Mohon tunggu...
Ovie
Ovie Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Wiraswasta

Datar. Stabil.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Oleh-oleh Lebaran: "Pengalaman" tentang Rekayasa Lalu Lintas

2 Juli 2017   13:30 Diperbarui: 2 Juli 2017   13:46 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://print.kompas.com

Akan tetapi, masih kurang informatif bagi para pengemudi, dari mana mulainya jalur contra-flow ini, dan dimana berakhirnya. Kesannya terasa untung-untungan, spekulatif hanya buat para pengguna lajur paling kanan, karena merekalah yang bakal akan dialihkan ke lajur contra flow, dimana akan tercampur dengan arus lalin kebalikannya.

Ada perasaan unik kala kemacetan di jalur normal melanda, yaitu timbul rasa keinginan/ cemburu (iri?) kepada mereka yang tengah mengarungi jalur contra flow, yang melaju dengan lancarnya. Ingin rasanya pindah ke jalur tersebut saat itu juga, jika saja situasi kondisi memungkinkan. Ah, sifat manusia.

Nah, lucunya, pada saat lajur contra flow tersebut dikembalikan ke jalur normal yang semula alias balik menggabung ke jalur kami, lalin akan tersendat merayap. Kembali kami menggerutu,"Ini gara-gara contra flow, keadaan jadi bottle-neck seperti ini."

Hihi, sifat manusia, jilid kedua.

2. Sistem buka tutup

Ini misalnya diterapkan di daerah Nagrek. Tetapi menurut pengalaman saya, sistem buka tutup yang prinsipnya memprioritaskan prinsip 'bergantian' ini akan diberlakukan secara urgent di kala emergency, misalanya kala terjadi kecelakaan. Karena sebuah bus yang memalang jalan akibat insiden lalin, maka metoda ini efektif untuk melanggengkan kelancaran lalin dua arah, walau toh akan terasa sangat padat merayap. Yang penting, kendaraan bisa jalan.

3. Sistem satu arah

Biasanya diberlakukan di daerah kota kecil. Yang sebelumnya adalah jalan dengan dua arah, kini disatukan, diperuntukkan bagi jalur arah mudik.

Sedangkan arah yang berlawanan dipandu agar memutar alun-alun, dsb.

4. Kuota atau penjatahan pada Rest Area

Ternyata pak polisi juga menjaga pintu masuk rest area, walaupun sudah ikut antri di belakang mobil-mobil lain yang ingin masuk ke rest area, jika di dalam sudah penuh, maka pak polisi sigap menghadang para pemudik.

Alamak, terpaksa dorongan perut lapar, atau haus, atau kebelet ke toilet, atau sekadar meluruskan kaki, berganti driver/ pengemudi, harus dibatalkan dengan alasan apa pun.

Bisa jadi, berkilo-kilo meter jauh sebelum rest areas, laju kendaraan pemudik sudah melambat dikarenakan keluar masuknya mobil-mobil dari rest area untuk kembali melanjutkan perjalanan ke jalur lalin.

5. Sebagai faktor komplementer dari kesemua itu, 

Patroli Polisi via kendaraan roda dua atau roda empat, juga rajin 'membersihkan baju jalan', dengan cara membunyikan suara sirine keras-keras, yang cukup membuat para pengemudi plus berikut para penumpangnya, menoleh mencari sumber suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun