Mohon tunggu...
Kopral Jabrik
Kopral Jabrik Mohon Tunggu... Dosen - diisi apa?

Menjadi wartawan sejak pertengahan dekade 1970an. Mulai dari reporter Harian Kedaulatan Rakyat di Yogyakarta, di bawah bimbingan Hadjid Hamzah (almarhum). Sempat aktif di Gelora Mahasiswa (UGM), menulis di Majalah Q (Bandung), Majalah Psikologi Anda (Jakarta), menjadi wartawan Kompas (tahun 1980an, dibimbing oleh AM Dewabrata), redaktur pelaksana Harian Jayakarta, kepala biro Harian Suara Pembaruan (dekade 1990an), produser pemberitaan di SCTV, dosen jurnalistik dan manajemen di Universitas Sahid, Universitas Pelita Harapan dan Universitas Bhayangkara.

Selanjutnya

Tutup

Drama

Hirarki Komunikasi Enam Bulan

25 Maret 2017   16:12 Diperbarui: 25 Maret 2017   16:24 1675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hirarki Komunikasi Enam Bulan adalah cerita fiktif tentang bagaimana suatu proses komunikasi dalam pengelolaan krisis, bergulir ke sana-sini tapi akhirnya berhenti di posisi awal kembali. Selama bergulir, kebetulan bola krisis itu cedera karena membentur beton pembatas lapangan. Bola yang penyok-penyok itu juga blepotan, karena sempat menggelinding di lapangan yang becek. Cerita ini mengambil panggung di sebuah universitas.

Di Kampus Kerang Hijau, terjadi sedikit masalah yang berawal dari kesulitan cashflow. Karena terhimpit oleh kesulitan itu, Rektor Kampus Kerang Hijau kemudian minta tolong kepada seorang pengusaha. Berikut adalah sebuah cerita tentang komunikasi hirarkis dalam proses pengelolaan krisis di Kampus Kerang Hijau. Kita bisa simak komunikasi dari Rektor kepada Pengusaha, lalu mengalir melalui motivator, ‘organisasi’ orangtua mahasiswa, para orangtua mahasiswa, para mahasiswa, para dosen dan akhirnya isi pesannya kembali lagi kepada Rektor. Prosesnya berjalan selama enam bulan.

 

Bulan Pertama

Dari: Rektor
Kepada: Pengusaha

"Kampus kami kesulitan cashflow. Gaji buat staf karyawan dan dosen sering terlambat. Kami minta bantuan Anda buat mengatasinya."

Dari: Pengusaha
Kepada: Motivator
"Sesuai dengan informasi Rektor, Kampus Kerang Hijau mengalami kesulitan finansial. Sepertinya para staf karyawan dan dosen di Kampus Kerang Hijau kurang bergairah kerja. Maka besok saya akan pinjamkan dana Rp 1,2 miliar kepada salah satu perusahaan Rektor. Dana tersebut bisa disalurkan ke Kampus Kerang Hijau. Bentuknya pinjaman kepada perusahaan, supaya bisa saya tagih kembali. Mulai besok, Anda yang sedang tidak punya kerjaan bisa kasih latihan motivasi kepada semua karyawan, dosen dan mahasiswa di Kampus Kerang Hijau agar mereka bisa lebih bergairah. Kita akan bentuk Komite Pengarah alias Kompeng."

Dari: Motivator
Kepada: Dosen dan Karyawan serta Perwakilan Orangtua Mahasiswa
"Sesuai dengan perintah Rektor, yang disampaikan melalui Pengusaha, maka dengan ini Kompeng punya kewenangan penuh buat membenahi Kampus Kerang Hijau. Pengusaha sudah memberi bantuan ke kampus sebanyak Rp 1 miliar. Mulai besok kita akan mengikuti pelatihan motivasi gaya kuda, sehingga kita bisa bersama-sama menyelamatkan Kampus Kerang Hijau ini dari malapetaka. Dengan motivasi gaya kuda kita akan rumuskan KaDeKa atau Kaputusan dan Kagiatan. Selain itu kita akan libatkan partisipasi perwakilan orangtua mahasiswa guna mengumpulkan uang kuliah yang selama ini tidak bisa dipungut dengan baik. Kita perlu uang supaya bisa mengelola kampus dengan baik dan membayar gaji dosen tepat pada waktunya. Karenanya, karyawan yang tidak menjawab pesan WA saya dan tidak memberi laporan melalui WA, akan saya potong honornya 10 persen."

Dari: Perwakilan Orangtua Mahasiswa
Kepada: Orangtua Mahasiswa
"Sesuai pengarahan Kompeng, kita perlu membentuk Organisasi Ortu Mahasiswa. Kita perlu motivasi dan tidak boleh membiarkan Pengusaha bersama Motivator bekerja sendiri buat menyelamatkan Kampus Kerang Hijau. Jadi kita perlu membentuk organisasi Ortu Mahasiswa buat membantu Kompeng mengumpulkan dana dan kita sumbangkan tenaga dan pikiran demi menyelamatkan Kampus Kerang Hijau. Siapa tahu besok-besok Pengusaha bisa jadi pemilik Kampus Kerang Hijau dan kita bisa duduk dalam yayasan yang mengelola kampus itu. Kalau Rektor bandel, kita ramai-ramai adukan ke Dikti dan Kopertis dan kita minta dibentuk yayasan baru buat mengelola kampus. Nanti kita cari dukungan dari pihak yang berseberangan dengan Rektor."

 
Dari: Orangtua Mahasiswa
Kepada: Mahasiswa
"Dalam beberapa hari ini kita harus bayar uang kuliah semester mendatang. Bagaimana caranya bisa cari uang dalam waktu yang mepet seperti ini? Sebetulnya Kompeng itu apa sih, kok mendadak bikin aturan ini-itu? Emangnya organisasi Ortu Mahasiswa punya kewenangan apa buat ikut campur soal anggaran kampus dan pengelolaan kampus?"

Dari: Mahasiswa
Kepada: Dosen
"Orangtua kami bertanya apa dasar Kompeng memaksa kami membayar uang kuliah semester yang akan datang. Kok kami diminta mengikuti pelatihan motivasi gaya kuda dan follow instragram badut motivator? Selain itu, kenapa sebelum diberi pelatihan motivasi, harus ada seorang ibu yang menangis tersedu-sedu sehingga kami bingung dan tidak bisa mengerti ceritanya? Kan selama ini Kampus Kerang Hijau tidak ada masalah, dan semua urusan perkuliahan berjalan biasa walaupun semua pihak harus berhemat. Buat apa sih dibentuk Kompeng dan Organisasi Ortu Mahasiswa?"

Dari: Dosen
Kepada: Kompeng
"Sejak dulu kita sudah tahu ada krisis finansial dan sudah pernah ada yang menyusun perhitungan anggaran Kampus Kerang Hijau yang senyatanya. Jadi kita tidak memerlukan motivasi gaya kuda buat melakukan analisis tentang krisis finansial itu. Pemaksaan kepada orangtua mahasiswa guna membayar uang kuliah bukan cara terbaik buat menyelamatkan Kampus Kerang Hijau. Bahkan bisa jadi bumerang."

 
Dari: Kompeng
Kepada: Organisasi Ortu Mahasiswa
"Saya hibahkan Rp 100 juta buat kegiatan organisasi Ortu Mahasiswa. Kelihatannya ada resistensi dan kubu-kubu di kalangan dosen. Tolong dekati para dosen satu per satu. Takut-takuti Rektor bahwa dia sudah tidak lagi layak memimpin Kampus Kerang Hijau. Dalam beberapa hari lagi kita adakan rapat dan uraikan bahwa pengelolaan Kampus Kerang Hijau selama ini sangat tidak beres. Nanti kita bentuk yayasan baru buat mengelola Kampus Kerang Hijau."


Akhir bulan keenam

Dari: Organisasi Ortu Mahasiswa
Kepada: Rektor
 "Selama kami ikut dalam operasi penyelamatan Kampus Kerang Hijau bersama Kompeng enam bulan terakhir ini, kami melihat pengelolaan kampus tidak beres. Kami hitung kita perlu dana Rp 9 miliar buat menyelamatkan Kampus Kerang Hijau. Kalau Rektor tidak punya dana Rp 9 miliar, serahkan saja pengelolaan Kampus Kerang Hijau kepada pihak lain."

Dari: Rektor
Kepada: Kompeng dan Organisasi Ortu Mahasiswa
"Lho, sejak awal memang saya tahu dan sudah mengakui bahwa kampus kita mengalami krisis finansial. Justru itulah sebabnya saya minta bantuan Pengusaha yang kemudian membentuk Kompeng dan Organisasi Ortu Mahasiswa. Selama enam bulan ini semua pengelolaan Kampus Kerang Hijau sepenuhnya ditangani oleh Kompeng. Jadi kalau dinilai pengelolaannya acak-acakan, yaaaa harus kita tanyakan kepada Pengusaha kenapa bisa seperti itu. Kalau Pengusaha sudah menyerah dan tidak mampu mengatasi krisis, kasih tahu kepada saya supaya saya bisa mengambil langkah lain buat mengatasi krisis ini. Apakah Organisasi Ortu Mahasiswa punya dana Rp 9 miliar dan mau membantu kita mengatasi krisis finansial dan mengelola kampus?"

 
 Wuuuuih, setelah buang waktu enam bulan secara sia-sia, ternyata krisis finansial tetap ada. Bahkan krisis jadi melebar ke mana-mana, melibatkan banyak pemain. Ada yang ingin mencari eksistensi diri, ada yang ingin mencari proyek, ada yang ingin cari rezeki dan ada juga yang memang cuma cari-cari.

Kompeng….. oh Kompeng, cemana pulak kau?

Catatan:
Berikut ini beberapa contoh praktik komunikasi publik. Ada contoh komunikasi penjualan foto, contoh komunikasi pembantahan terhadap tudingan negatif dan contoh tudingan negatif.

Contoh harga sebuah foto:
Aan Selamat Tining Dajat

Salah satu cara menepis tudingan impor ilegal:
Impor Semen Cemindo Dipastikan Sesuai Aturan

Contoh cara menepis tudingan pekerja asing ilegal:
Penjelasan PT Cemindo Soal Pekerja China di Lebak Banten

Contoh tudingan terhadap suatu pihak:
Wilmar, Usai Rusak Hutan, Kini Selundupkan Semen 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun