Patut diapresiasi juga bagaimana Mentan Andi Amran Sulaiman selalu berupaya membuat kebijakan pro petani. Ketika ada wacana impor, Amran kerap menolak produk impor masuk, karena bisa menyebabkan harga beli pertanian lokal yang baru panen menjadi jatuh.
Untuk internal kementerian, Kementan berusaha mempertahankan pencapaian dalam meraih opini laporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK. Selain itu, capaian yang menterang seperti penghargaan anti gratifikasi dari Komisi Pemberantasan Korupsi juga patut dipertahankan. Tentu saja ini beriringan dengan praktik-praktik pemerintahan yang bersih sebagai bukti implementasi revolusi mental atau reformasi birokrasi yang selama ini menjadi semangat pemerintahan Joko Widodo. Semangat yang patut dilanjutkan dan ditingkatkan demi kesejehateraan rakyat lima tahun mendatang.
Demi terwujudnya pertanian yang semakin produtif, persoalan sumber daya manusia dan peningkatan daya saing menjadi fokus bersama jajaran Kementan. Tidak main-main, target pada 2019, Kementan mencetuskan gerakan satu juta petani milenial berorientasi ekspor, serta peningkatan kualitas dan kapasitas Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) untuk meningkatkan daya saing SDM. Peminat pendidikan vokasi Polbangtan setiap tahunnya meningkat, dari 980 orang pada tahun 2013 menjadi 12.111 orang pada 2018. Tidak lain tidak bukan demi tercetaknya generasi petani milenial berorientasi ekspor sesuai nilai-nilai Pancasila.
Semoga semakin banyak generasi milenial yang sadar betapa pentingnya sektor pertanian. Sehingga mau menekuni bidang pertanian dengan wawasan terkini dalam era kiwari. Tidak malu untuk berprofesi sebagai petani, tentu dengan keahlian yang modern dan canggih sesuai semangat zaman. Perlu ditinggalkan paradigma bahwa pertanian tidak menguntungkan atau kumuh. Jangan malu menjadi petani, karena pemerintah pun telah memberikan bekal pengetahuan dan skema permodalan untuk mencapai target 1 juta petani muda Indonesia.
Ada dua program lain yang jadi sasaran pada 2019. Keduanya diberi nama menarik, karena memakai tagar khas media sosial, yaitu #BEKERJA dan #SERASI. #Bekerja kepanjang dari Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera yang memberi bantuan produktif pada 400.000 rumah tangga miskin (RTM). Dilakukan pemberian 20 juta ekor ayam kepada petani miskin, santri tani, dll. Juga pemberian bantuan benih/bibit tanaman hortikultura dan perkebunan cluster.
Untuk program #Serasi atau Selamatkan Rawa Sejahteran Petani dilakukan pada lahan rawa pasang surut/lebak seluas 500.000 hektare yang difokuskan terbagi rata di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan.
Tidak dapat dipungkiri, modernisasi pertanian penting dalam mencapai target swasembada pangan berkelanjutan. Kementan menyadarinya, terlebih sektor pertanian pun memasuki era revolusi industri 4.0 yang lekat dengan kebijakan-kebijakan strategis. Beragam aplikasi telah diperkenalkan untuk membantu usaha tani, seperti Simontadi, Katam, Si Mantap, Smart Farming, Smart Green House, Autonomous Tractor, dan Smart Irrigation.
Aplikasi Simontadi (Sistem Informasi Monitoring Pertananam Padi menggunakan citra satelit beresolusi tinggi untuk membaca standing crop tanaman padi. Sedangkan aplikasi Kalender Tanam Berfungsi untuk mengetahui watu tanam, rekomendasi pupuk, dan penggunaan varietas. Sedangkan Si Mantap bisa memberi bantuan asuransi pertanian bahwa pihak asuransi mampu mendeteksi risiko kekeringan dan banjir, termasuk juga organisme pengganggu tumbuhan.
Tidak kalah penting, aplikasi-aplikasi tersebut juga memfasilitasi generasi muda supaya terjun ke dunia pertanian. Penggunaan internet dan teknologi informasi telah menjadi bagian kehidupan manusia sehari-hari yang telah memasuki era teknologi 4.0. Berpengaruh besar terhadap produksi barang dan jasa, khususnya pertanian bagi negara agraris seperti Indonesia.
Implementasi teknologi 4.0 sangat bermanfaat bagi konsumen dan petani mendekatkan distribusi. Oleh sebab itu perlu ada regulasi dan aturan sebagai payung hukum bagi pelaku usaha dan generasi milenial. Tantangan bagi Kementan.