Mohon tunggu...
Kopral Jabrik
Kopral Jabrik Mohon Tunggu... Dosen - diisi apa?

Menjadi wartawan sejak pertengahan dekade 1970an. Mulai dari reporter Harian Kedaulatan Rakyat di Yogyakarta, di bawah bimbingan Hadjid Hamzah (almarhum). Sempat aktif di Gelora Mahasiswa (UGM), menulis di Majalah Q (Bandung), Majalah Psikologi Anda (Jakarta), menjadi wartawan Kompas (tahun 1980an, dibimbing oleh AM Dewabrata), redaktur pelaksana Harian Jayakarta, kepala biro Harian Suara Pembaruan (dekade 1990an), produser pemberitaan di SCTV, dosen jurnalistik dan manajemen di Universitas Sahid, Universitas Pelita Harapan dan Universitas Bhayangkara.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Abang Pendekar itu Pergi

23 September 2015   22:36 Diperbarui: 23 September 2015   22:43 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keesokan harinya, satu rekan mereka, Budi Ompong, menyusul ikut bersuaka di LBH. Mereka tinggal di sana selama sekitar 20 hari. Sementara itu Bang Buyung dengan vokal mengecam cara pembantaian para gali di Yogyakarta dan berbagai tempat lain yang dilakukan oleh pihak tentara. Pada saat yang sama AR Saleh berkomunikasi dengan pihak Kodim dan Korem di Yogyakarta meminta jaminan keselamatan bagi empat buron yang bersuaka di LBH.

Berkereta ke Yogyakarta

Perjuangan Buyung dan teman-teman berhasil. Akhir April, setelah mendapat jaminan keselamatan dari Dandim dan Danrem di Yogyakarta, pengacara Maqdir Ismail mengantar empat ‘gali’ tersebut pulang menumpang kereta api dari Stasiun Gambir di Jakarta Pusat. Saya tetap menjalin komunikasi dengan para gali itu. Monyol belakangan tewas karena kecelakaan sepeda motor, Budi Ompong wafat karena sakit dan belakangan Rus Amantri menyusul setelah menderita sakit berkepanjangan. Saat ini, yang masih hidup dari para pencari perlindungan tinggal Trimurdjo alias Kentus.

Saya terharu membaca pesan singkat Kentus Rabu (23/9/2015) siang. Lelaki tua yang tidak lagi memiliki ekerjaan tetap dan tinggal di tempat yang amat sederhana di Lelaki tua yang tidak lagi memiliki ekerjaan tetap dan tinggal di tempat yang amat sederhana di Yogyakarta itu tetap ingat, betapa Adnan Buyung Nasution adalah salah seorang yang pernah melindungi nyawanya.

Sangat banyak catatan saya tentang Adnan Buyung Nasution, pendekar hukum yang banyak jurus. Tak akan tertampung dalam obituari ini. Selamat jalan Bang Buyung.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun