Mohon tunggu...
Ony Edyawaty
Ony Edyawaty Mohon Tunggu... Guru - pembaca apa saja

hanya seorang yang telah pergi jauh dari rumah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Meloloskan Pelarian

15 April 2021   23:44 Diperbarui: 16 April 2021   00:10 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : cnnindonesia.com

Aku mengangguk pelan sambil menatap gerakannya yang cepat bagaikan ular laut menyelip di antara karang.  Dia masuk ke dalam lapisan terpal di lantai sampanku. Aku sedikitpun tidak mengalihkan tanganku dari gerakan menggulung handle reel ku.  Bibirku santai menjepit rokok tembakau dan posisiku beku seperti sewajarnya pemancing yang sedang on fire.

     Sepuluh detik kemudian, entah datang dari mana, sebuah perahu fregat berderu dengan buih membentuk belahan air samudera yang gelap pekat.  Polisi Air dengan senapan terkokang bertanya ke padaku dengan bariton memecah kesunyian.  "Sampeyan weruh uwong liwat kene mau, pak?" (Anda lihat orang lewat sini barusan , pak?)

"Ora (tidak)," jawabku pendek. 

Merekapun berlalu secepat datangnya, seolah tak mau kehilangan sedetikpun meringkus buruannya. 

    Pagi sudah hampir tiba, pita oranye pucat mulai tersembul anggun di cakrawala langit.  Sebentar lagi suasana akan ramai, dan memancing akan berbeda rasanya.  Si ular laut berwujud manusia itu sangat kuat bersembunyi di bawah terpalku, dan tidak sedikitpun bergerak atau bersuara selama hampir empat jam berlalu.  Betapa beratnya perjuangan untuk lepas dari neraka yang bernama Nusakambangan.  Aku juga tidak hendak memeriksa, apakah dia masih ada di bawah sana, atau sudah mati kedinginan.

     Segera ku hela sampanku menuju pelabuhan.  Kali ini aku tidak ke Pelabuhan Sodong, namun entah mengapa aku ingin melepas "tangkapanku" malam itu ke Pelabuhan Sleko.  Di sana ada pasar ikan, aku akan berbelanja beberapa, agar jika anak-anak dan cucu-cucuku bertanya tentang hasil tangkapanku, aku bisa pamer dan mengarang cerita bombastis tentang serunya pemancinganku.  Sampan kutambatkan, dan perlahan ada gerakan lembut, diikuti sesosok tubuh yang melompat dengan cekatan ke galangan pelabuhan.

"Nuwun, pak," dengusnya cepat.

(Terimakasih, pak)

Aku mengangguk, sambil menyaksikan kelebatnya menghilang, bersatu dengan kerumunan sosok-sosok riuh di pasar ikan.

    

*Pada Kamis, 20 Mei 1982, telah terjadi pelarian 34 narapidana dari Lapas Nusakambangan.  Peristiwa itu menewaskan satu orang sipir dan melukai puluhan lainnya.  Setelah pengejaran yang cukup lama, ke 34 napi itu dipastikan telah tewas, akibat ditembak petugas, dimangsa binatang buas dan jatuh ke laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun