Mohon tunggu...
Onggo Indonesiana
Onggo Indonesiana Mohon Tunggu... -

Nama saya Onggo (saja) sebenernya. Nggak pake Indonesiana. \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Internet Cepat; Semangka Berdaun Sirih

28 Agustus 2015   19:19 Diperbarui: 28 Agustus 2015   19:21 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Media sosial, salah satu 'manfaat' paling terasa dari internet yang cepat adalah pelampiasan kemarahan yang bisa disalurkan dengan cepat, dengan segala bentuknya.

Mencari berita-berita yang mendukung alasan kemarahannya juga menjadi cepat. Kemarahan-kemarahan akibat cepatnya mengambil kesimpulan seperti halnya mantra; begitu cepat mengajak dan menyeret orang yang sudut pandangnya sama, untuk sama-sama tak teliti, untuk kemudian sama-sama marah.

Kolom komentar pun cepat terisi penuh dengan kemarahan yang bercabang ranting kesana kemari. Bahkan berbunga dan berbuah kemarahan yang sudah berbeda dengan akar dan pohon kemarahan asalnya. Kemarahan asal berordo politik melahirkan kemarahan lain berfamilia ras, lalu beranak kemarahan baru bergenus agama. Seperti halnya pohon Jati yang berbuah semangka dan berdaun sirih.

Kolom komentar juga segera menjadi kubangan berbagai kemarahan, tempat banyak orang bersenang-senang, berenang dalam kemarahan. Segala kotoran ditarik kedalamnya. Barang bersih dan jernih yang mencoba masuk akan ditenggelamkan beramai-ramai. Karena dianggap berasal dari kelas dan filum berbeda, yang khawatir melahirkan species yang berbeda pula.

Seorang budayawan berucap, bahwa dibalik kecepatan pembalap yang berhasil memposisikan dirinya di depan, sesungguhnya tercermin kecermatan dan kehati-hatian. Perhitungan dan ketelitian. Sebaliknya pembalap yang asal cepat yang ingin segera menyalip siapapun yang ada di depannya. Yang demikian seringkali bahkan akan jatuh sebelum lap pertama.

“Jika seseorang disalahkan karena "cara berjalannya salah", tiba-tiba semua orang percaya bahwa orang ini salah. Bahkan berkembang. Dari "cara berjalannya salah" menjadi "arah jalannya salah". Berkembang lagi menjadi "Jalan orang ini ada yang mengendalikan".

Bung, apa jadinya bila segala kecepatan itu ternyata hanya untuk keliru?
Sulitkah untuk menjadi sedikit teliti?.

Bila internet cepat bisa dengan cepat menemukan persoalan atau kesalahan yang mengawali kemarahan, bukankah dengan kecepatan yang sama seharusnya juga bisa untuk menemukan solusi dan kebenaran yang berujung kesejukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun