Tepat seperti yg di ceritakan pak guru semalam, tantangan guru sangat berat, ibarat mereka harus menciptakan sesuatu yg hebat dengan bahan baku apa adanya belum lagi bagi orang tua si zonasi seolah pantang untuk berprestasi, Â pernah di kumpulan untuk di berikan tambahan bimbingan belajar gratis sore hari mereka menolak dengan alasan repot harus antr jemput lagi, di beri solusi tambahan buku pendukung mereka protes harusnya sekolah aja dah cukup dan yg pasti menuntut semua gratis padahal beberapa orang tua mereka lebih mapan secara ekonomi di banding kami.Â
Dari sisi si berprestasi, baru 3 bulan, beberapa yg tadi nya baik akhirnya ikutan si zonasi karena takut di intimidasi, tiap malam kami membesarkan hati dan memotivasi anak kami untuk tetap di jalur terbaik.Â
Tapi sampai kapan? Pernah konsultasi sama wali kelas sampi kepala sekolah mereka pun seolah pasrah dengan kondisi ini, ditambah isu bahwa mereka pun tidak aman tahun depan jika ada zonasi type guru, yaitu guru akan di mutasi sesuai lokasi tempat tinggal nya, walhasil guru galau, siswa apalagi.Â
Kata sahabat dan teman teman kantor masukin aja ke sekolah swasta yg bonafide selesai masalah. Dan masalah nya di kota kecil kami belum ada sekolah tersebut.
Semoga  segera ada evaluasi dan bukan cuma memaksakan diri.  Kami rakyat biasa pasti nurut aja apa kebijaksanaan nya.  Tapi ini demi kader bangsa yg nanti akan menggantikan kita kelak apa salah nya evaluasi dan memberikan solusi yang sudah kadung terjadi. Terima kasih diskusinya pak guru, semoga tetap semangat dalam berkarya mencerdaskan bangsa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H