Tanah gambut di Desa Tameran memiliki nama lokal "tanah rengas" memiliki luas yang lebih besar dibandingkan dengan tanah mineral disana, yaitu seluas 953,8 hektare (67,59% dari luas desa) yang terletak di bagian utara desa yang berbatasan dengan tanah mineral.Â
Sebagian besar tanah gambut ini digunakan untuk kebun karet dengan persentase 13,35% dari luas desa, dan sebagian kecil kebun pinang sekitar 0,06% dari luas desa, belukar sekitar 21,48%, dan kebun campuran seluas 26,56% dari luas desa.Â
Pinang merupakan salah satu tanaman tahunan yang mulai dikembangkan di Desa Tameran. Usia produktif pinang sejak ditanam adalah lima sampai enam tahun agar bisa berbuah.Â
Dalam satu (1) hektar pinang dapat memproduksi 250 karung per bulan jika tidak ditumpangsarikan dengan tanaman lain. Tapi jika ditumpangsarikan hanya akan memproduksi 50 karung per panen dalam setiap bulan.
 Pada tanggal 11 Oktober 2022, Tim Tameran datang mengunjungi Rumah Produksi Upih Pinang. Kami menemukan bahwa dalam proses pembuatannya, perajin tidak menggunakan bahan kimia sama sekali. Piring yang terbuat dari upih pinang pun lebih kokoh bila dibandingkan dengan piring kertas, karena pelepah pinang memiliki tekstur yang tebal dan berlapis lilin.Â
Selain itu, piring yang terbuat dari pelepah pinang juga tahan lama, jika sudah dijemur hingga benar-benar kering, piring tersebut tidak akan berjamur meski disimpan dalam lemari tertutup.Â
Jika sudah selesai digunakan, piring dapat dibuang seperti membuang daun pisang, karena piring akan terurai di alam tanpa merusak lingkungan. Kebutuhan pasar terkait piring dan mangkok dar e upih pinang pun saat ini sudah cukup banyak, ditandai dengan permintaan hotel di daerah Bengkalis dan Pekanbaru, serta pemasaran yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan piring di acara formal seperti acara pernikahan dan lain lain.Â
Terdapat beberapa kendala yang kami temui dalam pengolahan upih pinang tersebut,dimana produksi piring dan mangkok pada saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan pasar.Â
Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, yaitu kapasitas sumber daya manusia, baik dari segi jumlah maupun pengetahuan yang belum memadai, serta alat produksi masih belum mumpuni.Â
Dalam menjawab hal ini, kami mencoba untuk memodifikasi alat yang ada agar dapat meningkatkan proses produksi yang lebih efektif dan efisien guna memenuhi target pasar terhadap produk turunan upih pinang tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H