpijak pada aqidah sekuler yang memisahkan agama  dari kehidupan. Hasilnya, generasi yang dihasilkan adalah generasi yang jauh dari agama, tak mengerti tujuan hidup, tidak beradab, tidak takut dosa dan gemar bermaksiat.
Dari sini tentu kita sebagai orang tua menyadari bahwa pentingnya peran orang tua terutama ibu  sebagai madrasah utama  bagi anak. Namun pada sistem saat ini membuat para ibu terpaksa keluar rumah untuk bekerja meninggalkan kewajibannya menjadi madrasah utama bagi anak.

Padahal, Pentingnya social support dari orangtua kepada anak karena akan meningkatkan kualitas sikap dan perilaku anak terlebih saat anak terbiasa dilibatkan dalam kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial. Membentuk dan membiasakan anak untuk beribadah agar ketika anak berperan diluar rumah sudah memiliki bekal pengetahuan yang diperoleh dari orang tuanya. Meski tentu perlu peran masyarakat dan negara untuk menunjangnya.

Bagaimana Sistem Pendidikan Islam Melahirkan Generasi Berakhlak

Rusaknya generasi disebabkan rusaknya 4 pilar yaitu individu, keluarga, masyarakat dan negara. Maka sebuah sistem pendidikan pun akhirnya menjadi sangat penting. Perlunya sistem yang melahirkan generasi takut kepada Allah agar ketika seseorang berperan sebagai anak, siswa, orang tua sekalipun akan menjadi individu yang senantiasa menjalankan perintah Allah. Akan senantiasa merasa apa yang dilakukannya semata mengejar Ridha Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun