TRAGEDI YANG ABADI
Berawal dari sebuah puisi yang ditulis Penuh garis
Dengan rupa isyarat yang hampir pekat
Beradu arti dan argumentasi tanpa berimajinasi
Berdukalah secawan bait ketika luka dipersatukan.
Dari tragedi itu kita diajarkan untuk merawat rindu
Tanpa lupa menjahit pahit yang terus menderu
Tak perlu desak jika itu membuatmu sesak.
DI DEPAN TERAS ASRAMA
Dia,
Mendinginkan lehernya
Mengedipkan matanya
Membasahi bibirnya
Melambaikan tangannya
Mengerutkan keningnya
Itu semua tertuju padaku.
Sial!!!
Itu hanyalah mimpi
CATATAN MAHASISWA
Hidup mahasiswa
Walau gentar, menggambar wajah kampus tanpa pupus
Hidup mahasiswa
Walau dari jauh mengukur jauhnya pengorbanan tanpa membandingkan beban
Hidup mahasiswa
Tegar pengetahuan yang kita ikrarkan
Tegar doa yang kita rindukan
"Pandemi Pulanglah"
Mahasiswa-mahasiswa di luar sana merindukan sisa-sisa perjuangannya di bawah ingatan yang ditulis dalam surat-surat yang hampir lebat
"Pandemi Pulanglah"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H