Rudi (21) mahasiwa psikologi di sebuah universitas di Jakarta mempersilahkan beberapa pengunjung untuk mendekat ke arah meja yang di atasnya sudah ada beberapa piring kecil berisi kopi dari berbagai daerah di Indonesia. Rudi adalah pemandu dalam acara Uji Cita Rasa (Cupping) Kopi Indonesia di Kopikina yang diadakan pada hari Sabtu, 1 Mei minggu lalu.
[caption id="attachment_415563" align="aligncenter" width="630" caption="Rudi Menyiapkan Kopi "][/caption]
Perkenalan saya dengan Kopikina berawal ketika setiap hari saya melalui kedai kafe ini yang terletak di daerah Jembatan Casablanca, Tebat. Setiap hari puluhan motor dan mobil memenuhi ruas jalan di depan kafe ini. Karena penasaran akhirnya saya pun pergi ke sini. Setelah sekali akhirnya saya mulai ketagihan dan sudah lebih dari tiga kali dalam bulan lalu saya berkunjung ke Kopikina.
Kopikina singkatan dari Kopi Indonesia. Adalah Cornelis Swangga yang membuka kedai kopi ini pada tahun 2013. Lelaki berumur 27 tahun yang berasal dari Jogja sebelumnya tidak mempunyai latar belakang tentang kopi. Dia adalah ahli geologi lulusan UGM. Ditemui pada malam sebelumnya Swangga panggilan akrab lelaki ini menjelaskan bahwa ide pembuatan kopi berawal karena kecintaannya terhadap kopi.
Tidak mudah awalnya untuk membuat kafe Kopikina. Swangga harus berhubungan langsung dengan para petani kopi untuk menjadi pemasok dan mendapatkan kopi terbaik selain tentunya persaingan bisnis. Di Jakarta sendiri banyak sekali kedai kopi dari yang bersifat rumahan sampai mall. Dua tahun sudah Swangga menjalankan bisnis kopinya dan saat ini berjalan dengan baik. Dia punya enam karyawan yang bekerja dalam dua shif dari jam 10 pagi sampai jam 2 pagi dini hari.
[caption id="attachment_415565" align="aligncenter" width="630" caption="Berbagai Kopi Indonesia "]
Menurut Swangga keistimewaan Kopikina adalah mereka menyediakan lebih dari 60 kopi asli yang berasal dari Indonesia. Jumlah ini mungkin menjadi angka yang terbanyak saat ini untuk kedai kopi penyedia kopi Indonesia. Swangga menjelaskan bahwa dia sangat ingin mengenalkan kopi Indonesia kepada masyarakat ibu kota Jakarta yang beragam dengan Kopikinanya.
Lewat Kopikina dia juga ingin mendidik masyarakat Indonesia tentang kopi. Banyak sekali orang yang hanya minum kopi tetapi mereka tidap pernah tahu kopi apa yang mereka minum dan dari mana kopi tersebut berasal. Salah satu program di Kopikina adalah Uji Cita Rasa (Cupping) Kopi Indonesia yang diadakan setiap hari Sabtu pada jam 15:00 : 16:00
Uji Cita Rasa (Cupping)
Di depan saya, sudah ada enam piring kecil berisi berbagai kopi yang sudah dinamai masing-masing seperti Arabica Kepahiang, Robusta Dampit, dan Arabica Wamena. Kopi-kopi ini memang berasal dari daerah-daerah tersebut. Sambil menjelaskan asal mula kopi-kopi ini Rudi mulai menuangkan air panas ke mangkok-mangkok kecil yang ada di meja tersebut.
Kemudian Rudi mulai mencapur Kopi tersebut di dalam air panas dan menunggu selama kurang lebih empat menit sebelum bisa disajikan. Sebagai salah seorang staf di Kopikina Rudi harus tahu tidak saja mengenai kopi yang dia buat tetapi juga asal usul atau sejarah kopi. Untuk memperkaya pengetahuannya dia belajar tidak saja dari membaca buku dan informasi dari internet tetapi juga berdiskusi langsung dengan para penikmat kopi.
Acara Cupping ini sebagai sarana belajar bagaimana mengidentifikasikan karakter dan kualitas kopi. Dalam acara ini para pengunjung bisa berdiskusi langsung dengan pembicara yang berasal dari Kopikina tetapi juga dengan pengunjung lain yang ingin mengetahui tentang kopi. Yulius salah satu pengunjung yang hadir dan sebagai penikmat kopi sangat senang bisa hadir di acara ini.
[caption id="attachment_415566" align="aligncenter" width="630" caption="Yulius Mendapat Penjelasan dari Rudi "]
Menurutnya sebenarnya semua kopi baik karena semua akan bergantung dengan selera. Yulius sendiri adalah pengemar Arabica karena menurutnya range rasanya lebih luas. Biasanya dia minum kopi setiap hari satu gelas. Dalam acara tersebut, Yulius lebih banyak menanyakan bagaimana Kopikina mendapatkan kopinya.
Hampir semua yang dijual di sini memang berasal dari petani kopi langsung. Kopi yang paling laris menurut Rudi adalah yang berasal dari Gayo Aceh. Hal ini memang karena mindset orang Indonesia yang percaya bahwa kopi hitam Gayo yang terbaik. Di Kopikina sendiri selain kopi original, mereka juga menyediakan berbagai kopi seperti Latte, Cappucino, Machiato, dan lain-lain selain teh dan juga makanan camilan.
Kopikina yang menempati area seluas kurang lebih 80 m2 ini menawarkan konsep tradisional. Di sini ada banyak lukisan bernuansa hitam putih yang dipajang, kamera berbagai jenis, dan juga alat musik. Furnitur yang dipakai juga sangat tua. Sambil menikmati kopi memang kita bisa terbawa ke suasana tempo dulu yang mungkin memang sudah jarang kita temui di Jakarta.
[caption id="attachment_415567" align="aligncenter" width="630" caption="Sudut di Kopikina"]
Tidak terasa sudah satu jam saya berada dalam acara Cupping. Ingin rasanya untuk kembali lagi ke sini dan menikmati cita rasa original kopi Indonesia yang sudah mendunia. Untuk mengetahu lebih lanjut tentang Koppikina bisa membuka FB Page, Instagram, dan juga Twiiter Kopikina di Kopinina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H