Mohon tunggu...
Syahrani New
Syahrani New Mohon Tunggu... Jurnalis - Writeprener

Pemerhati Sosial Politik, Pegiat Literasi, dan Mahasiswa Magister Universtas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Iqra’ (Membaca Teks): Membedah Informasi Tuhan

30 Agustus 2014   06:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:07 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbica menegenai kata iqro’ tentu beragam informasi yang telah disodorkan oleh Allah Swt didalam kitab suci al-qur’an, yang tentu akan memiliki beragam arti, pemahaman dan maksud yang akan muncul sesuai dengan tujuan ayat tersebut,  walaupun memiliki koneksi akar kata yang sama, tetapi sebelum saya berbicara mengenai kata iqro yang termaktub dalam surah al-alaq, penulis ingin  menyampaikan beberapa informasi kata iqro’ didalam al-qur’an yang mudah-mudahan memberikan manfaat banyak bagi penulis dan  pembaca,  berikut informasinya:

1.Kata qoro’a terulang tiga kali di dalam Al-qur’an yaitu pada QS.17:15, dan QS.96:1 dan 3,

2.Sedang kata jadian dari akar kata “Qoro’a”, dalam berbagai variasi bentuknya terulang 17 kali, obyek membaca yang menggunakan akar kata tersebut tentu berbeda-beda, kadang menyangkut sesuatu  bacaan yang bersumber dari Allah yaitu al-qur’an dan kitab suci sebelumnya seperti pada QS.17:45 dan QS.10:94,

3.Berbeda dengan “qoro’a-qiroatan” dan “talaa-tilawatan”, walaupun memiliki makna yang berarti membaca, yang termaktub didalam QS.17:14, kata “talaa-tilawatan”, biasanya di gunakan untuk membaca sesuatu yang sifatnya suci (sacral) dan pasti benar, misal dalam QS.2:252, dan QS.5:27, sedangkan

4.kata “qoro’a-yaqra’u-qiroatan” lebih bersifat umum, apalagi seperti yang termaktub dalam QS.Al-‘alaq yang mana tidak memiliki maf’ul atau tidak mengarah kesuatu obyek yang wajib dibaca, bacaannya bisa apa saja baik yang tersurat maupun yang tersirat.

Di dalam Qs.Al-‘alaq:1-8 bisa jadi mengungkap betapa pentingnya membaca sebagai wahana peningkatan pendidikan yang efektif. Membaca dalam konteks ini luas maknanya, karena tuhan juga tidak membatasi hambanya untuk membaca apa saja yang bermanfaat untuknya. Karena dengan membaca orang akan menjadi kaya ilmu pengetahuan dan memiliki kekayaan intlektual yang tinggi dalam memilih dan memilah kehidupan yang rahmatan lil’alamin atau anfauhum linnas (yang bermanfaat bagi setiap orang). Tentu saya tidak keluar dari tugas yang di berikan dosen sebelumnya bahwa saya harus menyelesaikan tugas b.indonesa yang hanya di minta untuk cendrung berbicara tentang makna iqro (membaca teks) yang terdapat dalam QS.Al-‘alaq:1-8 Saja:

اقْرَأْبِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ(1)

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”,

خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2)

“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”,

اقْرَأْوَرَبُّكَ الأكْرَمُ (3)

‘’Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah’’,

الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4)

‘’Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam’’,

عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

‘’Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya’’.

Prof. Dr. M.Quraish Shihab menyebutkan;

Bahwa kata iqro’ yang terambil dari kata qoro’a,pada mulanya berarti “menghimpun”, Apabila ada merangkai huruf atau kata kemudian anda mengucapkan rangkaian tersebut, anda telah menghimpunnya. Atau dalam Bahasa Al-qur’an, Qara’tahu Qira’atan. Arti asal kata ini menunjukkan bahwa iqro’, yang di terjemahkan dengan “bacalah” tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis yang dibaca, tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain. Karenanya anda dapat menemukan, dalam kamus Bahasa, beraneka ragam arti dari kata tersebut antara lain:

1.Menyampaikan,

2.Menelaah,

3.Membaca,

4.Mendalami,

5.Meneliti,

6.Mengenal ciri-cirinya, dan sebagainya.

Dan makna lain bisa menjadi ; mempelajari, mengeraskan bacaan, aktifitas membaca yang bernilai ibadah, memahami menyampaikan dan bahkan maknanya bisa menjadi hamila- membawa (hamil).

Setelah merujuk dari makna-makna diatas  kita sebagai hayawanun nathiq ( makhluk bertanya), seharusnya memiliki beberapa pertanyaan kenapa tuhan titahkan ayat yang berawalan kata “iqro”?, yang pada saat itu khitabnya (lawan bicaranya) adalah Nabi Muhammad Saw. Tetapi bukan berarti anda langsung menarik benang merah bahwa ayat ini hanya berlaku pada Nabi Muhammad. Tidak itu tidak benar…!

Ayat ini di titahkan bukan untuk satu orang saja, tetapi berlaku untuk kita semua. Karena jika kita melihat dari beberapa makna tersebut kita dapat mengambil pelajaran bahwa tuhan menurunkan ayat itu memiliki tujuan yang sangat penting untuk dikaji. Jika kata “Iqro” di terjemahkan  dengan “bacalah”, tentu kesannya tidak terlalu menggigit, walaupun makna aslinya adalah membaca, dan kemungkinan bisa muncul pertanyaan kenapa tuhan tidak  menentukan saja objek yang harus dibaca gitu, maaf..! bukan berarti tuhan salah dan lupa. Justru dengan demikian itu menandakan kesempurnaanNya karena  ayat yang Dia turunkan bukan bertujuan untuk satu orang. Perintah membaca bukan sekedar baca saja . tetapi baca, lalu menelaah, meneliti, dan mendalami bacaan, kemudian muncul pemahaman tentang apa yang dibaca, setelah menemukan pemahaman tentu kita akan mendapatkan ilmu pengetahuan baru yang tugas kita adalah bukan memendamkannya tetapi menghimpunnya dengan tujuan untuk disampaikan kepada khalayak dan cara menyampaikannya tentu juga telah dituntun oleh tuhan dalam Al-qur’an. Yang tidak harus monoton melalui lisan tetapi juga melalui tulisan. jika kita menganggap bahwa membaca itu adalah perintah tuhan tentu kita tidak meninggalkannya, walaupun hal itu tidak bersifat kewajiban. Nah kalau saja membaca itu seperti shalat yang dikerjakan setiap hari atau menjadi kebiasaan pasti banyak cendikiawan-cendikiawan yang sukses karena membaca. Tapi faktanya kegiatan membaca ini tidak di perhatikan sama sekali, atau mungkin karena malas saja ya..? padahal kita tahu tidak mungkin sama sekali, sebuah pohon apapun tidak akan tumbuh subur dan memiliki akar yang sangat kuat, tanpa ada yang menanam dan merawatnya dengan baik. Begitu juga kita tidak akan tumbuh subur dan berbuah manis jika kita tidak menanam dan merawat diri kita dengan kegiatan membaca. Jika Tuhan membuat perintah  kepada hambanya tentu bukan malah menyakiti atau merugikan hambaNya. Coba mari kita lihat dalam QS.Al-Mujadalah:11

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَدَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Lihat  kata Al-‘ilm  terus di awali dengan kata yarfa dan di akhiri dengan kata darajatin tentu kalau dilihat dari terjemahannya tidak memiliki kerugian sedikitpun. Bahkan Tuhan memiliki Janji  kepada setiap orang beriman dan berilmu. tentunya setelah kita berlelah-lelahan. Pertanyaannya Lelah yang bagaimana..?

Yaitu lelah membaca, membaca, dan membaca. Kegiatan membaca bukan hal yang dikerjakan dengan sekali-dua kali tetapi butuh berulang-ulang, kefokusan, kesunggguhan, dan juga harus mampu menangkis beberapa hambatan. Jika anda mampu tentu tidak sulit untuk meraih apa yang dijanjikan Tuhan.

Terkadang kita belum apa-apa sudah berani menyimpulkan, melihat orang yang berbeda dengannya, sudah berani mengatakan “eh lho itu salah, eh lho itu gak bener”, padahal jika dia ditanya apa itu kebenaran dan perbedaan dia sendiri tidak tahu. Itu sebabnya tuhan mengawali ayat dengan kalimat “iqro”, baca semua apa yang ada di sekelilingmu,  perhatikan dan telaah lagi, kemudian pahami, lalu himpunlah ke dalam sebuah kalimat dan sampaikanlah. Inilah kira-kira tujuan Tuhan dan fungsi kita sebenarnya diciptakan di muka bumi ini agar selalu menjawab pertanyaan Tuhan yang berbunyi afala tadzakkarun, afala tadabbarun, afala tafakkarun..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun