IPB University bersama Adaro Energy Group melakukan pembukaan pendampingan pengembangan produk unggulan kain sasirangan di Desa Hukai (18/9). Kegiatan ini dihadiri oleh Zuni Rahmah Dewi, S.Pd, owner Prima Sasirangan by Wihar Textile yang merupakan produsen kain sasirangan terbesar di Kalimantan Selatan datang secara langsung untuk menjadi narasumber.Â
Dalam sambutannya, Kepala Desa Hukai, Ladani menyatakan dukungan peningkatan kualitas produksi kain sasirangan yang menjadi khas Kalimantan Selatan.
"Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada para pembuat kain sasirangan untuk meningkatkan kualitas produksi dalam teknik pewarnaan dan variasi pembuatan pola. Kain sasirangan diharapkan dapat menjadi sumber penghasilan tambahan selain dari sektor perkebunan karet, yang merupakan mata pencaharian utama masyarakat Desa Hukai," tuturnya.
Selain merupakan produk unggulan dari Desa Hukai, kain sasirangan juga memiliki akar budaya yang dalam. Awalnya hanya digunakan dalam upacara adat dan sebagai pengobatan tradisional, kini kain sasirangan bebas digunakan siapa saja dan untuk segala macam jenis acara.Â
Pendampingan ini diharapkan dapat membantu pengembangan potensi kain sasirangan di Desa Hukai. Selain itu, dapat mempermudah akses untuk mendapatkan bahan baku berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau melalui kerjasama dengan produsen lokal dan pemasok terpercaya yaitu Prima Sasirangan by Wihar Textile yang tidak hanya memproduksi kain sasirangan, tetapi juga menjual bahan baku, perlengkapan, berbagai macam pewarna tekstil, dan pakaian sesuai pesanan.
Pelatihan kain sasirangan dihadiri oleh kelompok PKK sejumlah 17 orang. Adapun rangkaian kegiatannya dimulai dengan pengenalan berbagai macam jenis kain seperti katun satin, katun sutra, katun volisima, katun prima, dan lain sebagainya. Kemudian, setelah mengetahui perbedaan diantara empat macam kain tersebut, pelatihan dilanjutkan dengan membuat motif pada permukaan kain menggunakan cetakan berbahan dasar kardus/karton tebal dengan cara dijiplak memakai spidol atau pensil.Â
Setelah itu, kain yang sudah memiliki motif dijelujur/disirang dengan menggunakan benang khusus jeans karena memiliki karakteristik lebih kuat dan tidak akan cepat putus jika disisit dibandingkan dengan benang biasa. Setelah selesai dijelujur dan disisit, kain masuk ke tahap perendaman selama 30 menit menggunakan garam TRO. Untuk hasil yang maksimal, perendaman sebaiknya dilakukan selama semalaman penuh. Selanjutnya, kain dikeringkan menggunakan mesin cuci sampai kering dan masuk ke tahap pewarnaan. Dalam proses pewarnaan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti pemilihan warna dingin atau warna panas.Â
Pada pelatihan kali ini, pewarnaan menggunakan warna dingin memakai naptol dan garam merah-b sehingga menghasilkan warna dasar kuning tua. Kemudian, dicelup ke masing-masing wadah sebanyak dua kali secara bertahap. Proses terakhir pada pelatihan hari pertama ini adalah penjemuran dengan cara diangin-anginkan untuk menjaga kualitas dari kain sasirangan. Pelatihan ini diharapkan dapat menjadi langkah pertama menuju pengembangan keterampilan dan potensi ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat Desa Hukai dan sebagai salah satu implementasi SDGs desa tujuan nomor lima yaitu keterlibatan perempuan desa dalam segala aspek kehidupan tanpa adanya diskriminasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H