Mohon tunggu...
Ony Jamhari
Ony Jamhari Mohon Tunggu... profesional -

Ony Jamhari adalah Entrepreneur, Travel Writer, and Educator FB Page: Travel with Ony Jamhari Instagram and Twitter: @ojamhari or @alsjuice

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Asyiknya Ber “Open Trip” di Gunung Bromo, Jawa Timur

7 April 2015   11:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:26 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_408356" align="aligncenter" width="604" caption="Gunung Bromo, Jawa Timur "][/caption]

Perjalanan ke Gunung Bromo yang berlokasi di Jawa Timur pada pertengahan bulan Maret 2015 adalah perjalanan saya yang ke delapan kalinya. Setiap tahun setidaknya saya sempatkan sekali untuk pergi ke Bromo. Kadang-kadang saya pergi dengan keluarga, rekan kerja, atau sendiri. Pada perjalanan ini saya bergabung dengan sebuah Open Trip yang ditawarkan oleh salah satu biro perjalanan wisata di daerah Malang.

Open Trip adalah sebuah program wisata yang terbuka bagi siapa. Jika Anda tidak ada teman, ada baiknya Anda mengikuti kegiatan ini. Di sini Anda akan banyak bertemu dengan banyak teman dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Kadang-kadang Anda juga bisa bertemu dengan teman dari manca negara. Untuk memilih Open Trip kita bisa mendapatkan informasinya melalui internet. Kita juga dapat meminta rekomedasi dari teman yang pernah ikut dalam kegiatan seperti ini.

[caption id="attachment_408338" align="aligncenter" width="630" caption="Suasana Pagi di Kawah Bromo"]

1428380146221578578
1428380146221578578
[/caption]

Setelah mencari informasi melalui internet akhirnya saya memutuskan untuk memilih Open Trip dari Malang. Harga paket perjalanan selama satu hari semalam termasuk air minum, kopi/teh masker, biaya masuk Bromo, serta transportasi dari Malang – Bromo – Malang adalah sebesar Rp. 300.000.

Persiapan Menuju Bromo

Gunung Bromo adalah salah satu gunung yang cukup tinggi di Indonesia. Ketinggiannya kurang lebih mencapai 2,700 mdpl. Oleh sebab itu pastikan bahwa kondisi tubuh dalam keadaan fit. Selain itu biasanya orang pergi ke Bromo untuk menikmati terbitnya matahari. Bawalah jaket, sarung tangan, topi, dan benda lain yang membuat Anda merasa hangat karena biasanya kita sampai di Penanjakan,  tempat untuk melihat matahari terbit pada pukul empat atau lima pagi.

Anda juga bisa membawa bekal makanan dan minuman secukupnya. Di wilayah Bromo banyak sekali penjual makanan dan minuman jadi Anda bisa membelinya di sana juga. Jika Anda suka fotografi, pastikan bahwa batu baterai kamera dalam keadaan penuh, karena biasanya batu kamera akan cepat sekali habis di tempat yang dingin.

[caption id="attachment_408342" align="aligncenter" width="630" caption="Suasana di Bromo "]

14283802651232010074
14283802651232010074
[/caption]

Perjalanan ke Gunung Bromo

Cuaca pada hari Sabtu 15 Maret 2015 mendung dan hujan turun dengan sangat lebat di kota Malang pada sore hari. Ada rasa khawatir apakah saya harus berangkat pada hari tersebut. Hal ini tidak lain mungkin saya tidak bisa menikmati pemandangan gunung. Biasanya sehabis hujan akan ada kabut tebal yang menutupi gunung.

Saya sudah sampai di depan balai kota Malang tempat dimana kami harus berkumpul pada jam sembilan malam. Hujan turun dengan lebatnya. Saya masih punya waktu dua jam untuk bertemu dengan teman-teman yang lain. Sambil menunggu saya sempatkan untuk minum kopi di sebuah kedai kopi di depan salah satu hotel terkenal di Malang.

Kota Malang memang mempunyai kenangan tersediri. Pada tahun 2001 saya sempat tinggal di kota ini selama satu setengah bulan. Kala itu saya mengikuti program pertukaran pemuda Australia Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP). Saat itu pula saya juga ditugaskan untuk bekerja magang di sebuah harian surat kabar Jawa Timur dan salah satu lokasi untuk mewawancari nara sumber adalah di balai kota ini.

[caption id="attachment_408343" align="aligncenter" width="567" caption="Kawah Bromo"]

14283803291958112028
14283803291958112028
[/caption]

Pengunjung kedai kopi semakin malam semakin ramai. Budaya minum kopi memang menjadi sebuah budaya baru di Indonesia. Kopi dari jenis yang paling murah sampai yang paling mahal ada di sini. Hanya sayang sekali selama saya berpergian ke banyak tempat khususnya di luar negeri saya belum pernah menjumpai gerai kopi dari Indonesia. Kopi Indonesia sudah tidak asing lagi di luar negeri. Pekerjaan bagi kita semua untuk lebih menginternasionalisasikan produk dalam negeri ke manca negara.

Hujan sedikit reda pada jam sepuluh tiga puluh menit. Saya kemudian bergegas menuju balai kota. Di depan balai kota ada sebuah taman besar. Lampu-lampu menyala dengan terang. Saya masuk ke taman ini dan melihat sebuah kolam dengan bunga teratai yang sedang mekar. Ada juga beberapa orang yang sedang menikmati suasa malam di taman ini. Saat ini memang banyak daerah yang sedang mempercantik kotanya. Salah satunya adalah Malang.

Tepat jam sebelas malam, sebuah mobil Toyota Land Cruiser terparkir di samping Balai Kota. Mobil ini sangat mencolok karena dicat dengan desain warna baju tentara. Ada dua orang yang datang pada malam hari tersebut yaitu sopir dan  pemandu. Selain saya ternyata ada beberapa orang yang juga datang pada malam hari tersebut. Total ada sekitar enam orang. Kemudian kami berangkat ke kantor mereka. Di situ sudah ada beberapa orang juga. Total orang yang berangkat sebelas orang. Pemandu kami kemudian memberikan briefing tentang hal-hal penting dalam perjalanan ini.

[caption id="attachment_408346" align="aligncenter" width="630" caption="Bulan Maret di Savana Bromo"]

1428380387559547895
1428380387559547895
[/caption]

Bromo Yang Menawan

Tepat jam dua belas malam kami berangkat ke Bromo. Perjalanan ke Bromo kami tempuh sekitar tiga jam dengan menggunakan Toyota Land Cruiser. Sebelumnya saya berpikir bahwa kami akan baru memakai jip ketika sudah sampai di Bromo ternyata tidaklah demikian. Dalam perjalanan ini saya sempatkan mengobrol dengan beberapa peserta. Mereka berasal dari Jakarta, Sumatera, dan juga Sulawesi. Bromo memang tidak ada matinya.

Saya tertidur pulas dan baru bangun di sebuah tempat pemberhentian menuju Bromo. Udara kala itu sangat dingin. Pemandu kami meminta kami menunggu sebentar karena mobil tidak dapat melanjutkan perjalanan karena kabut yang tebal. Kami berharap bahwa kabut akan segera hilang dan kami dapat segera melanjutkan perjalanan.

[caption id="attachment_408357" align="aligncenter" width="604" caption="Kuda Untuk Naik ke atas Bromo"]

14283810601940331270
14283810601940331270
[/caption]

Jalanan terjal dan berlubang kami lewati. Setiap tahun saya selalu berkunjung ke sini dan rasanya infrastruktur masih belum diperbaharui. Semoga ke depannya infrastruktur bisa lebih diperbaiki. Tepat jam empat kami sudah sampai di Bromo. Pemandu kami meminta kami untuk melihat ke arah gunung yang masih tertutup kabut. Beliau menjelaskan bahwa sudah tiga minggu ini para pengunjung tidak bisa melihat gunung Bromo karena kabut.

Beliau meminta kami semua apakah akan menunggu atau pergi ke Penanjakan. Kami memutuskan untuk pergi apapun resikonya. Sesampainya di Penanjakan kami harus menunggu. Tepat jam lima tiga puluh menit cuaca mulai berubah. Kabut berangsur-angsur hilang dan matahari mulai nampak bersinar. Kami semua merasa gembira termasuk juga pemandunya. Ini adalah hari pertama setelah hampir tiga minggu para pengunjung tidak dapat melihat Gunung Bromo.

[caption id="attachment_408352" align="aligncenter" width="504" caption="Menuju Kawah Bromo"]

142838070769937665
142838070769937665
[/caption]

Kemudian kami lanjutkan perjalanan ke kawah Bromo. Saya putuskan untuk naik kuda. Ongkos naik kuda sebesar Rp. 100,000 pulang pergi. Tepat jam tujuh tiga puluh saya sudah sampai di bawah tangga untuk naik ke kawah. Pemandangan di bawah saya luar biasa indahnya. Hamparan pegunungan bromo diselimuti oleh langit yang biru. Sekali lagi saya bersyukur dapat melihat keindahan Indonesia. Saya kemudian naik tangga dan kurang lebih dua puluh menit saya sampai di sana. Bau belerang dari kawah Bromo sangat terasa.

Sesudah puas menikmati kawah Bromo, kami lanjutkan perjalanan menuju pasir berbisik. Lautan pasir hitam ini sangat unik dan berbeda dengan pengalaman saya ketika mengikuti off-road di Dubai. Pasir-pasir yang diterbangkan oleh angin menjadi pemandangan yang tidak saja indah tetapi juga memberikan nuansa lain. Tidak lama kami berada di sini sebelum melanjutkan perjalanan ke Bukit Teletubbis.

[caption id="attachment_408354" align="aligncenter" width="504" caption="Bukit Teletubbis "]

14283807761415459592
14283807761415459592
[/caption]

Cuaca bulan Maret yang masih hujan membuat hamparan rumput bukit Teletubbis menjadi sangat indah. Hijaunya rumbut dan pepohonan ditambah dengan mekarnya bunga-bunga yang berwarna-warni membuat hati siapa saja bergembira. Cukup lama kami berada di daerah bukit Teletubbis tidak hanya untuk memotret tetapi untuk menikmati keindahan panorama alam yang luar biasa indahnya. Kurang lebih jam sepuluh pagi kami harus kembali ke Malang.

(Jakarta, 7 April 2015, FB: Travel with Ony Jamhari)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun