[caption id="attachment_408357" align="aligncenter" width="604" caption="Kuda Untuk Naik ke atas Bromo"]
Jalanan terjal dan berlubang kami lewati. Setiap tahun saya selalu berkunjung ke sini dan rasanya infrastruktur masih belum diperbaharui. Semoga ke depannya infrastruktur bisa lebih diperbaiki. Tepat jam empat kami sudah sampai di Bromo. Pemandu kami meminta kami untuk melihat ke arah gunung yang masih tertutup kabut. Beliau menjelaskan bahwa sudah tiga minggu ini para pengunjung tidak bisa melihat gunung Bromo karena kabut.
Beliau meminta kami semua apakah akan menunggu atau pergi ke Penanjakan. Kami memutuskan untuk pergi apapun resikonya. Sesampainya di Penanjakan kami harus menunggu. Tepat jam lima tiga puluh menit cuaca mulai berubah. Kabut berangsur-angsur hilang dan matahari mulai nampak bersinar. Kami semua merasa gembira termasuk juga pemandunya. Ini adalah hari pertama setelah hampir tiga minggu para pengunjung tidak dapat melihat Gunung Bromo.
[caption id="attachment_408352" align="aligncenter" width="504" caption="Menuju Kawah Bromo"]
Kemudian kami lanjutkan perjalanan ke kawah Bromo. Saya putuskan untuk naik kuda. Ongkos naik kuda sebesar Rp. 100,000 pulang pergi. Tepat jam tujuh tiga puluh saya sudah sampai di bawah tangga untuk naik ke kawah. Pemandangan di bawah saya luar biasa indahnya. Hamparan pegunungan bromo diselimuti oleh langit yang biru. Sekali lagi saya bersyukur dapat melihat keindahan Indonesia. Saya kemudian naik tangga dan kurang lebih dua puluh menit saya sampai di sana. Bau belerang dari kawah Bromo sangat terasa.
Sesudah puas menikmati kawah Bromo, kami lanjutkan perjalanan menuju pasir berbisik. Lautan pasir hitam ini sangat unik dan berbeda dengan pengalaman saya ketika mengikuti off-road di Dubai. Pasir-pasir yang diterbangkan oleh angin menjadi pemandangan yang tidak saja indah tetapi juga memberikan nuansa lain. Tidak lama kami berada di sini sebelum melanjutkan perjalanan ke Bukit Teletubbis.
[caption id="attachment_408354" align="aligncenter" width="504" caption="Bukit Teletubbis "]
Cuaca bulan Maret yang masih hujan membuat hamparan rumput bukit Teletubbis menjadi sangat indah. Hijaunya rumbut dan pepohonan ditambah dengan mekarnya bunga-bunga yang berwarna-warni membuat hati siapa saja bergembira. Cukup lama kami berada di daerah bukit Teletubbis tidak hanya untuk memotret tetapi untuk menikmati keindahan panorama alam yang luar biasa indahnya. Kurang lebih jam sepuluh pagi kami harus kembali ke Malang.
(Jakarta, 7 April 2015, FB: Travel with Ony Jamhari)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H