Mohon tunggu...
One Village One CEO
One Village One CEO Mohon Tunggu... Editor - Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim

Program Inovasi Pengembangan Bisnis Perdesaan Berbasis pada Produk Unggulan Desa (Prukades) yang Berorientasi Ekspor

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

OVOC IPB dan Adaro Lakukan FGD Lanjutan Lewat Pendampingan dan Transfer Teknologi Budidaya Padi Sawah di Desa Bagok

29 Oktober 2023   18:00 Diperbarui: 29 Oktober 2023   18:08 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penggilingan padi di Desa Bagok/dokpri

Mahasiswa IPB University melalui program MBKM One Village One CEO (OVOC) 2023 kembali mengadakan pendampingan dan transfer teknologi pengembangan komoditas padi sawah yang bertemakan "Teknologi Manajemen Air pada Lahan Sawah" (27/9) . Program OVOC ini merupakan sebuah program yang bertujuan untuk mengembangkan dan membentuk ekosistem bisnis pedesaan berbasis produk unggulan desa. 

Turut hadir dalam kegiatan ini, tim ahli IPB dalam bidang pertanian, Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi, selaku Dosen IPB University. Pelatihan ini dihadiri oleh 24 warga, beberapa perangkat desa, mahasiswa IPB University, serta CSR PT Adaro Indonesia. 

Dalam mengawali pemaparan materi, Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi, selaku Dosen IPB University, menyampaikan pandangannya mengenai lahan persawahan masyarakat di Desa Bagok. 

Narasumber : Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi dalam kegiatan pendampingan dan transfer teknologi budidaya padi sawah/dokpri
Narasumber : Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi dalam kegiatan pendampingan dan transfer teknologi budidaya padi sawah/dokpri

"Teknologi penunjang aktivitas budidaya padi di Bagok sudah lengkap, serta fasilitas Embung yang dikelola oleh desa juga berfungsi sebagai sumber air pada saat musim kemarau. Saya sangat mendukung agar masyarakat dapat meningkatkan produksi dengan menanam padi dua kali dalam setahun" tuturnya.

Berdasarkan hasil analisis tanah yang telah dilakukan sebelumnya oleh IPB University, menurut Dr. Ahmad Junaedi, tanah di Desa Bagok termasuk dalam kategori lahan gambut sulfat masam dengan kandungan C-Organik yang tinggi. Hal ini tentu menjadi sebuah peluang sekaligus tantangan bagi masyarakat di Desa Bagok dalam budidaya padi. 

Forum Group Discussion (FGD): pendampingan dan transfer teknologi budidaya padi sawah/dokpri
Forum Group Discussion (FGD): pendampingan dan transfer teknologi budidaya padi sawah/dokpri

Dalam kesempatan tersebut, ia juga memimpin jalannya Forum Group Discussion (FGD) antara masyarakat dengan IPB University.

"Salah satu kendala yang kami hadapi selain serangan hama penyakit padi adalah terkait pupuk. Harga pupuk yang kian melambung tinggi, membuat kami memilih untuk budidaya secara alami atau organik, karena dibandingkan membeli pupuk dengan harga mahal, kami lebih mengutamakan kebutuhan sehari-hari," ujar salah satu masyarakat Desa Bagok.

Selain aktif berdiskusi mengenai teknik budidaya padi yang tepat, melalui kegiatan pendampingan dan transfer teknologi budidaya padi sawah, pakar IPB bersama masyarakat juga meninjau langsung proses penggilingan padi yang dikelola oleh BUMDES setempat.

Penggilingan padi di Desa Bagok/dokpri
Penggilingan padi di Desa Bagok/dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun