Kenaikan harga pupuk yang sangat signifikan sejak pertengahan tahun 2021 menyebabkan kurangnya minat petani nanas di Desa Penampi untuk merawat dan menanam kembali lahannya. Hal tersebut berdampak pada penurunan hasil panen nanas secara drastis. Salah satu solusinya adalah dengan mengganti pupuk kimia menjadi pupuk kompos. Penggunaan pupuk kompos sebagai salah satu untuk komponen penambah zat hara dalam tanah yang sudah dilakukan oleh petani. Salah satu alternatif untuk menambah unsur hara dalam tanah pertanian adalah limbah nanas yang dibuat menjadi kompos.Â
Desa Penampi memiliki potensi yang besar dalam pengembangan pupuk kompos yang berasal dari nanas. Luas lahan yang ditanami nanas di Desa Penampi mencapai 100 Ha dan limbah nanas seperti kulit, daun, dan batang hanya menjadi sampah.
Bagian buah nanas yang dapat dimakan adalah sebanyak 53%, sementara sisanya, yaitu 47% dibuang dan menjadi limbah, sehingga limbah nanas semakin lama semakin menumpuk dan umumnya dibuang sebagai sampah yang bisa menyebabkan pencemaran lingkungan seperti bau dan pencemaran air tanah.
"Harga pupuk kimia yang semakin mahal membuat para petani di desa ini kurang berminat dalam menanam dan merawat lahan perkebunan mereka. Saya sebagai ketua kelompok Tani Harapan Baru berharap mampu memberikan solusi bagi kendala masyarakat, yaitu salah satunya dengan pemanfaatan limbah nanas," Ujar Pak Rudianto.
Pemanfaatan limbah nanas menjadi pupuk kompos telah didukung oleh Badan Restorasi Gambut Mangrove (BRGM) dengan memberikan alat pencacah limbah nanas dan rumah pembuatan kompos seluas 20 m2. Selain itu, telah diselenggarakan beberapa kali pelatihan pembuatan kompos oleh pihak pemerintah Kabupaten Bengkalis. Namun, terdapat kendala yang menyebabkan pengolahan pupuk kompos masih belum optimal, yaitu kapasitas rumah pembuatan kompos yang kecil sehingga proses produksi tidak berkelanjutan dan belum mampu memenuhi kebutuhan seluruh petani yang ada di Desa Penampi. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H