Mohon tunggu...
Rahman
Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Menulis apa yang saya suka, siapa tahu kamu juga suka. Twitter: @oomrahman.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Willkommen! Pernik Unik Juara asal Eropa di Piala Dunia 2018

13 Juni 2018   14:31 Diperbarui: 14 Juni 2018   08:41 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jerman? Inggris? Perancis? Spanyol? Hal yang jelang Italia dan Belanda tidak mungkin juara di Rusia. Sumber foto: PA Images (dengan penyuntingan mandiri)

Sejak dipentaskan pertama kali pada 1930, hanya delapan negara yang pernah juara Piala Dunia. Sekalipun bertajuk Piala Dunia, nyatanya baru dua zona konfederasi sepakbola saja yang negara-negaranya pernah angkat trofi, yakni Eropa (UEFA) dan Amerika Selatan (CONMEBOL).

Jerman paling banyak mentas pada laga final dengan jumlah delapan kali, meski hanya separuhnya mereka menangi. Sedangkan Brasil pengoleksi gelar dengan torehan lima piala yang tersemat secara simbolis lewat bintang pada seragam. Uruguay sukses juara dua kali saat gelaran masih berusia dini. Argentina melakukannya pada era Mario Kempes pada 1978 disusul magis Diego Maradona delapan tahun berselang.

Ada enam negara yang juara bersamaan peran selaku tuan rumah, sekalipun tidak perlu berharap macam-macam kepada Rusia. Inggris dan Perancis juara sekali dan memang satu-satunya tatkala melakoni peran sahibulbait pada 1966 dan 1998. Spanyol zaman keemasan meletakkan trofi Piala Dunia 2010 di antara kejayaan Piala Eropa 2008 dan 2012 untuk mendaku diri salah satu timnas terbaik sepanjang masa. Turnamen nomor ke-21 ini minus Italia yang mesti absen lagi selayaknya pada gelaran Swedia 1958.

Sebagai pentas tertinggi dalam kancah sepak bola, Piala Dunia sesak pernik menarik. Berkali-kali dicetak ke dalam buku, direkam ke dalam video, dituturkan antargenerasi, dan ditulis lebih dari 1.500 kata. Namun biarlah yang pernah juara yang paling pantas untuk dikenang dan dibahas lebih dulu. Berikut sekilas pernik para tim juara dalam konteks keikutsertaan Piala Dunia 2018. Ajang di mana mereka mencoba mengulangi kejayaan atau merelakan kejayaan milik orang lain.

La Furia Roja Coba Ulang Kejayaan

Spanyol tolak semenjana. Sumber foto: Twitter @SEFutbol.
Spanyol tolak semenjana. Sumber foto: Twitter @SEFutbol.
Hidup Spanyol pasca kejayaan 2008-2012 jelas tidak sama. Tiada lagi kepemimpinan Iker Casillas dan Carles Puyol dari lini belakang. Xavi Hernandez seperti sepasang paru-paru bersama Andres Iniesta yang mengalirkan oksigen ke dalam permainan, maka hilang satu bikin susah kinerja lini tengah. Sementara dua ujung tombak, David Villa dan Fernando Torres sama seperti Spanyol pada era itu sendiri: Agung.

Kini, penyerang paling produktif yang dibawa Spanyol hanyalah seorang Iago Aspas yang menjaringkan 22 gol dalam 34 laga bersama Celta Vigo di La Liga. Duet bek tengah ditempati Gerard Pique dan Sergio Ramos memang berkualitas top, tapi kebanyakan umbar ejekan di media dan grup WhatsApp. Setelah ini, Iniesta pensiun menyisakan peninggalan besar bagi para gelandang muda bertalenta.

Lantas, apa pernik unik Spanyol kali ini? Jika pemain sekaliber kelas satu Premier League, antara lain Cesc Fabregas, Pedro Rodriguez, Alvaro Morata, Marcos Alonso, Juan Mata, Ander Herrera, dan Hipster Bellerin saja disingkirkan, tandanya Spanyol jelas tidak kehabisan stok pemain mumpuni. Namun, keputusan itu mungkin malah sebaliknya? Memangnya Julen Lopetegui punya kapabilitas seperti Luis Aragones dan Vicente del Bosque? Untungnya apapun yang terjadi pada Spanyol pun, setelah Piala Dunia Lopetegui tetap melatih tim kuat, yakni Real Madrid.

(Pembaruan: Lopetegui dipecat Spanyol, karena pengumuman melatih Real Madrid yang dilakukan berdekatan dengan Piala Dunia tersebut. Pemecatan terjadi sekitar dua jam setelah penayangan naskah.)

Spanyol tersingkir pada fase grup Piala Dunia 2014. Spanyol tersingkir pada babak 16 besar Euro 2016. Setelah kalender 2012 berakhir, mungkinkah Spanyol perlahan kembali ke posisinya seperti saat tahun 2008 belum ada?

Jadwal Spanyol di Grup B:

16 Juni - vs Portugal 01.00 WIB (Stadion Olimpiade Fisht, Sochi)

21 Juni - vs Iran 01.00 WIB (Arena Kazan, Kazan)

26 Juni - vs Maroko 01.00 WIB (Stadion Kaliningrad, Kaliningrad)

Putusnya Relasi Perancis dengan Arsenal

Kali ini, Perancis tanpa pemain Arsenal. Sumber: Twitter @FrenchTeam
Kali ini, Perancis tanpa pemain Arsenal. Sumber: Twitter @FrenchTeam
Berakhirnya rezim Arsene Wenger di Arsenal selama 22 tahun turut memutus tren sumbangan pemain The Gunners untuk Timnas Perancis dalam durasi waktu yang hampir sama. Diawali debut Patrick Vieira pada laga persahabatan melawan Belanda pada 26 Februari 1997, lantas berakhir saat kapten Arsenal Laurent Koscielny bermain 90 menit dalam kemenangan 3-1 Perancis atas Rusia di Saint Petersburg pada penghujung Maret tahun ini.

Dua trofi kompetitif terakhir yang dimenangkan Perancis melibatkan setidaknya dua pemain Arsenal. Vieira bersama Emmanuel Petit menyumbang tenaga untuk kejayaan Perancis pada Piala Dunia 1998 di kandang sendiri. Sedangkan pada Euro 2000 yang turut dimenangkan mereka, keduanya ditemani satu kolega tambahan Arsenal, Thierry Henry.

Berakhirnya kecenderungan ini bisa tidak terjadi, kalau Koscielny tidak cedera putus tendon achilles dan penyerang Alexander Lacazette konsisten cetak gol sepanjang musim. Memang ada Olivier Giroud yang membela Arsenal dalam 5,5 tahun di dalam skuat, tapi hubungannya dengan The Gunners tinggal urusan emosional semata karena dilego ke Chelsea pada bursa paruh musim.

Terlepas dari itu, Perancis sama seperti Inggris dalam urusan rataan usia pemain, yakni 26 tahun. Jadi jangan bosan kalau nanti Paul Pogba melakukan dub, sedangkan Griezmann lagi-lagi berselebrasi Fortnite.

Jadwal Perancis pada Grup C:

16 Juni - vs Australia 17.00 WIB (Arena Kazan, Kazan)

21 Juni - vs Peru 22.00 WIB (Stadion Central, Yekaterinburg)

26 Juni - vs Denmark 21.00 WIB (Stadion Luzhniki, Moskow)

Jerman, Pelangganan Semifinal

Juara bertahan Jerman berada di posisi terdepan. Sumber foto: Twitter @DFB_Team_EN.
Juara bertahan Jerman berada di posisi terdepan. Sumber foto: Twitter @DFB_Team_EN.
Sejak Piala Dunia 2002, Jerman setidaknya selalu melenggang sampai babak semifinal. Rinciannya, dua semifinal, sekali final, dan satu juara. Dengan rekam jejak demikian beserta status juara bertahan plus juara Piala Konfederasi 2017, Die Mannschaft seolah menumpang pesawat rute Berlin-Moscow/Saint Peterseburg (kota semifinal) dengan beragam kota transit.

Bintang kelima menjadi incaran untuk menyamai perolehan Brasil. Juga untuk menegaskan kembali ucapan Gary Lineker, "Sepak bola permainan sederhana. Dua puluh dua laki-laki mengejar bola selama sembilan puluh menit dan pada akhirnya Jerman yang menang." Jumawa? Tentu jangan sekalipun indikasinya terlihat ada. Pada lima laga pemanasan, Jerman main imbang 1-1 dengan Spanyol, kalah di kandang sendiri dari rival terkuat Brasil 0-1, ditekuk tetangga yang gagal lolos ke Piala Dunia, Austria 1-2, dan menang tipis dari Arab Saudi 2-1 padahal pertemuan terakhir keduanya tahun 2002 mereka babat 8-0.

Daripada itu, Jerman hanya kalah dua kali pada laga kompetitif semenjak Piala Dunia 2014. Pada dekade yang diisi hegemoni dalam kancah sepak bola, maka tidak heran Mesut Oezil, dkk. tetap menjadi unggulan pertama untuk kembali juara.

Jadwal Jerman di Grup F:

17 Juni - vs Meksiko 22.00 WIB (Stadion Luzhniki, Moskow)

24 Juni - vs Swedia 01.00 WIB (Stadion Olimpiade Fisht)

27 Juni - vs Korea Selatan 21.00 WIB (Arena Kazan, Kazan)

Inggris Muda Hapus Duka

Singa muda belajar bikin bangga. Sumber foto: skysports.com
Singa muda belajar bikin bangga. Sumber foto: skysports.com
Inggris berjumpa Tunisia pada laga pertama, 19 Juni 2018. Untuk urusan melawan negara Afrika, Inggris tidak kenal kalah. Dalam 18 perjumpaan mereka menang 12 kali dengan sisanya imbang. Namun persoalan Inggris memang bukan dari Afrika.

Skuat Tiga Singa paling jauh melangkah pada babak 8 besar (2002 dan 2006) dalam lima Piala Dunia terdahulu. Sebagai negara yang mendaku diri penemu sepak bola modern, Inggris hanya sekali juara Piala Dunia, yakni edisi 1966 yang digelar di kandang sendiri. Selain itu, mereka hanya sekali tembus semifinal pada Piala Dunia 1990 di Italia sebagai pencapaian yang terus diceritakan berulang-ulang untuk mengenang kehebatan Paul Gascoigne.

Berangkat dari masa lalu yang suram, pelatih Inggris Gareth Southgate meremajakan skuat dengan membuat komposisi skuat dengan rataan umur 26 tahun. Rataan umur termuda kedua setelah Nigeria ini turut dipresentasikan dengan video ciamik pengumuman skuat yang diperankan adik-adik gemas Negeri Elizabeth.

Keputusan berani ini turut dipengaruhi sosok Southgate yang melatih Timnas Inggris U-21 selama 2013-2016. Praktis semenjak ambil alih kepemimpinan tim dari Sam Allardyce yang tersangkut skandal pada 27 September 2016, Southgate memberi debut timnas bagi 17 pemain hanya dalam 18 pertandingan. Satu catatan tambahan, Inggris satu-satunya skuat yang berisi sepenuhnya pemain dari liga lokal.

Jadwal Inggris di Grup G:

19 Juni - vs Tunisia 01.00 WIB (Arena Volgogrod, Volgogrod)

24 Juni - vs Panama 19.00 WIB (Stadion Nizhny Novgorod, Nizhny Novgorod)

29 Juni - vs Belgia 01.00 WIB (Stadion Kaliningrad, Kaliningrad)

Tiada Italia yang juara empat kali ataupun Belanda yang tiga kali jadi peringkat kedua, membuat peluang salah satu dari keempat negara di atas semakin terbuka lebar untuk menambah perbendaharaan trofi. Naif juga seandainya menyingkirkan Belgia yang penuh bintang, Polandia yang berada di pot 1 pengundian, negara Nordic yang punya tiga perwakilan, atau bahkan negara Eropa lainnya yang tidak diperhitungkan sama sekali bisa buat kejutan.

Sembari mengikuti kiprah para pesepak bola bintang Eropa berlaga di Piala Dunia, tentu jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda. Gracias, merci, thank you and auf wiedersehen!

Baca juga artikel lanjutan berjudul "Vamos! Pernik Unik Negara Juara asal Amerika Selatan di Piala Dunia 2018" untuk mengetahui pernik unik tiga negara juara Piala Dunia asal Amerika Selatan, Brasil, Argentina, dan Uruguay. Pemisahan naskah dilakukan untuk menyesuaikan dengan maksimal jumlah 1.500 kata dalam kompetisi 'Jangan Nonton Bola Tanpa Nulis Blog'. Baca artikel kedua di sini. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun