Sejak dipentaskan pertama kali pada 1930, hanya delapan negara yang pernah juara Piala Dunia. Sekalipun bertajuk Piala Dunia, nyatanya baru dua zona konfederasi sepakbola saja yang negara-negaranya pernah angkat trofi, yakni Eropa (UEFA) dan Amerika Selatan (CONMEBOL).
Jerman paling banyak mentas pada laga final dengan jumlah delapan kali, meski hanya separuhnya mereka menangi. Sedangkan Brasil pengoleksi gelar dengan torehan lima piala yang tersemat secara simbolis lewat bintang pada seragam. Uruguay sukses juara dua kali saat gelaran masih berusia dini. Argentina melakukannya pada era Mario Kempes pada 1978 disusul magis Diego Maradona delapan tahun berselang.
Ada enam negara yang juara bersamaan peran selaku tuan rumah, sekalipun tidak perlu berharap macam-macam kepada Rusia. Inggris dan Perancis juara sekali dan memang satu-satunya tatkala melakoni peran sahibulbait pada 1966 dan 1998. Spanyol zaman keemasan meletakkan trofi Piala Dunia 2010 di antara kejayaan Piala Eropa 2008 dan 2012 untuk mendaku diri salah satu timnas terbaik sepanjang masa. Turnamen nomor ke-21 ini minus Italia yang mesti absen lagi selayaknya pada gelaran Swedia 1958.
Sebagai pentas tertinggi dalam kancah sepak bola, Piala Dunia sesak pernik menarik. Berkali-kali dicetak ke dalam buku, direkam ke dalam video, dituturkan antargenerasi, dan ditulis lebih dari 1.500 kata. Namun biarlah yang pernah juara yang paling pantas untuk dikenang dan dibahas lebih dulu. Berikut sekilas pernik para tim juara dalam konteks keikutsertaan Piala Dunia 2018. Ajang di mana mereka mencoba mengulangi kejayaan atau merelakan kejayaan milik orang lain.
La Furia Roja Coba Ulang Kejayaan
Kini, penyerang paling produktif yang dibawa Spanyol hanyalah seorang Iago Aspas yang menjaringkan 22 gol dalam 34 laga bersama Celta Vigo di La Liga. Duet bek tengah ditempati Gerard Pique dan Sergio Ramos memang berkualitas top, tapi kebanyakan umbar ejekan di media dan grup WhatsApp. Setelah ini, Iniesta pensiun menyisakan peninggalan besar bagi para gelandang muda bertalenta.
Lantas, apa pernik unik Spanyol kali ini? Jika pemain sekaliber kelas satu Premier League, antara lain Cesc Fabregas, Pedro Rodriguez, Alvaro Morata, Marcos Alonso, Juan Mata, Ander Herrera, dan Hipster Bellerin saja disingkirkan, tandanya Spanyol jelas tidak kehabisan stok pemain mumpuni. Namun, keputusan itu mungkin malah sebaliknya? Memangnya Julen Lopetegui punya kapabilitas seperti Luis Aragones dan Vicente del Bosque? Untungnya apapun yang terjadi pada Spanyol pun, setelah Piala Dunia Lopetegui tetap melatih tim kuat, yakni Real Madrid.
(Pembaruan: Lopetegui dipecat Spanyol, karena pengumuman melatih Real Madrid yang dilakukan berdekatan dengan Piala Dunia tersebut. Pemecatan terjadi sekitar dua jam setelah penayangan naskah.)
Spanyol tersingkir pada fase grup Piala Dunia 2014. Spanyol tersingkir pada babak 16 besar Euro 2016. Setelah kalender 2012 berakhir, mungkinkah Spanyol perlahan kembali ke posisinya seperti saat tahun 2008 belum ada?
Jadwal Spanyol di Grup B: