Mohon tunggu...
Syahrani New
Syahrani New Mohon Tunggu... Jurnalis - Writeprener

Pemerhati Sosial Politik, Pegiat Literasi, dan Mahasiswa Magister Universtas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hikmah Covid-19 di Bulan Ramadan

15 Mei 2020   02:35 Diperbarui: 15 Mei 2020   03:02 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bulan ramadhan tahun ini kita disambut berbeda dengan ramadahan yang telah lalu-lalu, yang semestinya kita sambut bahagia ketika kedatangan bulan suci ramadhan namun ternyata tidak. 

Tanpa kita duga ada tamu yang sama sekali tidak kita harapkan kehadirannya yang hingga kini masih berselancar di sudut-sudut Dunia dan seluruh kota-kota yang ada di Indonesia. Corona Virus-19 namanya, virus yang satu ini tak kenal usia dan kasta dapat menyerang siapa pun dia baik pejabat, konglemerat, kaya, miskin, tua dan muda. 

Di Indonesia sudah mencapai 689 kasus positif virus corona (Covid-19) per pukul 12.00 WIB sebagaimana yang dikatakan Achmad Yurianto uru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 dalam konferensi persnya pada 13 Mei 2020.

Sebagai umat beragama yang beriman bahwasanya kita percaya bahwa semua ini adalah kehendak dari Allah SWT, ramadhan datang atas izin Allah begitu juga wabah yang sekarang ini sudah merenggut ribuan nyawa manusia. Namun tergantung bagaima kita menyikapinya, apakah wabah ini adalah sebagai teguran, peringatan atau azab bagi kita?

Akan tetapi pada awal ramadhan kali ini kita disambut antara bahagia dan khawatir, Kenapa? Karena kita dihadapkan kepada kondisi yang berbeda dari ramadhan sebelumnya, Allah memberikan cobaan yang luar biasa kepada dunia dan Indonesia khusunya berupa Covid-19 sehingga semarak ramadhan pun terkena dampak yang biasanya mesjid-mesjid ramai diisi dengan tarawih dan tadarus, walaupun demikian seharusnya tidak mengurangi khidmat dan kekhusuan kita dalam melaksanakan puasa dan ibadahramadhan lainnya. 

Dengan kondisi seperti ini pula  kita juga dianjurkan oleh Pemerintah untuk tetap menjalankan ibadah dirumah masing-masing untuk membantu pemerintah memutus mata rantai penyebaran covid-19 ini.

Hikmah Wabah bagi Orang Beriman

Pada saat kita menjalankan ibadah puasa dan dibarengi dengan wabah Covid-19 seperti ini, pelajaran apa yang bisa kita ambil dari peristiwa ini? Apakah hikmah yang bisa kita ambil di balik Allah menurunkan wabah ini?

Penulis menghimpun minimal ada 5 item hikmah yang bisa kita ambil dalam peristiwa yang kebetulan berbarengan dengan bulan suci ramadhan ini. 

Pertama, memperkuat rasa tolong menolong kita antar sesama. Sebagaimana yang termaktub dalam QS. Al- Maidah:2,

wa ta'wan 'alal-birri wat-taqw wa l ta'wan 'alal-imi wal-'udwni wattaqullh, innallha syaddul-'iqb

Artinya: "Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong- menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya"(Q.S Al-Maidah[5]: 2).

Bukan berarti saat seperti sekarang ini saja kita dianjurkan tolong menlong, namun dengan merambak virus ini yang sangat berdampak pada aktivitas masyarakat menimbulkan rasa empati yang begitu dalam yang berbeda pada ramadhan sebelumnya. 

Kita mungkin yang tadinya enggan berbagi, hari ini kita ikut memikirkan orang lain dan ikut berbagi walaupun tidak banyak, akan tetapi bukankah Islam mengajarkan memberi itu bukan mengharuskan jumlah akan tetapi berapa pun jumlahnya tyang penting dalam koridor tolong menolong dalam kebaikan. 

Demikian juga banyak lembaga-lembaga Islam, non Islam, dan organisasi masyarakat lainnya saling bahu-membahu untuk menolong orang-orang yang terkena dampak langsung dari virus Covid-19, yang notebenenya mereka tergolong yang memang layak untuk diberi bantuan.

Kedua, Kepedulian kita meningkat tanpa memandang suku bahkan keyakinan sekalipun. Mungkin yang biasanya pada ramadhan sebelumnya kita hanya berbagi pada sesama muslim saja ramadhan kali kita diharuskan berbagi antar sesama tanpa memandang agama dan status sosialmya. 

Seperti yang kita lihat akhir-akhir ini bantuan-bantuan berupa sembako, masker, uang tunai, dan lain sebagainya berdatangan dari seluruh penggiat sosial kemanusian tanpa sedikipun kita temukan ada yang bertanya apa agamamu? Apa sukumu? dan dari mana kamu berasal?

Artinya kita digerakkan dari sebuah kondisi yang mengharuskan kita berbagi tanpa menelusuri, mungkin saya tidak berlebihan jika hal demikian kita sebut manusia seutuhnya yang memiliki cinta kasih tanpa sekat. 

Ketika mereka dalam kesusahan siapapun mereka kita harus sama-sama bergendengan tangan untuk membantunya, tidak lagi membantu atas dasar primordialisme dan sukuisme. 

Hal demikian seharusnya menjadi rumus hidup kita bersama baik dalam ramadhan maupun bukan dalam suasana ramadhan kita tetap membantu siapapun yang berada dalam kesusahan, karena pada dasarnya kita tidak bisa hidup sendirian pejabat butuh rakyat, rakyat butuh pejabat, orang kaya butuh orang miskin dan sebaliknya.

Ketiga, Meningkatnya disiplin dan pengendalian diri. Namun sekarang suka ada rumor ditengah-tengah masyarakat cuci tangan melulu kapan makannya?

Hal ini mungkin sudah menjadi kebiasaan di tengah-tengah masyarakat jika mencuci tangan itu dilakukan sebelum makan. Namun sekarang cuci tangan menjadi ritual wajib, habis bersalaman cuci tangan, habis keluar dari rumah cuci tangan, pulang dari mall cuci tangan, pulang dari Bank cuci tangan, pulang dari warung cuci tangan, pulang dari ATM cuci tangan dan hampir puluham kali dalam sehari kita melakukan cuci tangan setiap setelah melakukan aktivitas apapun. 

Jadi tanpa kita sadari kita melakukan sesuatu yang memang kita tahu bersama bahwa pesan untuk selalu menjaga kebersihan sebenarnya telah disampaikan oleh Rasulullah SAW sekitar 14 abad yang lalu, baik melalui ucapan maupun teladan langsung dari Nabi Muhammad SAW. Tujuanya agar umat manusia menjadi orang yang sehat dan kuat, baik jasmani maupun rohani. 

Dalam sebuah hadis disebutkan: "Seorang mukmin yang kuat (fisik, mental, jiwa, dan raga) lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan." (HR Muslim). 

Artinya menjaga kebersihan setiap saat disiplin dalam menjaga kebersihan diri. Bahkan ada yang bilang buang angin lebih terhormat dari pada bersin, kalau sebelum corona bersin di doakan sekarang setiap denger orang bersinsudah was-was dan kaget. 

Keempat, waktu beribadah lebih panjang dan lebih fokus artinya ketika taraweh dirumah, tadarus dirumah dan ibadah-ibadah lainnya dirumah. Kita seperti dihantar kepada suatu kesadaran tinggi bahwa segala sesuatu yang terjadi selalu bergantung kepada Allah Swt ada rasa khawatir, rasa was-was terjangkit virus dengan rasa takut seperti itu kita benar-benar menghamba kepada Allah Swt. 

Segala kegiatan ibadah yang kita lakukan selalu tertancap dalam hati harapan besar agar Allah melindungi kita dan menyembuhkan negeri ini. Dengan kondisi seperti ini kita dianjurkan lebih banyak dirumah bukan berarti berdiam diri tanpa kegiatan yang bermanfaat tapi justru hikmah yang bisa kita ambil kita lebih banyak bisa berkumpul dengan keluarga, ibadah bersama, berbuka bersama, dan lain sebagainya.

Kelima, menjauh dari manusia mendekat kepada Allah. Artinya setiap kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada orang banyak tidak bisa kita lakukan lagi karena diberlakukannya  social distancing dan physical distancing oleh pemerintah. 

Dulu kita bisa ngaburit ke mana-mana, acara berbuka bersama, acara kantor dan lain sebagainya dengan kondisi sekarang kita tidak bisa lagi melakukan hal demikian tanpa kita sadari bahwa kita sedang menjauh dari keramaian manusia, menjaga jarak dari manusia tetapi tidak menjauh kepada Allah Swt. 

Ketika hal demikian kita lakukan maka secara tidak langsung juga kita menyelamatkan diri dan orang lain, agar virus tersebut tidak menyebar secara masif dan ketika kita dikondisikan menjauh dari manusia maka bukan berarti tidak berkomunikasi sama sekali, akan tetapi lebih pada saling jaga dan saling mendoakan.

Wallahu'alamu bisawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun