Sabtu, 16 September 2023 - empat mahasiswa dari IPB University melakukan kunjungan industri ke Prima Sasirangan di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kunjungan industri ini dimaksudkan untuk menambah wawasan tentang kain sasirangan sebelum melaksanakan fieldtrip pada program MBKM Sociopreneur One Village One CEO di Desa Hukai, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. Kain sasirangan merupakan kain khas Suku Banjar yang berasal dari kata "sirang" yang dalam Bahasa Banjar artinya diikat/dijahit dengan tangan dan ditarik benangnya. Proses pembuatan satu lembar kain sasirangan cukup rumit dan lama karena membutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam pengerjaannya. Selain itu, pembuatan motif dan corak pada kain sasirangan juga memerlukan kreativitas dan keterampilan.Â
Rumah produksi Prima Sasirangan bertempat di Jalan Sutoyo S. Asrama PHB No. 06, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Peserta OVOC disambut baik oleh pemilik usaha Prima Sasirangan yaitu Ibu Zuni Rahmah Dewi. Beliau memperlihatkan etalase kain sasirangan yang bermotif unik dan memiliki nilai historis. Hal ini membuat harga per lembar kain sasirangan cukup mahal. Pasalnya, semakin banyak motif yang ada di dalam kain sasirangan, maka tingkat kesulitan dan kerumitan pada proses pembuatannya pun semakin meningkat.Â
Setelah itu, diadakan simulasi pembuatan kain sasirangan yang dimulai dengan pembuatan motif/pola pada kain polos berwarna putih menggunakan spidol lalu dilanjutkan dengan proses pewarnaan sebanyak 2 tahap. Pewarna diletakkan di baskom besar dan bisa dipakai untuk 10 lembar kain sasirangan. Baskom pertama berisi pewarna ASBS dan soda api yang dilarutkan dengan air panas sebanyak satu gayung serta 4-5 gayung air biasa. Baskom kedua berisi pewarna biru-b sebanyak satu sendok makan dan dilarutkan dengan air biasa sebanyak 3 gayung.Â
Teknik pewarnaan kain dimulai dengan memasukkan kain ke baskom pertama yang berisi indukan sambil ditekan-tekan hingga tercampur rata. Kemudian, kain diangkat dan diperas dari baskom pertama dan dimasukkan ke baskom kedua sambil ditekan-tekan hingga tercampur rata juga. Pada baskom kedua, akan muncul warna yang diinginkan lalu diulang sebanyak 2 kali setiap tahap untuk merekatkan warna.Â
Teknik pewarnaan lain yang bisa dilakukan yaitu dengan melakukan ciciran. Ciciran ini memerlukan dua buah botol bekas untuk diisi indukan dan pewarna. Tahapan awal mencicir diawali dengan menuangkan indukan terlebih dahulu pada botol pertama dan pewarna pada botol kedua yang sudah dilubangi kecil. Pewarnaan dilakukan secara bolak balik pada bagian yang diinginkan di kedua sisi kain. Setelah didiamkan beberapa saat, kain didedel kemudian dicuci menggunakan deterjen lalu dikeringkan dengan mesin cuci dan dijemur dengan cara diangin-anginkan untuk menjaga kualitas kain. Setelah kering, kain dapat disetrika dan siap untuk dikemas.
"Studi industri ke prima sasirangan ini sangat berkesan bagi kami. Ternyata, pembuatan satu lembar kain sasirangan sangat memerlukan keterampilan, ketelitian, dan kesabaran yang cukup ekstra. Waktu pembuatannya pun bisa mencapai dua-tiga hari tergantung kesulitan motif dan coraknya. Oleh karena itu, harga kain yang cukup mahal ini patut dihargai bukan karena keindahan dan prosesnya yang panjang saja tetapi juga karena mewakili warisan budaya dari Kalimantan Selatan" ucap salah satu peserta OVOC.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H