Mohon tunggu...
Rahman
Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Menulis apa yang saya suka, siapa tahu kamu juga suka. Twitter: @oomrahman.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Doa untuk Teman

14 April 2021   23:40 Diperbarui: 14 April 2021   23:53 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan kedua pada masa pandemi virus korona. Dua bulan berlalu bagi saya dan keluarga berjalan sebagai penyintas virus yang entah kapan berakhirnya.

Ketika vaksin terdistribusi, tapi virus semakin nyata terasa. Tinggal di badan, tertidur sebentar oleh antibiotik yang punya masa kerja. Sampai nanti akhirnya cairan asing tersuntik ke dalam badan.

Saya dan keluarga beruntung masih punya kesempatan jumpa Ramadan tahun ini. Seorang teman kehilangan dua orang tuanya secara beruntun jelang dua pekan Ramadan datang.

Dia orang baik. Sedari kecil bersama-sama beribadah di musala dekat rumah. Dia punya nama berdasarkan salah satu sifat Nabi Muhammad. Perilakunya InshaAllah juga demikian.

Ayahnya aktif dalam kegiatan keagamaan di sana, mulai dari adzan sampai berkeliling menagih iuran rutin untuk operasional musala. Kurang sebulan dari Ramadan, dia masih melakukan perilaku terpuji tersebut. Momen terakhir kali untuknya mengunjungi saya di rumah.

Sebagai tetangga saja rasanya sedih mengetahui ada seseorang yang dikenal kehilangan kedua orang tua dalam waktu singkat. Sulit benar-benar memahami perasaannya saat ini. Terhantam Qadr Allah SWT yang semoga membuatnya lebih kuat menjalani kehidupan. Doa terbaik untuk mereka. Selaku teman, komitmen untuk membantu jelas diperlukan.

Setiap momen nyatanya memang pelajaran. Ujian bagi hamba-Nya yang bersabar.

Selepas membaca Surat Yasin, saya mendapati bagian penutup doa yang indah dengan terjemahan berupa: "Wahai Dzat yang menghilangkan, hilangkanlah (4x). Hilangkanlah dari saya akan kesusahan dan kegundahan dengan segera, berkat rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Paling Penyayang."

Penekanan 'Hilangkanlah' sebanyak empat kali, sampai berlanjut permohonan tercabut dari dera derita. Kekuatan doa yang seharusnya membuat kita percaya. Memberi keyakinan ada hal baik setelah masa sulit.

"....5. Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan, 6. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan"

Ayat kelima Al-Insyirah selalu juga bisa menyuntikkan tenaga untuk kita hamba yang lemah. Sama seperti doa penutup Surat Yasin, di sini terjadi repetisi:

- Hilangkanlah. Hilangkanlah. Hilangkanlah. Hilangkanlah kami dari kesusahan.

- Setelah kesulitan ada kemudahan. Setelah kesulitan ada kemudahan.

Allah SWT begitu kuat menggaransi kalau ada titik terang pasca setiap persoalan. Sekalipun kita terlarut dalam data statistik mengerikan yang mencerabut identitas personal untuk terjebak dalam angka rigid.

Tercatat 1,58 juta kasus positif dengan 1,43 juta orang sehat dan 42.782 orang meninggal karena Covid-19 per tanggal 14 April 2021. Angka yang bermakna sekalipun kisahnya pilu luar biasa. Kita tergerak konstan dalam sikap 5M yang sekali longgar jelas ciptakan bahaya. 

Meski kebanyakan akhirnya berserah diri saja. Setelah ikhtiar yang menagih terus rasa sabar.

Epilog

Ramadan tahun lalu jelas memberi pelajaran. Bahkan juga Ramadan tahun-tahun sebelumnya. Mungkin pula malah hari kemarin, dua minggu lalu, bulan lalu, atau momen kapan sajalah yang memaksa diri kita untuk menjadi lebih tangguh. Menempa mental yang terus-terusan teruji.

Maka beruntunglah setiap orang yang selalu punya tekad menjadi lebih baik dari waktu terdahulu. Juga merugi untuk orang yang melakukan hal sama tanpa ada perbaikan signifikan.

Kita selamanya dihadapkan dalam ketidakpastian. Kemudian pandemi global ikut campur menghadirkan probabilitas kesulitan yang lebih sering beri cekam.

Para penyintas seperti saya sempat terhadapkan dengan kematian yang mendekat. Mengintrospeksi diri sekali lagi soal maut yang bisa menyapa kapan saja. 

Mungkin ini memang terlalu personal. Namun, bukankah setiap pelajaran menuntut kita melembutkan perasaan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun