Mohon tunggu...
Rahman
Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Menulis apa yang saya suka, siapa tahu kamu juga suka. Twitter: @oomrahman.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Inggris Buat Panama Kembali Sebatas Nama Terusan dan Dokumen Skandal Pajak

24 Juni 2018   23:21 Diperbarui: 24 Juni 2018   23:36 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemenangan nyaman Inggris raih dengan menggunduli Panama 6-1 dalam laga lanjutan Grup G Piala Dunia 2018, Minggu (24/6). Stadion Nizhny Novgorod menjadi panggung skuat muda mementaskan dominasi terbaik untuk menyalip Belgia di puncak klasemen grup.

Inggris punya catatan buruk dalam konteks menang beruntun pada dua laga awal turnamen kompetitif sejak 1950. Dari kombinasi 21 kali keikutsertaan Piala Dunia dan Piala Eropa, Inggris hanya dua kali meraih hal tersebut, yakni Piala Dunia 1982 dan 2006. Inggris asuhan Ron Greenwood menang dari Prancis dan Cekoslowakia di Italia, sementara pada edisi 2006 giliran Paraguay dan Trinidad & Tobago yang ditundukkan David Beckham, dkk.

Ada dua isu lain yang kelak bisa menjadi alibi kalau mediokritas Inggris mendadak kambuh. Sempat tersebar foto catatan latihan milik asisten pelatih Inggris, Steve Holland yang menunjukkan kemungkinan susunan pemain pemulai laga. Disinggung di sana, Marcus Rashford bakal menggantikan Raheem Sterling setelah alami performa biasa saja dan Ruben Loftus-Cheek melanjutkan lagi tugasnya mengisi peran Dele Alli seperti pada menit ke-80 pada laga sebelumnya.

"Itu tidak memberi saya keuntungan. Tidak berpengaruh siapa yang bakal bermain, karena kalau satu tidak tampil, pemain penggantinya juga bagus," komentar pelatih Panama Hernan Dario Gomez seperti dikutip The Guardian.

Nyatanya hanya tentang Loftus-Cheek ganti Alli yang terjadi. Bahkan Rashford tidak dapat satu menit pun bermain. Isu lain yang sempat dikhawatirkan yaitu mengenai kemampuan adaptasi Inggris yang bermain di suhu 30 derajat celcius. Sudah begitu, mereka tidak pergi ke Nizhny Novgorod segera setelah laga pertama. 

Berbeda dengan tim Panama, yang familiar dengan tingkat kepanasan dan kelembabapan hampir serupa di negaranya, telah berada di kota itu sedari Jumat. Marea Roja juga menggelar latihan langsung di stadion pada jam yang sama dengan pertandingan sehari sebelumnya. Tidak seperti Inggris.

"Tiada keuntungan psikologikal untuk bertanding di suhu panas pada beberapa pekan sebelumnya, lalu lantas berasumsi akan teradaptasi. Kami nyaman dengan rencana perjalanan yang dibuat. Kami tim yang menjaga penguasaan bola, dan pada suhu panas, akan ada momen saat kami perlu menyerang dengan bola atau rehat dengan tetap meguasai laga," tangkis Southgate tentang problema ini.

Rekam jejak sejarah, kebocoran informasi, dan adaptasi suhu panas hanya kumpulan variabel prediksi di atas kertas. Kualitas sumber daya pemain Inggris terlalu berbeda dengan Panama, elemen yang jelas memengaruhi implementasi taktik permainan kedua tim. John Stones bawa unggul Inggris hanya dalam waktu delapan menit melalui sundulan tanpa kawalan. Stones mendapati ruang kosong di kotak penalti seolah sedang berada di rumah yang ditinggal mudik Ruben Torres dan rekan-rekannya.

Harry Kane menggandakan keunggulan pada menit ke-22 lewat sepakan penalti setelah Jesse Lingard dihantam dua pemain Panama sekaligus. Empat belas menit kemudian, giliran Lingard sendiri yang mencatatkan nama di papan skor elektronik. Gol cantik lewat sepakan lengkung jarak jauh dirayakan dengan joget a la Roy Purdy. Sangat Lingard.

Diskusi hangat tampak saat Inggris mendapati bola mati tidak lama dari gol ketiga. Membuahkan skema apik tendangan bebas operan pendek Kieran Trippier kepada Jordan Henderson yang mengumpan lambung menyilang untuk disundul Kane, lalu diselesaikan sepakan Sterling, tapi ditepis kiper. Sistem dukungan datang dari Stones yang menyambut bola muntah berbuah gol kedua untuknya. Pertahanan Panama kalang kabut, terlalu banyak mereka kecolongan.

Tidak bisa dipastikan apakah peraturan sepak bola di Panama berbeda sendiri dengan membolehkan  teknik gulat masuk ke dalam sepak bola. Namun bantingan dua sekaligus di kotak penalti masing-masing kepada Stones dan Kane kelewat sulit dijelaskan. Bingung juga pelanggaran kepada siapa sebetulnya yang menghasilkan penalti? Apakah perlu adanya kebijakan dobel penalti karena kasus ini di masa depan? Entah, tapi tadi Kane mengeksekusinya dengan kekejaman serupa dengan penalti pertama menghasilkan kesuksesan lanjutan. Babak pertama Inggris unggul lima gol tanpa berbalas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun