Ketika bencana benar-benar datang lagi dalam bentuk badai yang menerjang desa, warga desa sudah lebih siap menghadapinya. Mereka bekerja bersama-sama, mengingatkan satu sama lain akan kekuatan kebaikan yang telah mereka ciptakan. Rama dan teman-temannya bersama-sama dengan Ardi adalah tonggak kekuatan di tengah badai tersebut.
Akhirnya, bencana pun meredam, dan desa kembali bangkit. Lebih kuat dari sebelumnya. Jejak kebaikan yang telah mereka tinggalkan menjadi momen berharga yang selalu diingatkan. Ardi pun menyadari bahwa usaha mereka bukanlah sia-sia. Kebaikan yang mereka lakukan telah membantu membangun ketahanan sosial dan semangat yang tak tergoyahkan.
Sekarang, Rama sudah menjadi seorang lelaki dewasa. Ketika ia duduk di taman desa, seorang pemuda datang menghampirinya. Pemuda itu tersenyum dan bertanya, "Maaf, Pak, apakah Anda Rama? Saya mendengar banyak kisah baik tentang Anda."
Rama tersenyum ramah. "Ya, saya Rama. Ada yang bisa saya bantu?"
Pemuda itu duduk di dekat Rama. "Saya ingin belajar dari Anda. Bagaimana caranya agar kita bisa meninggalkan jejak kebaikan dalam hidup orang lain?"
Rama tersenyum dan memulai kisahnya, menceritakan perjalanan hidupnya yang penuh dengan momen-momen kebaikan dan inspirasi. Ia mengajarkan pemuda itu bahwa setiap tindakan baik, sekecil apapun, memiliki potensi untuk menjadi jejak yang abadi dalam ingatan orang lain.
                                        Selesai!
By
Nama: Onisimus Nahak.
Umur : 23
TTL Â Â : Loomota Besin, 16 Februari 2000
Alamat: Jln. St. Yohanes Baptista Besikama
Email  : Onisimusnahak@gmail.com
Hobby : Menulis
Status : Mahasiswa
Universita :Nusa Cendana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H