Implementasi Kurikulum Merdeka dengan pilihan Mandiri Berubah oleh sekolah saya, telah membawa diri  tumbuh secara profesional menjadi pribadi yang baru. Â
Naluri kompetitif dalam diri saya tumbuh, namun bukan untuk memenangi siapapun, melainkan melawan kemalasan dan stagnasi diri sendiri. Â Sebaliknya, pengembangan Kurikulum Merdeka nyaris tidak akan mampu dilakukan oleh guru manapun secara sendirian, mengingat tuntutan kreativitas yang dipersonalisasi sesuai karakter sekolah yang kompleks, maka naluri kolaborasi dengan teman sejawat juga tumbuh perlahan.
Berkah yang terbesar bagi saya dengan aktif pada Kurikulum Merdeka adalah lolosnya saya dalam Uji Kompetensi Pengawas Sekolah yang salah satu syarat utamanya adalah lulus sebagai Guru Penggerak. Â Sekarang saya mempunyai legalitas untuk membina dan mendampingi, bahkan menilai para kepala Sekolah binaan. Â
Posisi ini secara profesional tentu merupakan lompatan besar dari jabatan Guru Mata Pelajaran biasa. Â Hari ini, mereka yang saya temui masih dalam posisi yang sama tiga tahun lalu, memberikan ucapan selamat atas pencapaian saya.
Tentu hal ini membanggakan mengingat begitu banyak energi dan jerih payah untuk mencapainya hingga sampai di titik ini. Â Ribuan jam belajar sampai larut malam, upaya dan biaya serta tentu saja keikhlasan dan kerelaan dari suami dan anak saya. Â
Hal yang dapat saya bagikan tentang Kurikulum Merdeka adalah sifatnya yang sangat terbuka dan apresiatif terhadap bukan hanya murid yang belajar, namun juga para guru yang bersemangat. Â
Sepanjang perjalanan profesi saya sebagai pengajar, saya akhirnya menyaksikan impian saya yaitu tersedianya platform belajar yang bisa diakses dan berisi ribuan informasi berharga untuk guru telah lahir, yaitu PMM (Platform Merdeka Mengajar). Â
Saya juga menyaksikan terobosan fenomenal lain yaitu platform Rapor Pendidikan. Â Lembar Kerja RKT dan RKAS di dalamnya sungguh suatu upaya dan pintu akselerasi bagi para guru untuk meningkatkan karirnya menempati posisi-posisi kunci sebagai Kepala Satuan Pendidikan. Â
Dalam Kurikulum Merdeka, Kepala Sekolah mutlak memahami Perencanaan Berbasis Data. Â Tidak heran sekarang, seleksi alam mulai berjalan. Â Bukan saya hendak mengatakan yang tua-tua akan tersingkir di Kurikulum Merdeka dan senior tidak lagi dihargai, namun para guru dan Kepala Sekolah yang tidak mau atau lamban belajar pasti akan menuai kritik dan kehilangan respek.
Kompetitif untuk diri sendiri, namun kolaboratif dengan rekan sejawat, begitulah Kurikulum Merdeka di mata saya sebagai guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H