Mohon tunggu...
Kopral Jabrik
Kopral Jabrik Mohon Tunggu... Dosen - diisi apa?

Menjadi wartawan sejak pertengahan dekade 1970an. Mulai dari reporter Harian Kedaulatan Rakyat di Yogyakarta, di bawah bimbingan Hadjid Hamzah (almarhum). Sempat aktif di Gelora Mahasiswa (UGM), menulis di Majalah Q (Bandung), Majalah Psikologi Anda (Jakarta), menjadi wartawan Kompas (tahun 1980an, dibimbing oleh AM Dewabrata), redaktur pelaksana Harian Jayakarta, kepala biro Harian Suara Pembaruan (dekade 1990an), produser pemberitaan di SCTV, dosen jurnalistik dan manajemen di Universitas Sahid, Universitas Pelita Harapan dan Universitas Bhayangkara.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selamat Jalan, Puang Fahmi...

5 Oktober 2015   01:30 Diperbarui: 5 Oktober 2015   01:30 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Pertengahan Agustus 2015, Fahmi berkabar bahwa HP dan laptop istrinya dicuri orang dari dalam mobil."]

[/caption]

Beberapa kali Fahmi bertutur tentang kesehatannya yang menurun. Ia tidak pernah mengeluh. Hanya minta saya mendoakannya.
Fahmi memang pria sederhana yang sangat penyabar. Pertengahan dekade 1980-an saya pernah pinjam mobil dinas Fahmi (milik Kompas) dan mobil itu hancur akibat kecelakaan di Kabupaten Enrekang. Fahmi hanya tersenyum-senyum sewaktu mendapat kabar tentang kejadian itu. Dan justru kecelakaan itu membuat persahabatan saya dengan Fahmi menjadi makin akrab. Setahun belakangan ini, boleh dibilang komunikasi kami cukup intens.

[caption caption="Keberangkatan Fahmi ke Jakarta yang direncanakan medio Agustus 2015 tertunda. Pertengahan September Fahmi masih bergurau."]

[/caption]

Fahmi sering guyon. Akhir Maret 2015, misalnya, saya beroleh pesan singkat dari Fahmi. “Paguyuban pensiunan Kompas mengirimi saya ucapan selamat. Wah! Rupanya hari ini 22.03.2015 sy berulangtahun yang ke-70……” Di lain kesempatan, ia berkabar kondisi kesehatannya sedadng tidak baik sehingga harus dirawat di rumahsakit.

Beberapa hari kemudian Fahmi berkabar lagi dari rumahsakit, bercerita bahwa mantan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Amir Syamsuddin yang kebetulan berkunjung ke rumahsakit itu, sempat menjenguknya. Kunjungan tersebut sangat membangkitkan semangatnya. “Saya masih ingat dulu (tahun 1986-87) Mas Jabrik ajak Pak Amir singgah ke rumah saya…. Dan beliau tidak lupa dengan saya,”Fahmi mengulangi kisah kunjungan Amir Syamsuddin ke rumahnya maupun ke rumahsakit, ketika kami bertemu di Jakarta.

Banyak tokoh daerah Sulawesi Selatan yang ‘diorbitkan’ oleh tulisan-tulisan Fahmi. Tetapi ia tetap kritis dan lugas. Tak ada seorang pun yang bisa menjadi musuhnya. Fahmi terlalu baik dan tidak pernah marah. Teman-teman sungguh kehilangan atas kepergiannya. Teman-teman lama di Redaksi Kompas seperti Raymond Toruan dan Rb Sugiantoro dalam pesan singkat menyatakan belasungkawa. Begitu juga Bambang Sukartiono, Gunawan Setiadi dan lain-lain.

[caption caption="Teman-teman berkirim ucapan belasungkawa"]

[/caption]

 

[caption caption="Ucapan belasungkawa teman-teman lama di Redaksi Kompas"]

[/caption]

Tatkala tulisan ini disusun, pasti taksiyah sedang digelar di rumah duka di Jl Hertasning Kompleks Griya Indah Blok A11, Kecamatan Panakkukang, Makassar, Kota Makassar.

Selamat jalan, Puang Fahmi.
Selamat menghadap Sang Khalik!

 

Bintaro, 4 Oktober 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun