Sementara itu Pelatih sibuk menyebarluaskan idiologi dan slogan-slogan baru. Pelatih memberi motivasi dan mengajari para dosen membaca gambar kuda serta menuliskan harapan di kartu kuda. Katanya, itulah ilmu baru. Para mahasiswa juga diajari penguasa meneriakkan yel-yel slogan kosong dan diminta agar follow instagram penguasa, agar publik melihat bahwa pengikut instagramnya banyak.
Tidak ada yang tahu bahwa Pengusaha dan Pelatih sama sekali tidak mencarikan solusi kesulitan keuangan. Mereka malah berutang sana-sini dengan dalih demi kelanjutan kehidupan Unjadul. Termasuk berutang kepada orangtua mahasiswa dan para dosen. Tidaklah jelas siapa yang akan membayar utang-utang kaum petuangan itu. Pengusaha dan Pelatih tidak pernah bisa rugi. Jika perbaikan kampus berhasil, mereka bisa bertepuk dada sambil sesumbar bahwa kerjaan mereka sukses. Jika gagal, ada surat pernyataan bahwa semua tindakan Pengusaha dan Pelatih menjadi tanggungjawab Gurubesar.
Pelan tapi pasti, Unjadul ambruk. Kampusnya hanya jadi pangkal perkembangan bisnis properti Pengusaha dan landasan pijak buat bisnis motivasi Pelatih. Visi Jayadwipa pupus begitu saja, terkooptasi oleh kepentingan bisnis kaum khianat yang berpura-pura datang sebagai dewa penolong. Dan nasib mahasiswa jelata, dipertaruhkan bagi kepentingan petualangan pebisnis.
Itu kisah kudeta terselubung di Kampus Universitas Jayadulu alias Unjadul di Republik Kepulauan. Bagaimana kudeta di republik Anda?
Ada pertanyaan?
Bintaro, Medio Januari 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H