Ketika melakukan perjalanan ke Jepang pada tahun 2013, seorang kolega saya bertanya
Kolega : Apa yang kamu suka tentang Jepang?
 Â
Ony: Saya suka dengan kebersihannya. Saya tidak melihat banyak sampah di negeri Sakura ini.
 Â
Kolega: Coba perhatikan mobil-mobil yang berlalu lalang di depan kita ini? Apakah berbeda dengan di Korea Selatan karena kamu tinggal lama di sana?
 Â
Ony: Well, semua merek mobil Jepang di sini dan di Korea semua merek mobil dari Korea.
 Â
Kolega: Benar, tapi coba lihat knalpotnya?
 Â
Ony: Nggak ada bedanya.
Â
Kolega Saya pun mulai bercerita, awalnya saya juga tidak pernah memerhatikan hal ini, tetapi setelah saya mengunjungi beberapa negara dan melihat polusi di kota-kota besar, saya selalu kagum dengan Jepang. Tidak pernah Saya menjumpai mobil-mobil Jepang mengepulkan asap dari knalpotnya. Saya pun terdiam, setelah saya amati lebih lama memang benar adanya. Di Korea negara yang menurut saya sudah cukup bersih ternyata masih saya jumpai beberapa yang mengepulkan asap.
Di sinilah makna traveling bagi Saya. Traveling dapat mengubah pandangan saya tentang sesuatu. Bahkan kadang dapat memotivasi saya untuk menjadi manusia lebih baik.
Dia pun mulai bercerita lagi bahwa semua yang kami lihat adalah faktor disiplin manusianya dan juga bagaimana mereka memandang kehidupan/dunia ini ke masa depan. Yang paling penting mereka menjalankan prinsip-prinsip tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari. Orang di sini membeli mobil karena memang mereka memerlukannya. Mereka paham benar biaya yang mereka harus bayarkan tidak saja untuk merawat mobil tetapi bagaimana juga memarkir mobil tersebut. Jadi kalau kita memang tidak mampu, tidak perlu membeli mobil.
Coba bandingkan di negara kita. Banyak orang yang membeli mobil hanya karena "gengsi" bahkan banyak dari mereka juga tidak tahu di mana harus memarkirnya. Apalagi memikirkan efek-efek lainnya. Obrolan singkat itu masih terus membekas di kepala Saya sampai saat ini. Akhirnya saya kembali ke Indonesia pada tahun 2015 setelah bertugas di Korea Selatan selama enam tahun.
Pulang ke Indonesia, saya dihadapkan dengan situasi moda transportasi yang masih belum begitu bagus. Terima kasih untuk para inovator yang telah menciptakan berbagai aplikasi sehingga moda transportasi menjadi lebih baik di Indonesia saat ini. Saya selalu menggunakan transportasi umum untuk pergi ke mana-mana sampai akhirnya orang tua saya memberikan hadiah mobil yang sudah tidak mereka pakai lagi.
Selain senang saya juga sedikit terkejut karena mobil yang mereka berikan adalah mobil dengan cc yang besar (2.400 cc). Saya kemudian berbicara dengan mereka ada baiknya mobil ini dijual dan diganti dengan yang lebih kecil karena biaya perawatan dan bahan bakarnya pasti mahal. Memang mobil dengan cc besar itu boros tapi kamu bisa membeli bahan bakar Pertamax karena lebih awet dan bagus untuk mesin. Selain itu mobil ber-cc besar sangat nyaman untuk dipakai. Saya pun hanya tersenyum mendengar pendapat orang tua saya.
Lewat obrolan inilah kali pertama Saya mengenal Pertamax lebih dalam. Sebelumnya saya biasa mengunakan Premium untuk bahan bakar motor saya. Kala itu belum ada Pertalite. Sama seperti kebanyakan orang yang mengunakan Premium, Saya tidak mengisi motor saya dengan Pertamax karena Pertamax masih mahal bagi saya saat itu. Mengapa harus Pertamax kalau ada bahan bakar yang lebih murah pikir saya.
Waktu terus berubah dan setelah lama tinggal di luar dan terekspos dengan banyak hal yang berkaitan dengan faktor ramah lingkungan. Saya pun mulai sadar bahwa kita harus terus ikut menjaga lingkungan dengan baik. Salah satunya menggunakan produk yang ramah lingkungan. Lewat website, bertanya kepada teman, keluarga dan kolega, Saya pun mulai mencari informasi mengapa kita perlu memakai Pertamax untuk kendaraan yang kita pakai sehari-hari.
Mungkin banyak orang belum tahu bahwa produk-produk kendaraan yang saat ini dikeluarkan oleh pabrikan kendaraan sudah sangat berbeda dengan produksi terdahulu. Konsep ramah lingkungan menjadikan semua pabrikan kendaraan harus mematuhi standar lingkungan yang diterapkan di banyak negara seperti Standar Emisi Euro, sebuah standar yang awalnya dipakai di Uni Eropa dan kemudian diterapkan di berbagai dunia dengan tujuan untuk mengurangi gas buang dari knalpot kendaraan.
Sampai saat ini ada Standar Emisi Euro dari Euro1 sampai Euro6. Di beberapa negara sudah menerapkan Standar Emisi Euro4 bahkan sampai Euro6. Di Indonesia pemerintah baru memperlakukan minimal Standar Emisi Euro2. Pemerintah akan mulai menerapkan standar minimal emisi Euro4 pada tahun 2018. Memang sebenarnya kita sangat terlambat menerapkan standar ini dibandingkan dengan negera-negara lain tetapi it's better late than never.
Sekarang saya pun bisa mengerti mengapa tingkat polusi di negara-negara maju lebih rendah dan juga di Jepang tidak ada mobil yang mengeluarkan asap dari knalpotnya. Mereka sudah menerapkan standar yang sangat tinggi dalam mengelola lingkungan terutama berkaitan dengan transportasi kendaraan. Memang semua itu bisa dilakukan jika ada kerja sama yang baik antara pemerintah melalui kebijakan yang dibuat, para stakeholder termasuk Pertamina sebagai salah satu penyalur BBM di dalam negeri, dan juga kita pengguna bahan bakar tersebut. Â
Selain standar emisi, faktor lain yang tidak kalah penting dalam membeli bahan bakar adalah mengetahui kadar Research Octane Number (RON)-nya, sebuah pengukuran standar dari perfoma suatu bahan bakar. Semakin tinggi angka RON atau oktan, maka kinerja mesin menjadi lebih baik. Hal ini tentunya berpengaruh pada polusi atau hasil buangan dari kendaraan yang semakin sedikit.
Di Indonesia sendiri kita mengenal beberapa jenis bahan bakar yang dijual di pasaran. Yang paling umum adalah bensin dan solar. Bahan jenis bensin dijual dengan berbagai varian: Premium, Pertalite, dan Pertamax. Ada juga Pertamax Turbo dan Pertamax Racing tetapi hanya dipakai oleh kalangan tertentu. Berdasarkan dari kelima jenis bahan bakar tersebut Premium mempunyai kadar RON (88), Pertalite RON (90), Petramax (92), Petramax Turbo (98), dan Petramax Racing (100). Sedangkan solar juga terdiri dari berbagai varian seperti BioSolar, Dexlite, dan DexPertamina dengan kadar RON yang berbeda pula.
Di sinilah kita bisa melihat untungnya memakai Pertamax. Dengan kadar RON yang cukup tinggi menggunakan bahan bakar Pertamax sangat mengguntungkan bagi kita. Kinerja mobil kita lebih baik dan tentunya kita juga ikut membantu untuk menjaga lingkungan. Selain itu dengan membeli Pertamax maka kita juga ikut membantu mengurangi subsidi bahan bakar premium oleh pemerintah. Adalah sangat tidak elok jika kita mempunyai mobil yang bagus kita masih membeli Premium sebagai bahan bakar yang masih disubsidi oleh pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H