Mohon tunggu...
Only Saputri Wijayanti
Only Saputri Wijayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sosiologi

🎧

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Culture Social

9 September 2023   16:54 Diperbarui: 10 September 2023   18:43 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, budaya (culture) diartikan sebagai ; pikiran, adat istiadat, sesuatu yang sudah berkembang, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Dalam pemakaian sehari-hari, orang biasanya mensinonimkan pengertian budaya dengan tradisi (tradition). Dalam hal ini tradisi diartikan sebagai kebiasaan masyarakat yang tampak. Dengan demikian kebudayaan dapat di artikan sebagai keseluruhan system, gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia (Koentjaraningrat, 2002). Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan yaitu mengolah tanah atau bertani, dari asal arti tersebut kata culture diartikan sebagai daya dan kegiatan manusia untuk mengolah atau merubah alam (Soekanto, Soerjono, 1982). 

Seorang antropolog Inggris Edward B. Taylor (1832-1917) mengatakan bahwa kultur adalah keseluruhan yang kompleks termasuk di dalamnya pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat dan segala kemampuan dan kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai seorang anggota masyarakat. Menurut (Geertz, Clifford, 1973) mendefinisikan kultur sebagai "pola-pola berarti yang diciptakan oleh manusia dalam mengorganisasi makna dalam kehidupan sosialnya." Bagi Geertz, kultur sosial adalah sistem simbolik yang digunakan manusia untuk memberikan makna pada pengalaman mereka. Kemudian (Malinowski, Bronislaw, 1960) menganggap kultur sosial sebagai "warisan kolektif" yang mencakup kepercayaan, nilai, dan praktik-praktik yang diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bagi Malinowski, kultur sosial adalah cara manusia mengatasi kebutuhan-kebutuhan mereka dalam lingkungan sosial. Sedangkan Max Weber menghubungkan kultur sosial dengan agama dan nilai-nilai. Menurutnya, kultur sosial mencakup ide-ide, keyakinan, dan norma-norma yang membentuk perilaku individu dan masyarakat. 

Menurut koenjtaraningrat berpendapat bahwa unsur kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu pertama sebagai suatu ide, gagasan, nilai-nilai norma-norma peraturan dan sebagainya, kedua sebagai suatu aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam sebuah komunitas masyarakat, ketiga benda-benda hasil karya manusia.

 
 

Salah satu aspek yang penting dari kultur sosial adalah norma social. Norma-norma ini adalah aturan tidak tertulis yang mengatur perilaku individu didalam masyarakat. Mereka dapat berubah dari satu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya dan memainkan peran penting dalam menjaga kohesi sosial. Selain itu, bahasa juga merupakan komponen utama dari kultur sosial. Bahasa adalah alat utama untuk berkomunikasi dan juga mencerminkan nilai-nilai dan identitas suatu kelompok. Perbedaan bahasa antara kelompok-kelompok masyarakat dapat menciptakan batasan-batasan sosial dan budaya yang mempengaruhi bagaimana individu berinteraksi satu sama lain.

file-20180403-189804-1lwafqo-64fc68f808a8b537741a7c62.jpg
file-20180403-189804-1lwafqo-64fc68f808a8b537741a7c62.jpg

Seni juga merupakan ekspresi budaya yang penting. Seni mencakup musik, seni rupa, tari, dan banyak bentuk kreativitas lainnya. Seni dapat mencerminkan cerita-cerita, nilai-nilai, dan pengalaman-pengalaman dari suatu kelompok masyarakat dan seringkali berperan dalam memelihara warisan budaya. Agama juga merupakan bagian integral dari kultur sosial.

a0000314-main-64fc69344addee16f2289642.jpg
a0000314-main-64fc69344addee16f2289642.jpg

 Agama memengaruhi moral, etika, dan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat. Ia juga sering membentuk tradisi-tradisi dan upacara-upacara penting dalam kehidupan sehari-hari.

img-20220525-wa0020-64fc6b3e4addee61d7420aa2.jpg
img-20220525-wa0020-64fc6b3e4addee61d7420aa2.jpg

Indonesia adalah negara dengan beragam agama, seperti Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan Kepercayaan Lainnya. Keberagaman ini menciptakan toleransi antaragama dan interaksi antar umat beragama. Setiap agama di Indonesia memiliki tradisi keagamaan yang khas, seperti shalat lima waktu dalam Islam, persembahyangan dalam Hinduisme, atau misa dalam Kristen. Tradisi ini menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat.

Selain itu, teknologi dan globalisasi telah mempengaruhi kultur sosial dengan cara yang signifikan. Perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi telah memungkinkan pertukaran ide, informasi, dan budaya antar berbagai kelompok masyarakat di seluruh dunia. Kultur sosial sangat beragam di seluruh dunia, dan memahami perbedaannya adalah langkah penting dalam mempromosikan pemahaman dan toleransi antar budaya. Ini juga dapat memainkan peran penting dalam pembentukan identitas individu dan kelompok.

internet-of-things-64fc697608a8b537741a7c67.png
internet-of-things-64fc697608a8b537741a7c67.png

Salah satu contoh penerapan kultur sosial dalam masyarakat adalah praktik saling menghormati dan mentaati norma-norma sosial. Ini termasuk komunikasi yang etis, berhubungan dengan orang lain dan mengikuti aturan dan nilai-nilai yang diakui dalam masyarakat tertentu. Misalnya, banyak budaya yang memiliki norma tentang menghormati orang yang lebih tua, mengutamakan kejujuran, atau menumbuhkan nilai-nilai seperti kebersamaan dan gotong royong. Penerapan budaya sosial ini membantu menjaga keharmonisan dan stabilitas dalam masyarakat.

a57775ab193d260130f991216b1ed7f8-64fc6f0708a8b515bb77b442.jpg
a57775ab193d260130f991216b1ed7f8-64fc6f0708a8b515bb77b442.jpg
Acara slametan adalah salah satu tradisi keagamaan dan budaya yang umum di Indonesia, terutama dalam masyarakat Jawa. Ini adalah contoh penerapan kultur sosial dalam konteks acara keagamaan. Acara ini sering diadakan oleh keluarga atau komunitas sebagai bentuk dukungan sosial dan solidaritas. Setiap daerah atau kelompok masyarakat di Indonesia dapat memiliki cara sendiri dalam melaksanakan slametan. Ini mencerminkan keberagaman budaya Indonesia, di mana masing-masing wilayah dapat memiliki tradisi dan makanan khas mereka sendiri untuk slametan. Penerapan kultur sosial dalam acara slametan mencerminkan kekayaan budaya dan nilai-nilai sosial yang dijunjung tinggi dalam masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan masyarakat Jawa. Acara ini adalah contoh konkret bagaimana tradisi agama, budaya, dan sosial dapat bersatu dalam sebuah perayaan atau upacara yang bermakna.
a4-64fc7e3f08a8b53b4719e8b2.jpg
a4-64fc7e3f08a8b53b4719e8b2.jpg

Struktur sosial dan institusi sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kultur sosial dalam suatu masyarakat. Berikut adalah hubungan antara ketiganya :

  • Struktur Sosial : Menurut (Soerjono, Soekanto, 2002) struktur sosial adalah hubungan timbal balik antar posisi-posisi sosial dan peranan-peranan sosial yang dimiliki oleh masing-masing individu atau kelompok dalam struktur tersebut yang merujuk pada organisasi hierarki dalam masyarakat, seperti kelas sosial, kelompok etnis, dan status sosial. Misalnya, dalam masyarakat dengan struktur kelas yang ketat, interaksi antar-kelas mungkin terbatas, yang dapat mempengaruhi bagaimana nilai-nilai dan norma-norma berkembang dalam masyarakat tersebut. Contohnya, dalam masyarakat yang sangat hierarkis, seperti masyarakat feodal, struktur sosial dapat mempengaruhi bagaimana kekuasaan dan sumber daya didistribusikan.
    struktur-sosial-64fc77534addee79826d71d2.png
    struktur-sosial-64fc77534addee79826d71d2.png
  •  Institusi Sosial : Menurut (Koentjaraningrat, 1987) institusi sosial adalah suatu sistem tata-kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas untuk memenuhi kompleksitas kebutuhan khusus dalam kehidupan manusia. Contohnya termasuk keluarga, agama, pendidikan, dan pemerintah. Institusi ini berperan dalam mentransmisikan nilai-nilai, norma, dan tradisi budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mereka juga membentuk cara orang berpikir dan bertindak dalam berbagai konteks sosial.
    jenis-jenis-dan-aspek-lembaga-sosial-768x433-64fc77de4addee79fa674104.jpg
    jenis-jenis-dan-aspek-lembaga-sosial-768x433-64fc77de4addee79fa674104.jpg
  •  Kultur Sosial : mencakup sistem nilai, norma, kepercayaan, bahasa, dan simbol-simbol yang dibagikan oleh anggota suatu masyarakat. Ini mencerminkan identitas dan cara hidup masyarakat tersebut.Struktur sosial dan institusi sosial membentuk kultur sosial melalui interaksi dan proses sosialisasi. Mereka membentuk apa yang dianggap penting, diterima, atau tabu dalam masyarakat tersebut.  kerangka kerja bagi nilai-nilai, norma, dan Contohnya, dalam masyarakat yang sangat hierarkis, seperti masyarakat feodal, struktur sosial dapat mempengaruhi bagaimana kekuasaan dan sumber daya didistribusikan. Contohnya, dalam masyarakat dengan struktur sosial yang kuat, seperti masyarakat patriarki, budaya sosial mungkin mencerminkan nilai-nilai yang mendukung peran gender yang telah ditetapkan.
    13658818-5304665jpg-20230306024220-64fc787d08a8b55852229ca2.jpg
    13658818-5304665jpg-20230306024220-64fc787d08a8b55852229ca2.jpg
  • Interaksi Sosial : Interaksi sosial ini mempengaruhi bagaimana individu berinteraksi satu sama lain melalui peran dan status mereka. Institusi sosial menentukan aturan-aturan yang mengatur interaksi ini. Keduanya bersama-sama membentuk pola-pola perilaku yang menjadi bagian dari budaya sosial. Sebagai contoh, institusi agama dapat memengaruhi nilai-nilai moral yang dipegang oleh masyarakat dan menciptakan ritual keagamaan yang menjadi bagian dari budaya mereka, struktur sosial dan institusi sosial membentuk kultur sosial melalui interaksi dan proses sosialisasi. Mereka membentuk apa yang dianggap penting, diterima, atau tabu dalam masyarakat tersebut.
    interaksi-sosial-64fc799908a8b57ece7cf0f2.jpg
    interaksi-sosial-64fc799908a8b57ece7cf0f2.jpg

Jadi, struktur sosial dan institusi sosial berperan dalam membentuk suatu kultur sosial di dalam masyarakat. Mereka saling terkait dan saling memengaruhi, menciptakan kerangka kerja bagi nilai-nilai, norma, dan budaya yang ada dalam masyarakat tersebut. Lalu, hubungan antara struktur sosial, institusi sosial,  kultur sosial, dan interaksi sosial adalah saling terkait dan saling memengaruhi. Perubahan dalam satu aspek dapat mempengaruhi aspek lainnya, dan bersama-sama mereka membentuk dinamika sosial dalam masyarakat. Struktur Sosial dengan Kultur Sosial adalah dua konsep yang berbeda dalam sosiologi :

Struktur Sosial : mengacu pada pola masyarakat yang mengatur hubungan antara individu dan kelompok. Ini mencakup unsur-unsur seperti status sosial (posisi individu dalam masyarakat), peran sosial (harapan dan tindakan yang terkait dengan status tersebut), hierarki sosial, dan institusi sosial (meliputi keluarga, agama, ekonomi, politik). Struktur sosial menciptakan dasar bagi organisasi sosial dan mempengaruhi perilaku individu.Struktur sosial memiliki tiga fungsi di masyarakat, yakni sebagai identitas kelompok, disiplin sosial, dan pengawas sosial. Berikut penjabarannya :

  • Struktur sosial berfungsi sebagai pembentuk identitas bagi kelompok di masyarakat. Identitas ini yang membuat individu maupun suatu kelompok jadi memiliki ciri khas atau karakteristiknya masing-masing. Karakteristik ini tentu dapat berbeda-beda dengan kelompok lain atau menjadikannya unik.
  • Fungsi struktur sosial selanjutnya adalah sebagai disiplin sosial. Dengan struktur sosial, setiap individu di kelompok sosial jadi memiliki kesadaran bersikap. Kemudian, membentuk kebiasaan dan perilaku bagi individu tersebut di dalam kelompoknya dan di masyarakat.
  • Struktur sosial di masyarakat dapat berfungsi sebagai pengawas sosial. Sebab, struktur sosial menimbulkan standar berupa nilai, norma, dan aturan yang berlaku di masyarakat.

Kultur Sosial : mengacu pada norma, nilai, keyakinan, dan praktik yang digunakan oleh anggota  masyarakat. Budaya sosial mencerminkan identitas dan gaya hidup suatu kelompok sosial. Meliputi bahasa, agama, seni, adat istiadat, makanan dan segala sesuatu yang membentuk identitas kolektif suatu kelompok. Ini dapat mempengaruhi dan membentuk struktur sosial, dan sebaliknya struktur sosial juga dapat mempengaruhi sosial budaya.

 Jadi, perbedaan utama antara keduanya adalah  struktur sosial mengacu pada organisasi dan hubungan  masyarakat, sedangkan sosial budaya mengacu pada norma, nilai, dan identitas kelompok sosial dalam masyarakat. Keduanya saling terkait dan saling mempengaruhi dalam membentuk dinamika sosial masyarakat.

memimpin-transformasi-budaya-yang-berhasil-di-organisasi-anda-64fc75944addee4088514512.jpg
memimpin-transformasi-budaya-yang-berhasil-di-organisasi-anda-64fc75944addee4088514512.jpg

Transformasi budaya adalah proses mengubah atau mengembangkan aspek budaya suatu masyarakat atau kelompok. Yang melibatkan perubahan nilai, norma, tradisi, kepercayaan dan praktik yang membentuk budaya. Transformasi budaya dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti globalisasi, teknologi, perubahan sosial, dan interaksi antar budaya. Proses ini dapat menciptakan perubahan dalam cara orang berpikir, berperilaku dan berinteraksi, serta dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Transformasi budaya merupakan fenomena yang kompleks dan dapat menimbulkan dampak positif atau negatif tergantung pada konteksnya. Proses transformasi kebudayaan dapat terjadi melalui berbagai macam cara yang kemudian mewujudkan bentuk-bentuknya sendiri. 

Berikut bentuk-bentuk transformasi budaya :

  • akulturasi adalah : adalah interaksi yang terjadi jika salah satu kelompok masyarakat dengan budaya yang dipegangnya, berhadapan dengan budaya asing (Soekanto, 1990). Contoh hasil akulturasi budaya di Indonesia adalah Masjid Menara Kudus. Masjid Menara Kudus merupakan perpaduan budaya Islam dan Hindu. Masjid berfungsi sebagai tempat ibadah bagi umat Islam, sedangkan ciri fisiknya menyerupai pura bagi umat Hindu.
    4023691385-64fc6b85e2c0f92478564ed2.jpg
    4023691385-64fc6b85e2c0f92478564ed2.jpg
    Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang mencerminkan akulturasi budaya antara Hindu, Buddha, dan Islam. Kisah-kisah dalam pertunjukan wayang kulit sering kali mencakup elemen-elemen dari berbagai keyakinan. Akulturasi budaya Jawa dan Bali terlihat dalam seni, upacara adat, dan bahasa. Misalnya, tarian kecak yang berasal dari Bali, namun menggabungkan unsur-unsur Jawa.
  • Menurut (Koentjaraningrat, 2005), asimilasi adalah suatu proses perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat karena adanya perkembangan dan hubungan interaksi sosial yang terus menerus dan serius sehingga mendorong masyarakat untuk membaurkan kebudayaan yang ada untuk mengakomodasi semua pihak dalam menata bentuk keteraturan sosial yang ada. Contohnya seperti kaligrafi jawa merupakan hasil dari perpaduan budaya Arab dan Jawa yang menggambarkan proses asimilasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pakaian pengantin betawi juga merupakan contoh asimilasi. Pakaian pengantin betawi dipengaruhi oleh berbagai macam budaya yaitu Arab, China, dan Melayu.
    asimilasi-169-64fc6cf54addee1edf02bd82.jpeg
    asimilasi-169-64fc6cf54addee1edf02bd82.jpeg
    Salah satu contoh implementasi asimilasi di Indonesia merupakan pelaksanaan program "Pembinaan Ideologi Pancasila" yang terjadi pada masa pemerintahan Orde Baru. Program ini memiliki tujuan untuk menyatukan beragam kelompok dan suku bangsa di Indonesia dalam semangat ideologi Pancasila. Pemerintah berharap bahwa dengan memahami dan menerima Pancasila sebagai ideologi negara, semua kelompok akan bersatu menjadi satu kesatuan identitas nasional yang tangguh. Namun, program ini juga mendapatkan kritik karena dianggap menghasilkan keseragaman budaya dan mengabaikan keragaman etnis, budaya, dan agama di Indonesia. 
  • Menurut (Rogers, 1983) mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial (the process by which an innovation is communicated through certainchannels overtime among the members of a social system). Disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Misalnya, ketika pengaruh Islam belum merambah ke Indonesia, mayoritas masyarakat Indonesia menganut agama Hindu dan Budha. Melalui kepercayaan tersebut, masyarakat Indonesia kerap melakukan berbagai macam persembahan kepada Sang Pencipta untuk menangkal nasib buruk. Setelah Islam masuk ke Indonesia, sesajen atau ritual tersebut dimasukkan dan diganti berdasarkan hukum syariat Islam dalam bentuk sedekah. Hingga saat ini, ritual tersebut masih banyak dilakukan di Pulau Jawa, berganti nama menjadi syukuran, dengan tujuan untuk mengingat Allah dan mengamalkannya di kalangan manusia.
    ugml76s5ydjedizn0ssc-64fc6d1208a8b553f77a9ba2.png
    ugml76s5ydjedizn0ssc-64fc6d1208a8b553f77a9ba2.png
  • Menurut (Haviland, 1988), enculturation merupakan penerapan pendidikan oleh seseorang yang bermula dari tradisi masyarakat yang berkaitan dengan perlindungan atau papan dan pangan. Penerapan pendidikan ini pada anak akan membuat anak saat dewasa nanti memiliki personality yang baik. Enkulturasi muncul dari aspek pengalaman belajar yang menyampaikan ciri-ciri tertentu atau membedakan manusia dengan makhluk lain melalui pengalaman hidupnya. Misalnya dalam proses belajar ibadah sejak kecil juga tak luput dari proses enkulturasi.  Contoh, saat masih anak-anak melaksanakan ibadah sangat berat untuk dilakukan (bahkan mungkin hingga usia dewasa). Orang tua atau orang terdekat mengajarkan untuk beribadah pada awal kehidupan biasanya dengan sedikit pemaksaan, misalnya dengan memarahi jika tidak pergi solat ke masjid pada hari Jum'at atau tidak pergi ke gereja pada hari minggu. Awalnya ini mungkin terasa berat, namun seiring dengan berjalannya waktu anak semakin memahami alasan diwajibkannya beribadah sehingga pada usia lebih dewasa mereka akan lebih rajin beribadah.

enkulturasi-64fc6d47e2c0f960d51ce942.jpg
enkulturasi-64fc6d47e2c0f960d51ce942.jpg

Berikut beberapa contoh konkret tentang bagaimana enkulturasi dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari :

1. Bahasa :  Seorang anak yang lahir di keluarga yang berbicara dalam bahasa tertentu akan secara alami mempelajari dan menginternalisasi bahasa tersebut sebagai bahasa ibunya. Ini adalah contoh klasik dari enkulturasi bahasa.

2. Upacara Agama : Ketika seseorang menganut agama tertentu, mereka belajar dan mengikuti ritus dan upacara keagamaan yang sesuai dengan keyakinan mereka. Ini mencakup doa, ritual, dan perayaan yang menjadi bagian penting dari identitas keagamaan mereka.

3. Makanan dan Kuliner : Makanan adalah bagian penting dari budaya. Ketika seseorang tumbuh dalam lingkungan di mana makanan tertentu menjadi tradisi, mereka akan mengembangkan selera untuk makanan tersebut dan memahami pentingnya makanan dalam budaya mereka.

4. Pakaian Tradisional : Mengenakan pakaian tradisional yang sesuai dengan budaya atau kelompok etnis adalah contoh lain dari enkulturasi. Ini bisa menjadi cara untuk menghormati dan mempertahankan tradisi leluhur.

5. Norma Sosial : Ketika seseorang belajar untuk mengikuti norma-norma sosial tertentu dalam masyarakat mereka, seperti etika berbicara, perilaku dalam berinteraksi sosial, atau cara berbicara dengan orang yang lebih tua, itu juga merupakan contoh enkulturasi.

6. Seni dan Musik : Mengikuti seni dan musik tradisional dari budaya tertentu juga merupakan bentuk enkulturasi. Ini bisa melibatkan memainkan alat musik tradisional, menari dalam gaya tertentu, atau menghargai seni lukis tradisional.

7. Kerja Sosial : Terlibat dalam kerja sosial atau kegiatan amal yang diakui oleh masyarakat sebagai cara untuk membantu sesama juga merupakan contoh enkulturasi. Ini mencerminkan nilai-nilai solidaritas dan kepedulian sosial.

8. Peran Gender : Pembelajaran tentang peran gender dan ekspektasi sosial terkait dengan jenis kelamin juga merupakan bagian dari enkulturasi. Ini bisa mencakup harapan terhadap peran sebagai laki-laki atau perempuan dalam masyarakat.

Reference : 

Edward B. Tylor,Primitive Culture; Research into the Development of Mythology, Philosophy,Religion, Language, Art and Custom (1874), dalam Koenjtaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I (Jakarta : UI Press, 1987), hal. 48.

Geertz, Clifford. (1973). The Interpretation of Cultures : Selected Essay. USA: Basic Books.

Haviland, W. (1988). Antropologi. Jakarta: Erlangga.

Koentjaraningrat. (1987). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Antropologi Pokok-Pokok Etnografi II. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Malinowski, Bronislaw. (1960). A Scientific Theory of Culture . New York: University of North California Press.

Rogers, E. M. (1983). Diffusion Of Innovation Fifth Editions. New York: The Free Press.

Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono. (1982). Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta: CV.Rajawali.

Soerjono, Soekanto. (2002). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Software Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Balai Pustaka, 2005), hal.149

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun