INKUIRI APRESIATIF, SEBUAH PARADIGMA BARU
UNTUK MEWUJUDKAN VISI TRANSFORMASI PENDIDIKAN
Oleh Onny Nurihayanti, S.Pt.
Calon Guru Penggerak Angkatan 4
SMKN 1 Tulungagung -- Jawa Timur
PERUBAHAN POSITIF BUKANLAH IMAJINASI
      Sekolah merupakan rumah kedua bagi murid dan juga para guru. Di tempat inilah murid dan guru bertemu dan menghabiskan waktu untuk berinteraksi bersama, menjalin komunikasi dan komitmen setiap harinya dalam waktu yang tidak sedikit. Dalam porsi waktu yang lama sebuah pertemuan antara guru dan murid tentu tak bisa dikatakan sebagai pertemuan yang remeh temeh, melainkan menjadikan sebuah jalinan ikatan antara keduanya haruslah berbobot dan menghasilkan sesuatu yang positif dari energy-energi positif yang dibangun bersama.
      Esensi positif dari sebuah pertemuan rumah kedua ini tentu harus dibangun dari pondasi positif yang sangat kuat. Pondasi itulah yang berwujud sebagai Visi. Visi seorang guru dalam menjalankan aktivitas dan perannya sebagai personal berdedikasi bagi anak didiknya harus dikemas dengan sangat baik, sempurna dan kredibel untuk mendukung perannya menjadi pendidik dan orang tua kedua bagi murid-muridnya. Demikian juga bagi murid juga harus mempunyai visi yang tidak ringan untuk dijadikan sebagai pijakan awal mereka dalam menjalankan seluruh aktivitasnya di rumah kedua dan membawa pulang hasil yang harus membahagiakan dan membuatnya bangga. Visi yang baik, positif dan kuat adalah kunci dari langkah perwujudan hasil yang baik pula. Visi yang baik akan memberikan energi positif untuk menghasilkan perubahan positif bagi iklim pendidikan dan pembelajaran di sekolah, bagi guru dan juga murid-muridnya.
      Visi positif diawali dengan melakukan analisis kebiasaan keseharian, mereduksi sisi positif yang menjadi kekuatan dasar dan menjadikannya sebagai transformasi budaya sekolah. Tidak mudah memang, namun tahapan harus dilakukan untuk menuju sebuah capaian budaya positif yang menghasilkan perubahan positif.
MEWUJUDKAN BUDAYA POSITIF DENGAN PARADIGMA INKUIRI APRESIATIF
    Visi besar dalam mewujudkan perubahan besar yaitu budaya positif harus melalui menggunakan metode dan tahapan yang teratur dan sudah relevan untuk dijalankan. Kali ini, sistem pendidikan di Indonesia telah mengusung paradigm baru sebagai metode pendekatan sekaligus menjadi solusi untuk memecahkan persoalan yang terjadi di komunitas pendidikan, yaitu sekolah untuk menjadikannya sebagai budaya positif guna mewujudkan visi yang telah terbangun sebagai pondasi. Paradigma tersebut bernama INKUIRI APRESIATIF (IA) yang dipelopori oleh seorang tokoh bernama David Cooperrider.
    Inkuiri Apresiatif merupakan pendekatan kolaboratif dengan melakukan perubahan berbasis kekuatan, yang mengedepankan prinsip psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan Inkuiri Apresiatif dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas yang menyelesaikan persoalan menuju perubahan dengan berfokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi. Dalam implementasinya, Inkuiri Apresiatif dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.
      Penerapan Inkuiri Apresiatif di Indonesia dilakukan dengan penyesuaian yang ada di Indoneisa dan merumuskannya dengan menggunakan prinsip akronim BAGJA. BAGJA merupakan tahapan yang dilakukan untuk mewujudkan visi baik untuk membentuk perubahan budaya baik di sekolah. Adapun tahapan BAGJA yaitu:
1. Buat Pertanyaan Utama
     Pertanyaan utama ini merupakan pertanyaan awal yang diepakati dan merupakan satu tujuan utama untuk mewujudkan perubahan apa yang dikehendaki. Pertanyaan utama akan menentukan arah penelusuran, penyelidikan dan penelitian terkait perubahan yang diimpikan.
2. Ambil Pelajaran
     Tahap ini dilakukan dengan mengambil pertanyaan lanjutan dari pertanyaan utama. Pada bagian ini akan terjadi aktivitas menuntun pengambilan pelajaran dari pengalaman positif individu atau kelompok, baik dari unsur berbeda atau sama dan menentukan pelajaran apa yang dapat diambil dari hal-hal positif tersebut
3. Gali Mimpi
     Tahap Gali Mimpi adalah tahap menyusun narasi tentang kondisi ideal apa yang diimpikan dan diharapkan terjadi di sekolah. Disinilah visi benar-benar dirumuskan dengan jelas.
4. Jabarkan Rencana
      Komunitas melakukan hal ini untuk mengidentifikasi tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan impian-impian sebelumnya dan mengubah keputusan untuk pelaksanaan lebih konkrit.
5. Atur Eksekusi
     Ini adalah tahap terakhir dalam BAGJA yang merupakan aktivitas membantu transformasi rencana menjadi nyata. Tahap ini membutuhkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu memutuskan peran dan kesepakatan pelaksanaan.
      Demikianlah metode BAGJA sebagai implementasi pendekatan Inkuiri Apresiatif untuk mewujudkan perubahan budaya positif untuk membentuk dan menumbuhkan karakter baik pada lembaga pendidikan sebagai rumah kedua guru dan murid dalam menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bersekolah. BAGJA menjadi sebuah metode yang diadopsi dari Inkuiri Apresiatif yang berbeda dari metode-metode biasa yang melihat dan mengacu pada kelemahan atau kesalahan lalu berusaha memperbaikinya. Akan tetapi Inkuiri Apresiatif melalui BAGJA menjadi metode berbeda yang berpusat pada potensi positif dan melakukan apresiasi terhadap hal baik yang sudah dilakukan dan menghasilkan capaian positif sebagai sumber kekuatan serta pondasi untuk mewujudkan budaya positif dalam transformasi kehidupan.
Salam Selamat dan Bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H