Mohon tunggu...
Ony Jamhari
Ony Jamhari Mohon Tunggu... profesional -

Ony Jamhari adalah Entrepreneur, Travel Writer, and Educator FB Page: Travel with Ony Jamhari Instagram and Twitter: @ojamhari or @alsjuice

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menikmati Warung "Angkringan" Khas Korea

21 Maret 2014   01:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:41 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuaca sangat cerah pada minggu ini dan udara sudah mulai hangat di Korea Selatan. Setelah bergelut dengan suhu udara “minus derajat” akhirnya musim yang ditunggu “musim semi” memasuki Korea pada bulan Maret ini. Setiap hari dari Senin sampai Jumat sesudah pulang bekerja saya biasanya sempatkan untuk pergi ke perpustakaan kampus yang berjarak hanya 200 meter dari apartemen tempat saya tinggal.

[caption id="attachment_327592" align="aligncenter" width="451" caption="Pengunjung ramai membeli makanan di warung "][/caption]

Saya bisa menghabiskan 2-3 jam di perpustakaan baik untuk membaca buku, koran, majalah, menulis, maupun bermain sosial media. Perpustakaan di kampus selalu penuh bahkan di hari-hari tertentu kami harus “berebut” untuk mendapatkan tempat duduk di study room. Semua orang berlomba untuk menjadi yang terbaik. Alasannya sangat jelas, persaingan semakin berat khususnya untuk mencari pekerjaan sesudah mereka lulus dari sekolah.

Sesudah selesai belajar malam hari di perpustakaan biasanya kami menjadi lapar. Kamipun selalu mencari makanan dan minuman di sekitar kampus. Banyak restauran atau tempat makan yang buka selama dua puluh empat jam di Korea. Orang Korea suka pergi ke bar atau tempat “minum” pada malam hari. Tempat ini ada di mana-mana. Bagi kita yang tidak suka atau tidak minum bukan berarti tidak bisa menikmati suasana malam di Korea.

Warung-warung kecil alias “angkringan” menjadi alternatif untuk menikmati suasana malam. Sama halnya dengan di Indonesia warung angkringan di sini juga berupa tenda-tenda yang berpadu dengan gerobak atau mobil. Biasanya Mereka baru keluar jam tujuh malam. Warung-warung ini ada di pusat keramaian atau di pinggir-pinggir jalan Korea.Warung angkringan ini tutup sekitar jam 12 malam. Kecuali pada akhir minggu, warung bisa tutup sampai jam 2 pagi.

Penjualnya rata-rata adalah ibu-ibu yang sudah cukup tua. Mereka tidak saja ramah tetapi juga sangat bersahaja. Di sinilah sebenarnya kita bisa dapat merasakan kehangatan sikap orang Korea. Seperti semalam, Ibu penjual bertanya kepada saya kemana saja saya tidak pernah beli di warungnya. Sayapun menjawab bahwa karena udara dingin saya tidak suka keluar malam. Dia pun hanya tersenyum dan memberi semangat untuk menikmati musim semi di Korea yang berlangsung dari bulan Maret sampai bulan Mei.

[caption id="attachment_327594" align="aligncenter" width="413" caption="Ibu penjual di warung "]

13953135111346688586
13953135111346688586
[/caption]

Malam itu pembeli cukup ramai. Nampak beberapa pasang anak muda dan juga pekerja yang baru saja pulang kerja dengan lahap menyantap beberapa makanan yang di jual di warung tersebut. Mereka juga sangat asyik berdiskusi mengenai sekolah dan pekerjaan mereka. Tidak ada jarak di antara mereka. Suasana seperti ini yang membuat kami menjadi lebih dekat dan menjadi tahu apa yang sedang terjadi di Korea. Teman saya orang Korea mengatakan bahwa dia sangat suka pergi ke warung angkringan karena suasananya.

Warung angkringan di Korea Selatan menjual berbagai macam makanan ringan. Bagi yang pernah pergi ke Korea atau suka nonton film Korea nama makanan-makanan ini pasti tidak asing; Tteokbokki; rice cake, Odeng; sate ikandan Kimmari (seperti lumpia yang didalamnya berisi sayur-saturan dan mie dan dibungkus dengan rumput laut). Makanan ini dicampur dengan saos lombok merah yang sangat pedas dan digoreng di tempat khusus yang sangat panas. Warnanya bisa kemerah-merahan. Kadang-kadang mereka juga menaruh sayur-sayuran.

[caption id="attachment_327595" align="aligncenter" width="426" caption="Berbagai jenis makanan di warung "]

1395314387651003972
1395314387651003972
[/caption]

Selain itu ada juga Dakkocchi; sate ayam Korea; Ojingeo; gorengan gurita, Goguma; gorengan ketela goreng; Sewoo; udang goreng, telur ayam, dan juga Kimbab; shusi Korea. Jika Anda dapat makan daging babi, Anda juga bisa mencoba Soondae; jeroan daging babi. Sembari bersantap makanan tersebut, kita juga dapat menikmati minum air rebus Odeng, teh hijau, atau air putih. Untuk menikmati semua makanan tersebut Anda perlu membayar sekitar KRW 3,000 – KRW 5,000 atau sebesar Rp. 30,000 sampai Rp. 50,000.

Malam semakin larut ketika saya selesai menyantap sate Odeng kedua saya. Semakin lama semakin banyak orang yang mampir di warung tersebut. Warung angkringan Korea dengan segala “kesederhanaan” mengingatkan saya akan pentingnya kita warga negara asing yang tinggal di luar negeri untuk mengenal lingkungan di sekitar kita. Mencoba sesuatu yang baru dengan bergaul dengan masyarakat setempat akan mempermudah hidup lebih mudah di negeri rantau.

[caption id="attachment_327597" align="aligncenter" width="435" caption="Beberapa gorengan yang di jual di warung "]

13953145191152323124
13953145191152323124
[/caption]

Selamat menikmati musim semi di Korea.

(Daejeon, 20 Maret 2014, Awal Semi di Korea, Travel page Travel with Ony Jamhari)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun