Mohon tunggu...
OON SARWONO
OON SARWONO Mohon Tunggu... Akuntan - Magister Akuntansi - Universitas Mercu Buana - 55522120019 - Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Akun ini dibuat untuk keperluan mengerjakan Tugas kuliah Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak - Pajak International - Pemeriksaan Pajak (Universitas Mercu Buana, Maksi 2024)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuis 14 - Pemeriksaan Pajak - Arete : Sintesis Aposteriori untuk Audit Pajak Usaha Pertamabangan - Prof. Apollo

4 Juli 2024   08:30 Diperbarui: 4 Juli 2024   08:39 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Auditor yang mempraktikkan Arete juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik, untuk menjelaskan temuan audit secara jelas dan tepat kepada semua pihak yang terlibat. Mereka harus berusaha untuk terus meningkatkan diri melalui pelatihan dan pendidikan berkelanjutan, sehingga selalu up-to-date dengan perkembangan terbaru di bidang perpajakan dan audit.

Lebih jauh, Arete menekankan pentingnya etika dalam pengambilan keputusan audit. Auditor harus dapat mengidentifikasi potensi konflik kepentingan dan memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah untuk kepentingan publik yang lebih luas, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Keputusan audit yang didasarkan pada prinsip Arete akan lebih diterima oleh publik dan wajib pajak karena didasarkan pada keadilan dan kebenaran.

Dalam sintesis aposteriori, auditor mengintegrasikan semua informasi dan temuan yang diperoleh selama proses audit untuk menghasilkan kesimpulan yang komprehensif. 

Prinsip Arete memastikan bahwa sintesis ini dilakukan dengan tingkat ketelitian dan akurasi tertinggi, sehingga hasil audit tidak hanya memenuhi persyaratan regulasi tetapi juga memberikan nilai tambah dalam bentuk rekomendasi yang konstruktif untuk perbaikan di masa depan.

Mengadopsi Arete dalam audit pajak juga berarti bahwa auditor siap untuk mempertanggungjawabkan setiap langkah yang diambil dan setiap keputusan yang dibuat selama audit. Mereka harus siap menghadapi tantangan dan kritik dengan sikap terbuka dan konstruktif. Dengan demikian, prinsip Arete tidak hanya meningkatkan kualitas audit pajak tetapi juga meningkatkan kepercayaan publik terhadap sistem perpajakan dan otoritas yang menjalankannya.

Secara keseluruhan, penerapan Arete dalam audit pajak usaha pertambangan mengarahkan auditor untuk tidak hanya berfokus pada kepatuhan pajak tetapi juga pada peningkatan tata kelola dan etika dalam perusahaan tambang. Hal ini pada akhirnya akan berkontribusi pada pencapaian tujuan yang lebih luas, yaitu meningkatkan penerimaan negara dan mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Dalam melakukan sintesis aposteriori, beberapa pertimbangan penting yang harus diperhatikan oleh auditor adalah:

  • Kepatuhan terhadap Standar Profesional: Auditor harus mematuhi standar profesional yang berlaku, seperti standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan standar internasional lainnya. Standar ini memastikan bahwa proses audit dilakukan dengan kualitas tinggi dan sesuai dengan praktik terbaik.
  • Independensi dan Objektivitas: Auditor harus bersikap independen dan objektif dalam melakukan audit. Konflik kepentingan harus dihindari untuk memastikan hasil audit yang akurat dan dapat dipercaya. Independensi ini penting untuk menjaga kepercayaan publik dan kredibilitas hasil audit.
  • Penggunaan Teknik dan Metode Audit yang Tepat: Auditor harus menggunakan teknik dan metode audit yang sesuai dengan karakteristik usaha pertambangan. Misalnya, teknik audit forensik mungkin diperlukan untuk mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan. Metode yang tepat memastikan bahwa semua aspek penting dari aktivitas perusahaan diperiksa dengan seksama.
  • Analisis Risiko yang Komprehensif: Auditor harus melakukan analisis risiko yang komprehensif untuk mengidentifikasi area yang paling rentan terhadap pelanggaran pajak. Hal ini membantu dalam fokus pemeriksaan dan efisiensi audit. Dengan analisis risiko yang baik, auditor dapat memprioritaskan sumber daya untuk area yang memiliki risiko tinggi.
  • Peningkatan Kapasitas dan Kompetensi Auditor: Auditor harus terus meningkatkan kapasitas dan kompetensinya melalui pelatihan dan pendidikan berkelanjutan. Ini penting untuk menghadapi tantangan baru dalam audit pajak sektor pertambangan yang semakin kompleks. Pelatihan berkelanjutan memastikan bahwa auditor selalu up-to-date dengan perubahan regulasi dan teknologi terbaru.

Contoh Kasus Audit Pajak pada Perusahaan Tambang Emas

Sebagai ilustrasi, mari kita lihat kasus audit pajak pada PT Emas Jaya Abadi. Audit dilakukan setelah otoritas pajak menerima informasi bahwa perusahaan ini diduga melakukan underreporting atas pendapatan dari penjualan emas.

Langkah-langkah Audit:

  • Identifikasi dan Pengumpulan Data: Auditor mengumpulkan data dari berbagai sumber, termasuk laporan keuangan, laporan penjualan, dan catatan operasional perusahaan. Data dari pihak ketiga seperti bank dan pelanggan juga dikumpulkan untuk cross-check.
  • Analisis Pendapatan dan Beban: Auditor menganalisis pendapatan dan beban yang dilaporkan oleh perusahaan. Dalam kasus PT Emas Jaya Abadi, ditemukan bahwa pendapatan dari penjualan emas tidak sesuai dengan jumlah emas yang diproduksi dan dijual berdasarkan catatan operasional.
  • Pemeriksaan Transaksi Antar Perusahaan: Auditor juga memeriksa transaksi antar perusahaan dalam grup yang sama. Ditemukan adanya indikasi transfer pricing yang tidak sesuai dengan arm's length principle.
  • Wawancara dan Observasi Lapangan: Auditor melakukan wawancara dengan manajemen dan karyawan serta melakukan observasi langsung di lokasi tambang. Temuan lapangan mendukung indikasi adanya pelaporan pendapatan yang tidak akurat.
  • Penyusunan Laporan Audit: Berdasarkan temuan di atas, auditor menyusun laporan audit yang menyimpulkan bahwa PT Emas Jaya Abadi melakukan underreporting atas pendapatan dan menggunakan skema transfer pricing untuk mengurangi beban pajak.

Tindak Lanjut dan Hasil Audit:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun