Mohon tunggu...
Kopral Jabrik
Kopral Jabrik Mohon Tunggu... Dosen - diisi apa?

Menjadi wartawan sejak pertengahan dekade 1970an. Mulai dari reporter Harian Kedaulatan Rakyat di Yogyakarta, di bawah bimbingan Hadjid Hamzah (almarhum). Sempat aktif di Gelora Mahasiswa (UGM), menulis di Majalah Q (Bandung), Majalah Psikologi Anda (Jakarta), menjadi wartawan Kompas (tahun 1980an, dibimbing oleh AM Dewabrata), redaktur pelaksana Harian Jayakarta, kepala biro Harian Suara Pembaruan (dekade 1990an), produser pemberitaan di SCTV, dosen jurnalistik dan manajemen di Universitas Sahid, Universitas Pelita Harapan dan Universitas Bhayangkara.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rombongan Umroh dari Semarang Khusus Dibariskan di Depan Loket Emirates di Schipol

8 April 2016   00:37 Diperbarui: 8 April 2016   00:55 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Indonesian umrah pilgrimates being humiliated by Emirates staffers at Schipol because they do not speak English. The group were processed into a special queueing in front of hundreds Emirates EK150 passengers, Sunday April 3, 2016 evening at Schipol International Airport, Amsterdam.

Sepintas, dalam antrean terlihat ada sekitar 30-40 warga Indonesia yang menjadi calon penumpang Emirates penerbangan EK 150 dari Bandara Internasional ke Dubai Minggu 3 April petang. Belasan di antaranya berkelompok dan kentara sekali bahwa mereka sebetulnya satu rombongan orang dari daerah yang sama.

Entah bagaimana muasalnya, tiba-tiba dua-tiga orang staf Emirates di kelompok Counter 29 di Terminal 3 Schipol, Amsterdam. menyuruh belasan orang itu keluar dari antrean dan membentuk barisan tersendiri di sudut sebelah kanan. Sebagian besar dari kelompok warga Indonesia itu diwawancarai, namun mereka terbata-bata dan tidak bisa menjawab karena tidak mengerti Bahasa Inggeris maupun Bahasa Belanda yang digunakan staf Emirates. Sejumlah calon penumpang lain yang sedang mengantre merasa iba melihat mereka diperlakukan seperti itu.

Dari potongan-potongan dialog itu bisa disimpulkan bahwa kelompok itu adalah calon penumpang Emirates penerbangan EK 150 (Amsterdam-Dubai) yang kemudian akan melanjutkan penerbangan ke Medinah. Staf Emirates yang  bertugas di meja penerbitan boarding pass meminta mereka satu per satu menimbang bagasi yang akan dibawa masuk ke dalam kabin.

Terjadilah kegaduhan. Karena kebanyakan anggota kelompok itu membawa bagasi lebih dari batas yang ditentukan secara sepihak oleh pihak Emirates. Para staf Emirates di Schipol, tanpa pengumuman yang jelas kepada calon penumpang, mendadak menerapkan batas maksimum bagasi yang boleh dibawa masuk ke kabin adalah 7 kg. Kelebihan bobot dikenai biaya yang amat mahal.

Para staf Emirates berlaku sangat pongah kepada orang-orang yang belakangan ternyata warga Semarang dan sekitarnya yang sedang menunaikan ibadah umroh namun singgah ke Eropa. Pihak Emirates tidak memberi pilihan apa-apa: bayar denda atau sebagian isi bagasi harus ditinggal di Schipol.

Orang-orang dari Semarang itu betul-betul dilecehkan oleh pihak Emirates. Mereka dijadikan tontonan di hadapan para calon penumpang lain yang sedang mengantre di Kelompok Loket 29 itu. Karena tidak ada pilihan lain, beberapa warga Indonesia yang sedang dalam perjalanan umroh itu terpaksa membayar antara 200-400 euro (setara Rp 3 juta-6 juta) per orang.

Setelah lolos dari loket penerbitan boarding pass, mereka dicegat lagi oleh staf Emirates lainnya di pintu Gate G9, sebelum masuk ke pesawat. Terjadi lagi kegaduhan serupa. Karena ada warga Indonesia calon penumpang Emirates yang sudah membayar sekitar 300 euro, masih terkena denda tambahan lagi sekitar 450 euro.

Setiba di Dubai, saya bertemu dengan rombongan dari Semarang itu di toilet bandara dan sempat berbincang sebentar. Pimpinan rombongannya dari salah satu travel di Semarang. Panggilannya ‘Pak Yanto’. Secara singkat Yanto yang berkali-kali memimpin rombongan dari Indonesia mengatakan, baru sekali ini ia mendapatkan masalah seperti itu. Dan ia kapok menumpang Emirates. “Ada seorang ibu yang harus membayar kelebihan bagasinya sampai lebih dari 800 euro,” tutur Yanto.

Pihak Emirates bersikukuh, mereka sudah mengumumkan batas berat bagasi kabin melalui website. Tetapi, siapa kira-kira dari kelompok yang berangkat umroh itu yang membuka websiteEmirates dan membaca secara teliti?

Sikap dan tindakan para petugas Emirates di Kelompok Loket 29 maupun Gate G9 Terminal 3 Schipol (Amsterdam) Minggu 3 April petang itu betul-betul melecehkan warga Indonesia yang sedang dalam perjalanan umroh. *****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun